Diary 5

104 19 3
                                    

Ankara menepikan kendaraannya di pelataran rumahnya selepas dia mengantarkan Resa, tentunya dengan bonus dua cone es krim yang Ankara berikan pada manusia tidak tahu malu seperti Resa.

Ankara rasa hobi Resa yang suka sekali memalaknya itu karena kebiasaan Abinya Resa ketika muda dulu ---bahkan sampai saat ini--- yang memang hobi sekali meminjam uang atau meminta traktiran pada Ayahnya. Yah, mau bagaimana lagi, yang namanya buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya kan? Bukti nyatanya bukan hanya ada pada Resa saja, tapi juga pada Ankara, di mana anak itu kan nakalnya sebelas dua belas dengan Ayahnya ketika masih muda dulu. Ayahnya saja yang tidak pernah menyadarinya.

Oh iya, perlu dipertegas bahwa Ankara itu sebenarnya tidak takut dengan ancaman Resa yang katanya akan berdoa yang buruk-buruk untuk hotel Ayahnya jika Ankara tidak menuruti keinginannya. Dua es krim tersebut Ankara berikan pada Resa itu pure karena kebaikan hati dari seorang Ankara, lagipula Ankara tidak enak menolak permintaan Resa yang notabenenya adalah anak dari sahabat Ayah-Bundanya. Jadi tolong, iya kan saja, meskipun nyatanya semuanya dusta.

Ayolah, Ankara betulan terpaksa menuruti keinginan Resa. Dia bahkan tidak segan merutuki Resa sepanjang perjalanan menuju ke rumah Resa hanya karena harga es krim tersebut yang lumayan mahal. Bahkan Ankara sempat syok saat akan membayarnya. Sumpah, es krim mochi yang tidak pernah absen dia beli saja harganya tidak ada setengahnya dari es krim yang ia belikan untuk Resa. Tapi ya sudahlah, sebagai anak orang kaya sebaiknya Ankara benar-benar mengikhlaskan saja uangnya tersebut.

Setelah mesin motornya mati, Ankara segera  melepaskan helm-nya lalu menaruhnya ke atas motornya. Dia tidak langsung turun, melainkan menoleh sejenak ke arah motor matic yang terparkir di sisi kanannya. Jika dilihat dari warna dan modelnya sih sepertinya Ankara tahu siapa pemiliknya. Iya, Mas Angkasa. Tapi tumbenan sekali kan Mas-nya berkunjung ke rumah Ayah-Bunda di jam-jam sekarang, biasanya kan Mas-nya itu akan sibuk di tokonya yang sudah bercabang tiga tersebut. Oh atau jangan-jangan Angkasa datang ke rumah Ayah-Bunda untuk mengambil oleh-oleh yang Ayahnya belikan, khususnya untuk Rihanna. Sejak pagi tadi kan Bunda memang sangat antusias ingin segera memberikan baju pantai berwarna kuning cerah tersebut pada Rihanna.

Ankara turun dari motornya lalu berjalan menuju ke rumahnya sembari melepaskan kemejanya, menyisakan kaos tanpa lengan yang membalut tubuh bagian atasnya.

Cklek!

"Assalamu---njir ada Si Jelek" umpat Ankara, betulan terkejut saat menemukan Anna yang tiba-tiba saja muncul dari dalam rumah, tepat sekali saat Ankara baru membuka pintu utama rumahnya.

Anna pun menghentikan langkahnya seketika, sementara kedua mata bulatnya tertuju pada bola basket yang ia kejar. Bola tersebut tampak menggelinding ke depan sampai menubruk kaki Ankara.

Ankara pun langsung  menundukkan kepalanya ke bawah. Pupil matanya sedikit melebar begitu dia yakin bahwa bola yang baru saja menubruk kakinya itu adalah bola basket miliknya yang sengaja dia tinggalkan di area ruang keluarga tadi pagi. Tentu saja karena Ayahnya yang melarang dirinya membawa bola basket ke kampus.

Refleks Ankara pun mendongakkan kepalanya. Kedua matanya pun langsung bertubrukan dengan manik mata Rihanna. Mereka pun terlibat saling tatap dalam diamnya selama beberapa saat, seolah mereka adalah dua orang musuh yang tanpa diduga bertemu dilokasi yang sama.

Lalu ranpa repot-repot memutuskan pandangan, Anna mulai melangkahkan kakinya ke depan sebanyak dua langkah. Dia mulai berjongkok secara perlahan lalu dengan sigap mengambil bola basket di dekat kaki Ankara sebelum dia berlari dengan tergesa-gesa masuk ke dalam rumah meninggalkan Ankara yang sekarang mengejar Anna.

"Bola Om itu Na, jangan dimainin ah!" pekik Ankara tidak terima, bahkan suara baritonnya sampai menggema di rumah ini.

Tanpa memperdulikan teriakan Ankara, Anna  terus berlari menghindari Ankara. Dia mulai berbelok memasuki ruang keluarga kemudian memeluk seseorang yang terduduk di atas sofa, seseorang yang pasti bisa menyelamatkannya dari Om-nya yang mengamuk padanya.

[5] Everyday : Home Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang