Chapter 35 : Who's afraid of a little old Karasuno?

310 57 13
                                    

Beberapa waktu yang lalu mereka berpisah dengan tim putra. Tim putra Karasuno mendapatkan jadwal tanding jam sepuluh pagi, sedangkan mereka bertanding jam sembilan. Maka dari itu tim putra akan langsung ke tribun untuk menyaksikan pertandingan dari sana.

Di arena satu terdapat tiga lapangan voli. Pagi ini dua lapangan akan di pakai oleh tim putri dan satu lapangan akan di pakai oleh tim putra.

Lapangan 1 : SMA TOHOKU VS SMA KARASUNO

Lapangan 2 : SMK DATE TECH VS SMA OHGIMINAMI

Lapangan 3 : SMA PUTRI NIIYAMA VS SMA OSAKI

"Ruangan ini tercium seperti Mao." Komentar Yuri ketika mereka sampai di lapangan.

"Apa maksudnya seperti ku?" Tanya Mao galak.

"Itu maksudnya baunya seperti salonpas Mao, saat latihan kau beraroma seperti Salonpas." Jawab Akira melepaskan jaketnya.

"Oh.." Mao tidak memungkiri itu, ia memang beraroma seperti salonpas karena saking banyak Koyo yang dia pakai. Saat ini saja setidaknya ada dua koyo menempel di lengannya.

Memasuki lapangan voli dengan penonton seperti ini, merupakan pertama kalinya bagi Yuri. Ia memang pernah menonton pertandingan voli di TV dan juga di internet. Tapi ia tidak pernah menonton pertandingan voli secara langsung. Ia melihat sekelilingnya. Meskipun tiga lapangan voli sudah di satukan dalam satu gelanggang. Tapi arena gelanggang es lebih besar. Hal ini membuat tribun penonton terasa lebih dekat. Ia bisa mendengarnya dengan jelas. Suara penonton, suara bola yang di pukul. Ramai sekali.

"Go..Go..Let's Go..Let's Go Dateko! Go..Go..Let's Go..Let's Go Dateko!"

Di sisi kanan tribun pendukung SMA Dateko sudah menyanyikan yel-yel dengan bersemangat. Di sisi tribun yang lain, sebuah tim sorak dengan kostum berwarna merah dan putih menyemangati tim putri Niiyama yang belum masuk ke lapangan. Yuri mencari-cari pendukung tim putri Karasuno di tribun. Tidak ada dukungan dari sekolah, tidak ada siapapun. Tapi ia menemukan teman-teman tim putranya sudah sampai di tribun dan duduk disana melihat ke arah mereka. Hinata melambaikan tangannya memastikan agar Yuri menyadari kehadiran mereka. Gadis itu melambaikan tangannya.

"Menyedihkan sekali." Komentar Yuri.

"Kenapa?" Tanya Akira.

"Tidak apa-apa, pendukung tim sebelah heboh sekali. Tapi hanya ada mereka untuk mendukung kita." Yuri menunjuk Hinata dan kawan-kawan.

"Memangnya kenapa? Kau gugup?" Akira berkata seperti itu. Di lihat dari ekspresinya ia tidak terlalu peduli jika tim mereka memiliki pendukung atau tidak.

"Tidak, ini hanya ramai sekali. Aku bisa mendengar mereka semua." Jawab Yuri. Ia ikut melepas jaketnya, dan bersiap-siap.

"Aku pikir kau sudah terbiasa, kau kan figure skating top di Rusia." Balas Akira.

"Ketika berkompetisi di atas es, semua penonton hening. Tidak ada yang berbicara, atau memberikan yel-yel." Jawab Yuri. Yap, Yuri masih ingat betul. Hingar bingar kompetisi voli ini sangat berbeda dari kompetisi skating. Dalam kompetisi figure skating, dia sendirian meluncur di atas es. Hanya ada suara musik yang di putar, dan para penonton tidak akan bersuara sampai ia selesai meluncur. Sebuah olah raga yang indah dan juga megah, gabungan antara keindahan dan juga teknik. Tentu saja sangat berbeda dengan voli.

"Sudah jangan terlalu dipikirkan!"

PLAAK!

"Aw...Sakit tahu!" Akira menepuk bahu Yuri cukup keras membuatnya meringis.

"Kemarin bahuku kena bola nyasar Tanaka-san, kau lihat ini masih merah. Bersikap lembutlah padaku Akira." Yuri memperlihatkan bahunya.

"Itu cuma pendarahan internal kecil, sini aku tiup, akan langsung sembuh."

The Rise : Karasuno Female Volley Ball ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang