1

1.4K 154 5
                                    

Warning!

Cerita ini hanyalah fiksi belaka, tidak ada sangkut paut secara nyata untuk nama-nama yang digunakan.

Dilarang keras menyebar luaskan isi dari cerita terutama pada bagian sensitif.

Tidak disarankan untuk para homophobia.

Tidak untuk ditiru!

Rate 17+

Jangan lupa like & komen

~ Selamat Menikmati ~






"Thia!!"

Suara lantang nan menggelegar terdengar dari pintu kamar Thia. Gadis berusia 30 tahun itu spontan menoleh, matanya menangkap sosok asisten pribadinya yang tampak kewalahan membawa tumpukan barang. Thia, yang sebelumnya tengah asyik bersantai sambil mendengarkan musik pun segera bangkit dari tempat tidurnya.

"Kak? Ngapain sih?" Thia terheran-heran karena asisten pribadinya tampak kewalahan.

"Berapa kali aku harus bilang ke kamu?!" seru asisten pribadinya, wanita mungil itu terlihat geram. Terasa nafas beratnya menunjukan bahwa ia benar-benar sedang tidak dalam kondisi yang baik.

"Bilang apa sih, Kak? Aku nggak ngerti," Thia tetap tak paham meski asistennya sudah ngos-ngosan seperti itu.

Ck!

Asisten pribadi Thia mulai berdecak, mengacak rambutnya sendiri karena frustasi. Tak jarang mengeluarkan jeritan akibat terlalu kesal.

"Jangan kasih alamat apartemen kamu ke fans! Lihat nih, semua ini kiriman dari mereka! Udah aku bilang, kasih alamat kantor aja, Thia!" keluh sang asisten sambil meletakkan barang-barang itu dengan kesal.

Wanita yang tak lebih tinggi dari Thia itu pun mulai meletakkan buket dan beberapa paper bag berisi hadiah. Jika ditotal kurang lebih ada 10 paper bag dengan berbagai ukuran dan 3 buket bunga. Tubuh sekecil itu harus membawa barang sebanyak ini.

"Ah, iya, ya? Aku yang kasih? Maaf, Kak, lupa. Terus gimana dong sekarang?" Thia mulai merasa panik dan bingung.

"Ya gimana lagi? Udah terlanjur. Syukurlah cuma sedikit yang tau alamat ini. Kalau terus begini, kita harus pindah lagi. Nanti kamu juga yang repot," ujar sang asisten sambil menjatuhkan diri di sofa. Tubuhnya bahkan sudah tidak kuat menopang diri sendiri.

"Hehe… Masih kuat kan, Kak?" Thia mencoba memastikan asisten pribadinya masih betah bekerja dengannya.

Wanita itu menarik napas panjang, tampak lelah, "kalau kamu kayak gini lagi, aku mundur, Thia. Bukan karena aku nggak sayang, tapi capek juga urusin kamu. Kamu harus lebih hati-hati. Kita bukan penduduk asli negara ini, job kamu udah banyak. Aku takut ada orang jahat yang iseng kalau kamu terus-terusan ceroboh."

Thia menunduk, merasa bersalah. Setelah beberapa saat, dia duduk di samping asistennya dan memeluknya erat.

"Kalau Kak Flo udah nggak kuat, Kak Flo boleh mundur kok. Aku juga udah banyak ngerepotin."

Flo, sang asisten, menghela napas.

"Bukan itu yang aku mau dengar dari kamu, Thia. Tapi, ya sudahlah. Jangan sampai kejadian lagi," Flo sudah pasrah dengan Thia kali ini.

Lima tahun sudah Flo bekerja dengan Thia. Banyak yang telah mereka lewati bersama. Flo pertama kali bertemu Thia di sebuah bar di Singapura. Saat itu Thia mabuk berat. Flo yang saat itu sedang mencari pekerjaan, secara tak sengaja melihat Thia diganggu oleh beberapa pria. Dengan kemurahan hati Flo menyelamatkan gadis itu. Sejak saat itu, mereka menjadi dekat.

Scandalous 2 (Greesel x Cynthia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang