Chapter 26 : Unwavering Liberos

281 55 3
                                    

Time out pertama di set pertama tim putri Karasuno dan tim putra Karasuno. Anak-anak menyeka dahi dan rambut mereka yang sudah basah. Tiba-tiba Miyama-san mendatangi mereka.

"Kalian sudah lelah?" Tanyanya. Anak-anak menggeleng kepala mereka. Entah apa yang mereka pikirkan, ini sudah malam namun kesempatan ini memang tidak boleh di lewatkan dengan sia-sia. Latihan keras mereka selama berbulan-bulan membuahkan stamina yang lebih bisa diandalkan dari sebelumnya.

"Aku ingin memberikan saran," Ujar Miyama-san. Anak-anak mendengarkan. "Di tahap ini blok kalian masih sedikit prematur, dan akan sulit menahan serangan mereka dengan blok. Solusinya adalah, terima serangannya. Apapun yang kalian lakukan, tetap jaga bolanya tetap hidup, dan kembalikan. Setelah itu aku yakin kalian akan menemukan celah untuk menyerang."

Mereka mengangguk. Sebelum peluit berbunyi, Mao menatap teman-temannya. Jika soal bertahan, itu tandanya dia akan menjadi poros pertahanan mereka. Kemudian ia melihat ke arah tim putra, dari awal permainan setelah ia menerima serangan-serangan dari tim putra ia mulai tahu bagaimana tipe pukulan mereka.

"Guys!" Panggil Mao, "kemari sebentar." Mao meminta teman-temannya untuk berkumpul.

"Ini parah, mereka akan menghabisi kita. Putaran dan formasi mereka sudah stabil. Tsukishima-san juga sudah keluar masuk lapangan seperti biasa." Ujar Mao.

"Err, itu tidak membantu Mao, aku tahu kita dalam masalah besar." Yuri terlihat berlapang dada, tapi Mao belum selesai.

"Untuk serangan sinkronasi. Kita terima saja, seperti kata Miyama-san tidak ada gunanya memblok mereka. Lihat kemana arah bola, dan jika bingung siapa yang mengambil bola, komunikasi! Jangan sampai bertabrakan!" Ujar Mao, anak-anak mengangguk.

"—dan satu lagi. Yuri, kau fokus pada Hinata-san. Antisipasi serangan cepatnya, dan yang lainnya, fokus pada spiker yang lain." Jelas Mao. Miyama-san yang mendengar itu cukup terkejut. Sepertinya Mao menyadari jika Yuri sejak tadi sudah bisa menyentuh bola dari serangan cepatnya Hinata, ia hanya belum bisa mengembalikannya, dan Mao ingin bertaruh pada kemampuan Yuri untuk mengembalikan serangan cepat itu. Mungkin strategi pertahanan mereka akan berhasil.

PRIIIIT!

Peluit berbunyi, waktu time-out sudah habis. Mereka kembali ke lapangan.

"Hei kalian belum lelah, princess-princess Karasuno?" tanya Tanaka, berusaha membalas provokasi tim putri di awal set tadi.

Yuri menatap Tanaka, lalu kemudian menoleh ke arah Akira.

"Apa maksudnya?" tanya Yuri, tidak mengerti apa yang Tanaka katakan.

"Tidak tahu." Jawab Akira, yang juga tidak mengerti.

Tanaka yang melihat itu kemudian berbalik kesal.

"Hmmmhh, sialaann, anak-anak baru itu. Mereka terlalu kuat untuk di provokasi." Alih-alih tim putri yang terprovokasi, justru Tanaka lah yang kena mental karena Yuri maupun Akira tidak menangkap ejekan darinya.

"Hehh, Tanaka, jangan seperti itu pada perempuan." Komentar Suga dari pinggir lapangan.

PRIIT!

Giliran Asahi melakukan Servis. Ia memejamkan matanya sekian detik, memfokuskan energi di tangannya untuk membuat servis yang bagus. Di awal permainan, libero tim putri itu, Mao berhasil mengembalikan servis darinya. Tidak akan ia biarkan anak itu menghina mantan Ace Karasuno untuk kedua kalinya. 

Asahi membuka matanya. Namun jauh di ujung lapangan sana, ia bisa melihat Mao menatapnya langsung pada Asahi, seperti binatang buas menunggu mangsa. Mao menunggu servis darinya.

The Rise : Karasuno Female Volley Ball ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang