Diary 10

56 17 4
                                    

Ankara menaikkan tudung hoodie-nya tepat saat dia menginjak kawasan tanpa atap seperti area pelataran gedung fakultasnya ini. Sengaja dia tutupi kepalanya ini karena langit masih menyisakan rintik gerimis.

Sebenarnya sudah lebih dari tiga jam Ankara menunggu hujan reda di gedung fakultasnya sampai Ankara terpaksa memberi kabar pada Bundanya kalau dia akan pulang terlambat. Jujur saja Ankara sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi, dia bosan ada di tempat ini, ditambah jaringan Wi-Fi yang tidak selancar biasanya, entah karena faktor hujan atau pada dasarnya banyak mahasiswa yang menggunakan Wi-Fi sembari menunggu hujan reda, sama sih sepertinya. Intinya meskipun masih gerimis, Ankara memutuskan untuk pulang saja.

Tentu saja pulang bersama Arsyil yang sekarang sibuk berkirim pesan dengan Mamanya.

Arsyil itukan anak tunggal, jadi Mamanya pun sama protektifnya seperti Bundanya. Arsyil juga termasuk anak yang sangat penurut, makannya dia lebih sering membantu Mamanya ketimbang sibuk dengan teman sepantarannya atau pun anggota UKM-nya. Tidak heran juga kalau persahabatan mereka bertahan sampai detik ini. Ayah dan Bunda juga percaya sekali pada Arsyil karena merasa kalau Arsyil bisa menjadi teman yang mampu menahan Ankara melakukan tindakan yang negatif. Tahu sendiri kan bagaimana anak itu. Dia mudah sekali terpancing emosi atau terpengaruh oleh sekitarnya.

Berbicara soal UKM, Arsyil dan Ankara ini masuk ke dalam UKM yang sama. Iya UKM Basket khusus Fakultas Teknik. Sebenarnya hampir semua fakultas memiliki UKM basket sehingga wajar jika tiap tahun diadakan perlombaan basket antar fakultas. Dan bisa dibilang Ankara ini Ace klub basket dari Fakultas Teknik. Sementara Arsyil kemampuannya memang masih dibawah Ankara, dia masuk UKM basket saja benar-benar hanya karena paksaan Ankara. Katanya sih agar Ayahnya memberikan izin pada Ankara dan tidak selalu merasa curiga kalau-kalau nantinya Ankara sibuk dengan kegiatan UKM-nya.

Oh iya Ankara benar-benar pulang bersama Arsyil dalam artian dia satu motor bersama Arsyil. Jangan tanya kenapa Ankara mendadak harus numpang dengan Arsyil. Tentu saja karena motornya disita oleh Ayahnya. Selain untuk perbaikan karena lecet sana-sini, Ayah yang merasa sedang di prank pun kesal setengah mampus dengan Ankara, makannya sekalian saja Ayah sita motor Ankara bahkan tidak mengizinkan Ankara menyetir dulu. Entah sampai kapan, mungkin sampai motornya selesai diperbaiki.

"ETETETETT"

Arsyil mengaduh kesakitan saat Ankara merentangkan kedua tangannya ke samping sampai mengenai perut Arsyil. Terpaksa Arsyil harus menghentikan langkahnya lalu menoleh cepat ke arah Ankara. "Ngapain njing?" Sewotnya. Mungkin efek sudah bersahabat lama, makannya tidak ada kata canggung dalam kamus bahasa Arsyil untuk mengabsen semua penghuni kebun binatang.

"I-itu Ar" katanya tergagap.

"Nggak usah drama" gerutu Arsyil sembari menoyor kepala Ankara. Sedang mudah emosi setelah menunggu hujan reda hampir tiga jam kemudian dihadapkan dengan tingkah ajaib Ankara.

"Ya maap. Syok gue syok"

"Apaan sih?" Tanya Arsyil.

Tanpa ba-bi-bu lagi Ankara menunjuk ke depan sana, ke arah gerbang fakultasnya yang dibiarkan terbuka lebar sehingga mereka bisa melihat seonggok manusia berjenis kelamin laki-laki yang terduduk di atas motor ninja kuning sembari memainkan ponselnya.

"Oh, Kang Ojek kali" ujar Arsyil santai.

Plak!

Gantian Ankara yang memukul kepala Arsyil, "Ya kali Kang Ojek motornya ninja bagus begitu"

"Ya kali aja orang kaya lagi ngegabut makannya ngojek Kar"

"Ck Ar, itu tuh motor yang kemaren nyenggol gue" ujar Ankara dengan tegas.

[5] Everyday : Home Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang