Bab 1

270 26 0
                                    

Mata indah itu masih terpejam sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 07.47, pemuda dengan mata rubah itu masih setia bergelung di bawah selimutnya mengabaikan alarm yang sedari tadi berbunyi dan ponsel miliknya yang bergetar

Tepat pada jam 09.00, pemuda itu akhirnya terbangun, mata rubah itu terbuka dan dengan indahnya menatap sekeliling dengan tatapan bingung, tunggu....

"Gue dimana ?!" Pemuda itu bangkit dari kasurnya lalu panik bukan main, ini bukan kamarnya

Jelas bukan, kamar miliknya didominasi warna biru langit  sedangkan kamar yang sekarang dia tempati dominan berwarna hitam, apalagi aksesoris kamar ini dominan berwarna putih

Pemuda itu dengan tergesa gesa pergi menuju pintu sehingga tidak menyadari bahwa terdapat luka di lengan kirinya yang terbalut perban yang kini perbannya sudah berwarna merah

"Halo, ada orang ga?"

"Astaga tuan muda Axel? Apa yang anda lakukan, beristirahatlah, nyonya akan marah jika anda bergerak dengan kondisi seperti ini!" Seorang berseragam lengkap datang, sepertinya dia seorang pengawal

"Axel? Bukannya-

Gedebuk (anggap ae suara orang jatuh!)

Pengawal itu panik melihat tuan mudanya terjatuh, dengan tergesa gesa dia memanggil rekannya dan menggendong pemuda itu di punggungnya

Di bagian dunia lain, Egra terbangun dengan mengelus kepalanya, pemuda itu berdiri sambil menatap sekelilingnya yang berwarna hitam, hanya ada satu tempat bercahaya, yaitu tempat pemuda dengan Surai panjangnya yang dikuncir

"Egra kan?" Tanya pemuda bersurai panjang tersebut tanpa melihat ke arah Egra

"Gue minta tolong, jaga tubuh gue, dan hati hati sama dia." Tunjuk pemuda itu pada sebuah bayangan hitam pekat

Dan semuanya kembali gelap, Egra kembali merasakan tubuhnya kembali terlempar dan terasa berat lama kelamaan, dia ingin membuka matanya tapi tidak bisa, hingga...

"Axel Yeshua!" Teriak seseorang tepat di samping telinga pemuda yang sedang terlelap itu

"Eh anj!"

( Kita panggil Egra sekarang jadi Axel/shua )

Jadi dipanggil Axel sama orang yang ga Deket, dipanggil shua kadang kadang, soalnya shua itu nama kecilnya

Pemuda yang berteriak tadi tertawa terbahak bahak  menjadi khawatir ketika Axel memegangi kepalanya, dengan panik dia menghampiri pemuda yang sedang meringis sembari memegangi kepalanya

"Shua! Yeshua! Lo kenapa anjir?" Panik orang itu

"Berisik sat, eh Lo siapa?" Axel menjadi bingung, wajah orang di depannya ini familiar tetapi dia tidak tau namanya

"Masa gakenal gue anjir? Gue sahabat sehidup semati Lo Nevan Sergio, anak bapak Galang yang tampan sedunia." Nevan meletakkan tangannya di dahi nya seraya berdrama

"Lho? Masa anjir yang di depan gue ini protagonis? Bukannya kita gelud gegara rebutin kesaya ya?" Batin Axel

"Hoi, kok bengong Lo?"

"Hah" Axel masih ngelag

"Oh iya Cok, Lo kan gabisa liat kalau gapake kacamata!" Nevan lalu menggeledah laci pemuda itu dan menemukan kacamata

"Heh sat, gue rabun jauh bukan buta." Axel melemparkan sebuah bantal dan hap, tepat di kepala Nevan

Axel bangkit dari tempat tidurnya dan menemukan perban miliknya sudah harus diganti, Axel menoleh pada Nevan dan tersenyum smirk, Nevan itu tidak bisa melihat darah, dia menyuruh Nevan mengganti perban miliknya

Nevan hanya bisa iya iya saja, dengan tangan gemeteran dia buka perban milik Axel, dengan keberanian penuh warisan bapak Galang, Nevan mengganti perban tersebut, dia sudah pucat pasi!

"Ga mati kan Lo?" Tanya Axel sambil melihat Nevan yang masih pucat

"Kepala Lo gue mati!, ga bakalan lah sat, Lo sih sok Sokan lompat dari lantai kamar bapak Lo, malah jatuhnya kena pohon lagi, untung tangannya ga di amputasi, bisa bisa gelar prince starlight jadi punya gue." Dumel pemuda itu

"Muka Lo pas Pasan gitu mau gantiin gue? Big no."

"Kok lu gitu sih, shua jelek." Nevan mulai melengkungkan bibirnya ke bawah

"Eh jangan nangis, sini, Abang beliin kamu es krim."

Nevan memang mudah menangis, pemuda itu anak bungsu yang dimanja oleh keluarganya, Nevan 5 bulan lebih muda dari Axel dan sering menganggap Axel adalah kakaknya yang sudah meninggal

Malam datang, rembulan muncul menghiasi langit ditemani bintang yang bersinar cerah, Axel berdiri di balkon kamarnya yang menghadap pada sebuah pohon yang berbuah lebat

"Keknya enak kalau ngerujak malem malem." Kata pemuda itu pada dirinya sendiri

Axel mengambil ancang-ancang untuk segera melakukan aksinya dengan lihai dia bergelantungan dan melompat ke arah pohon tersebut

Hap

"Gotcha, dapet juga." Ujar pemuda itu

Pemuda itu melompat turun dari pohon tersebut tanpa melihat sekelilingnya, tanpa sengaja seorang pengawal melihat nya, jantung pengawal itu hampir lompat ketika melihat tuan mudanya datang dari langit

"Astaga tuan muda Axel?!!" Teriak pengawal itu

"Halo bang." Sapa Axel sambil menenteng buah mangga beserta tangkainya

Pemuda itu dengan santai masuk ke dalam rumahnya dan melempar buah mangga itu pada salah satu pengawal yang berjaga di pintu utama

"Bang, buatin rujak dong, Axel laper!!" Teriak Axel

Saat sedang asik menunggu rujaknya selesai, dia tidak menyadari ada sebuah tangan lentik yang hampir mencapai telinganya dan-

"Aduh sakittt bangsat." Pekik Axel

"Heh, berani kamu sama bunda?!" Hayo, mampus kau

Bunda Axel, namanya Katarina Yeshana, perempuan kuat yang sudah membesarkan Axel sehingga sebesar sekarang, pemilik butik YS yang terkenal akan rancangannya yang indah

"Udah tau perutnya sering jedag jedug malah ngerujak malem malem." Omel Rina pada putra semata wayangnya

"Ih apa sih bund, orang shua cuman-

"Cuman apa? Udah tidur, besok pagi kamu harus ke rumah papa kamu, giliran papa kamu sekarang." Ujar Rina

Tatapan Axel menjadi dingin, Axel sangat membenci sosok yang merupakan ayahnya, entah kenapa sosok ayah terasa asing baginya

Axel sedari dulu tidak di perhatikan ayahnya, ayahnya selalu saja memukul ibunya tanpa sebab, selalu menatapnya dingin, tetapi itu semua berbanding terbalik setelah ayahnya berpisah dengan ibunya, Axel seperti dipermainkan

Ayahnya sekarang mengemis maaf padanya, padahal sedari dulu tidak pernah dipedulikan, sosok anak kecil yang tidak di pedulikan ayahnya, entah apa salah Axel

"Ga bisa ya tetep sama bunda aja? Shua cape ketemu keluarga mereka." Ucap pemuda itu sedu

"Itu udah keputusan hakim shua, Axel harus tinggal sama bunda sebulan, sama ayah sebulan." Pemuda itu menenggelamkan kepalanya pada pelukan sang bunda

Rina yang mengerti pun hanya bisa mengelus kepala anaknya yang sudah tumbuh dewasa, bukan keinginannya untuk membuat Axel tersiksa, saat perpisahannya dengan ayah Axel, ayah Axel menuntut hak asuh Axel

Mereka berdua memperebutkan hak asuh Axel, tetapi pengadilan memutuskan hal yang lain, Axel merasa tersiksa, meskipun ayahnya sekarang berubah tetapi itu tidak cukup meredakan rasa bencinya

Sedangkan di tempat lain, seseorang menatap foto seorang pemuda dengan tatapan sedu, dia mengelus foto tersebut sembari tersenyum

"Maafin gue, Axel."

Polow
@meverse.__

Egra Or Axel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang