Chapter 10 : Tidak bisa mendekati Kageyama-san

303 55 0
                                    

Akira, 16 tahun, siswi kelas SMA biasa dan juga setter dari klub voli putri Karasuno saat ini sudah lima belas menit berbaring di ruang klub ketika istirahat. Ia mengangkat kedua kakinya ke dinding sambil menyedot kotak susu yang hampir habis. Mao dan juga Yuri ada disana sedang menghabiskan makan siangnya. Sudah beberapa lama ini mereka menghabiskan jam istirahat makan siang bersama saling membandingkan menu protein mereka.

"Hei, kau malas sekali, kenapa tidak makan siang?" Tanya Mao, yang sedang mengunyah bekal bakso nya.

"Aku malas sekali, kau tahu, siswi di kelasku terus menanyakan Kageyama-san padaku, mereka meminta ku untuk mengenalkan nya. Maksudku, mana ku tahu, berbicara saja aku tidak pernah padanya." Rajuk Akira.

"Kenapa kau tidak beritahu saja Kageyama-san, teman sekelas mu jadi mengganggu mu. Bukannya kau mengaguminya? Aku sering berbicara pada Noya-san." Kata Mao.

"Itu karena kalian dari satu SMP yang sama, Kageyama-san rasanya tidak terlalu dekat dengan para gadis." Jawab Akira.

"Ku pikir, laki-laki anak klub, suka jika di kagumi oleh para gadis?" Yuri menebak-nebak. Ia masih ingat bagaimana Nishinoya-san sangat bersemangat ketika Mao bilang dia kagum padanya.

"Maksudku..hmm bagaimana ya...kalian mengerti tidak sih?" Akira bangun dengan frustasi, kemudian ia beranjak membuka pintu menuju balkon gedung klub.

"Mana ya.." gumam nya hanya menggunakan kaos kaki berdiri di balkon.

"Kau ngapain?" Tanya Mao.

"Itu! Itu! Kemarilah!" Akira dengan heboh melambaikan tangannya meminta Mao dan Yuri bergabung dengannya ke balkon.

"Turunkan kepalamu Mao, kau akan menarik perhatian." Kata Akira. Jadi Mao berjongkok, dan Yuri berdiri di belakang Akira. Ketiganya hanya menggunakan kaos kaki. Ketiga siswi itu berada di balkon menatap seseorang yang berdiri di depan mesin penjual minuman otomatis.

Kageyama berdiri disana dengan tatapan serius menatap jajaran merek minuman selama beberapa saat. Kemudian memasukkan beberapa uang receh kedalam nya, lalu memencet dua tombol sekaligus dengan keras. Akira dan Yuri saling bertatapan. Jika itu mata seseorang, yang Kageyama pencet, maka orang itu sudah buta. Ia lebih terlihat seperti memukul Vending Machine dari pada memencet tombolnya.

Kageyama berjongkok mengambil sebuah susu kotak, dan meminumnya di tempat hingga habis, lalu membuang bungkus nya ke tempat sampah.

"Kalian mengerti kan maksudku, aku bahkan belum pernah berbicara padanya, bagaimana aku bisa mengeluh kalau teman-teman sekelas ku selalu meminta ku mengenalkan mereka?" Ujar Akira.

"Aku tahu maksudmu, menurutmu Kageyama-san aneh, kan? Kau jadi tidak mau mendekatinya. Ku pikir juga sama." Kata Mao masih berjongkok.

"Hahahahahah"

Tiba-tiba mereka mendengar suara cekikikan dari belakang mereka. Ketika mereka menoleh ternyata Tsukishima dan Yamaguchi sedang berdiri di belakang mereka. Sepertinya mereka baru saja meninggalkan ruang klub.

"Kalian membicarakan Kageyama? Aku mendengar kalian bilang Kageyama itu aneh." Ujar Yamaguchi. Ketiganya membatu, mereka tertangkap basah bergosip tentang senpai mereka.

"Kageyama memang aneh, kalian baru sadar? Kalian lihat bagaimana dia memilih susu kotak, dia seperti ingin mengajak Vending Machine berkelahi." Kata Tsukisima, masih nyengir.

"Memang nya Kageyama-san tidak populer ya? Aku pikir dia populer setelah penampilan kalian di kejuaraan nasional." Ujar Yuri polos. Ia sendiri pernah mengalaminya setelah memenangkan beberapa pertandingan skating orang-orang mulai membicarakannya.

"Dia populer, tapi dia bodoh dalam pelajaran. Jadi untuk mereka yang sudah tahu, mereka melihat Kageyama biasa saja. Dia cuma pintar dalam voli." Jawab Tsukishima.

"Aku juga bodoh dalam pelajaran, nilaiku hampir-hampir tidak lulus KKM." Yuri menunduk lesu, teringat pelajarannya yang sulit.

"Err—Yuri-san jangan di ambil hati, wajar saja karena kau murid pindahan dari negara lain, pasti sulit dengan mata pelajaran di Jepang." Ujar Yamaguchi buru-buru, takut Yuri tersinggung.

"Memang nya kenapa dengan Kageyama?" Tanya Tsukishima.

"Teman-temanku memaksa ku untuk meminta kontak Kageyama-san, itu benar-benar memabuat ku frustasi, berbicara saja aku belum pernah dengannya." Jawab Akira jujur. Tsukishima kembali terkekeh.

"Ajak saja Kageyama bicara, dia memang agak menyeramkan, tapi ku yakin jika kau berbicara dengannya dia akan menjawabnya. Dia sepertinya bukan tipe orang yang galak jika di ajak bicara." Ujar Yamaguchi.

Maka Akira menuruti saran Yamaguchi. Pada latihan sore, Akira mendekati Kageyama untuk memberitahu jika siswi di kelasnya selalu memaksanya untuk meminta kontaknya. Mungkin ia juga akan bertanya beberapa hal tentang teknik mengumpan bola jika sempat.

Ia melihat Kageyama dan Hinata sedang berlati passing sejak sepuluh menit yang lalu. Ia memberanikan diri untuk mendekati mereka karena saat itu mereka sedang santai di gelanggang dan belum ada pelatih.

"Kageyama.." Hinata hendak memanggil Kageyama karena melihat Akira berjalan di belakangnya, namun karena hilang fokus bola yang diberikan Kageyama terpental dari tangan Hinata.

"HEI KEMANA MATAMU HINATA, BEGO!" Teriak Kageyama. Akira yang mendengar Kageyama membentak Hinata sedikit menegang. Takut di bentak juga.

"Umm, Kageyama-san?" Panggilnya pelan.

"HAH?" Kageyama berbalik dan menjawab dengan kasar tanpa tahu siapa yang memanggilnya. Efek karena dipanggil setelah memarahi Hinata.

"Oh ada apa?" Tanyanya lebih lembut ketika sadar yang memanggilnya itu Akira. Namun terlambat, Akira sudah kaget duluan karena Kageyama membalas panggilannya dengan kasar.

"Uh, tidak, tidak apa-apa, maaf mengganggu kalian." Akira cepat-cepat mundur, lalu pergi meninggalkan mereka. Kageyama menatap Akira berlari dengan ekspresi bingung.

"Ne, Kageyama, kau ini orangnya tidak bisa lembut ya? Dia jadi takut." Komentar Hinata. Kageyama berbalik.

"APA KAU BILANG?!"

"Tidak..tidak jadi..." Bukan hanya Akira rupanya yang takut dengan Kageyama, Hinata pun masih takut dengan Kageyama jika ia sedang marah-marah. Tsukishima dan Yamaguchi yang berdiri di ujung lapangan menatap mereka dengan pandangan malas.

"Huh, si bodoh itu..." Komentar Yamaguchi.

The Rise : Karasuno Female Volley Ball ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang