Diary 1

247 27 2
                                    

Seorang wanita berambut sebahu dengan poni yang menutupi kedua alisnya tersebut terlihat beranjak keluar dari kamar yang didominasi oleh nuansa biru.

Wanita yang masih mengenakan piyama berwarna biru dongker tersebut menyempatkan dirinya untuk mengambil jepit rambut yang sebelumnya dia letakkan di atas sofa di ruang keluarga, tentunya agar rambutnya tidak mengganggu aktivitasnya di pagi hari ini.

Sembari sibuk menjepit rambutnya, dia pun menoleh ke belakang, tepatnya ke arah tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua di rumahnya ini.

Dia lantas mengerutkan keningnya dalam-dalam, agak keheranan karena merasa area tersebut terlampau sepi, padahal seingatnya tadi subuh suaminya itu sudah mandi. Kelewat rajin memang. Katanya sih agar lebih fresh saja mengingat dia harus mengerjakan beberapa pekerjaannya yang belum sempat terselesaikan sebelum dia berangkat bekerja sekitar jam tujuh nanti. Selain memang super rajin, kepribadiannya yang cukup perfeksionis dan bertanggungjawab membuat kebiasaan suaminya itu tidak terasa mengejutkan lagi baginya.

Sembari berjalan menuju ke depan tangga, dia tampak mendongakkan kepalanya ke atas tangga penghubung lantai dua tersebut. Melihat area di lantai dua yang memang dirancang sebagai ruang kerja utama suaminya. Di area tersebut terlihat sangat sepi dan gelap. Apa jangan-jangan suaminya itu ketiduran ya?

"Mas Kasa" panggilnya, memecahkan keheningan di jam enam pagi ini.

Raut wajah wanita cantik berpipi chubby itu langsung berubah kebingungan lantaran suaminya yang tidak menyahuti panggilannya. Sepertinya suaminya betulan ketiduran di atas sana. Dia pun langsung beranjak dari posisinya, mulai menaiki undakan tangga, berniat mengecek langsung ke lantai atas.

"Mas ketiduran ya?" Ucapnya lagi.

"Enggak, Na"

Langkah wanita itu pun terhenti seketika. Seulas senyuman manis terbit di wajahnya begitu melihat wajah suaminya yang baru saja menyembul dari bingkai pintu ruangan tertutup satu-satunya yang terletak di sana.

Angkasa pun tampak menunjuk telinganya, menegaskan bahwa dia sempat tidak mendengar suara istrinya karena airpods yang terpasang di telinganya. Kebiasaan Angkasa ketika ingin fokus mengerjakan sesuatu.

Liona pun langsung ber'oh ria. Pantas saja panggilannya tidak disahuti. Liona pikir suaminya itu ketiduran di dalam sana. Liona pun langsung menunjuk ke belakang, mengisyaratkan pada Angkasa bahwa dia akan turun. Angkasa yang paham pun langsung menganggukkan kepalanya sekali.

Namun baru juga menuruni satu undakan tangga, Liona kembali menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Angkasa, "Mas mau dimasakin apa sama Ona? Ona kemarin udah belanja banyak jadi nggak harus makan nugget lagi kaya kemarin hehe..."

Angkasa mengerutkan keningnya, berpikir keras menu sarapan apa yang dia inginkan di pagi hari ini. Kebiasaan saat dia masih tinggal bersama Bundanya terasa melekat di diri Angkasa, di mana biasanya Bunda yang memilih sendiri akan membuatkan menu makanan apa untuk Angkasa. Tentu saja disesuaikan dengan selera putranya yang sudah beliau hafal di luar kepala tersebut.

"Terserah Ona aja. Masakan Ona kan enak. Mas pasti suka kok"

Jadi tidak salahkan jika Angkasa akhirnya menjawab seperti ini.

Liona tersenyum manis sembari menganggukkan kepalanya antusias. Hobi Angkasa yang tidak pernah sungkan memuji Liona dalam hal sekecil apapun selalu berhasil membangkitkan semangat Liona untuk menyiapkan kebutuhan suaminya maupun kebutuhan di rumahnya.

Liona pun langsung izin ke dapur yang dibalas anggukan tenang dari Angkasa.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[5] Everyday : Home Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang