BTH 18

165 7 0
                                    

Bebas memberikan komentar apapun, asalkan positif ya readers. Aku menerima semua pendapat kalian, So... ikuti terus ceritanya

──══─━══─|✠|─══━─══──
Happy Reading
──══─━══─|✠|─══━─══──

Setelah kejadian malam itu, Eliana benar-benar hancur. Rasa kecewa dan benci terhadap dirinya sendiri terus menghantuinya. Ia merasa kotor, dan bayangan akan janji yang pernah dibuat untuk menjaga keperawanannya sampai menikah kini terasa seperti penghianatan terhadap dirinya sendiri. Perasaan benci terhadap Nicolas semakin kuat, dan ia bertekad untuk menjauhinya.

Hari ini, Eliana harus bertemu dengan Jonathan. Ia merasa ini adalah kesempatan untuk melarikan diri sejenak dari perasaan bersalah yang membebaninya. Berpakaian rapi, ia mencoba menata kembali emosinya yang berantakan. Pikirannya terus berputar, mencari cara untuk tetap bersikap tenang di hadapan Jonathan.

Sesampainya di tempat yang telah disepakati, Eliana melihat Jonathan sudah menunggunya dengan senyum ramah seperti biasa. Namun, kali ini senyuman itu terasa asing baginya. Ada keraguan dalam hatinya, tapi ia tetap melangkah maju, berusaha menyembunyikan kegundahannya di balik senyum yang dipaksakan.

“Eliana, kau terlihat cantik seperti biasa,” puji Jonathan ketika Eliana duduk di hadapannya.

Eliana mengangguk kecil. “Terima kasih, Jonathan. Apa kabar?”

Jonathan tersenyum. “Baik, tapi aku lebih ingin tahu bagaimana kabarmu. Kau terlihat agak pucat, apakah semuanya baik-baik saja?”

Eliana terdiam sejenak. Pertanyaan itu membuat hatinya semakin berat. Ia ingin menjawab dengan jujur, ingin mengungkapkan beban yang dirasakannya, tapi ia tahu bahwa ini bukan saatnya.

“Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah dengan pekerjaan,” jawab Eliana akhirnya, mencoba menyembunyikan perasaan sesungguhnya.

Jonathan menatapnya dengan perhatian. “Jika ada sesuatu yang mengganggumu, kau tahu kau selalu bisa berbicara padaku, kan?”

Eliana tersenyum tipis. “Aku tahu, Jonathan. Terima kasih.”

Pertemuan itu berlangsung dalam suasana yang agak canggung. Eliana merasa sulit untuk fokus, pikirannya terus-menerus kembali ke malam itu, saat ia kehilangan sesuatu yang berharga bagi dirinya. Jonathan, meskipun mencoba membuat Eliana nyaman, bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda. Namun, ia memilih untuk tidak memaksa, berharap Eliana akan terbuka padanya ketika waktunya tepat.

Setelah beberapa saat berbicara, Eliana merasa cukup. Ia ingin segera kembali ke apartemennya, menjauh dari dunia luar dan berusaha menyembuhkan luka di hatinya. Namun, sebelum berpisah, Jonathan memegang tangannya dengan lembut.

Behind the Glamour Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang