BAB 5: Pa, Navy juga Mau

915 64 4
                                    

Navy kembali ke rumahnya yang sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Navy kembali ke rumahnya yang sunyi. Ia menghempaskan tubuh lelahnya ke atas kasur tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Kepalanya sangat sakit sejak duduk di atas motor tukang ojek saat pulang sekolah tadi. Cape banget sampe sakit kepala gini, batinnya.

Sakit kepala yang belakangan ini tak membuat Navy berterus terang pada Sesilia, kecuali jika wanita itu bertanya seperti tadi pagi, maka Navy akan berkata jujur. Namun, kini selain pusing Navy bahkan merasa tubuhnya lemas dan tak dapat beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Navy memutuskan untuk berbaring sejenak sembari menutup matanya hingga merasa lebih baik.

Sepuluh menit berselang hingga Navy merasa sakit kepalanya jauh lebih baik. Navy pun beranjak menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Tidak butuh waktu lama bagi Navy untuk mandi, sepuluh menit kemudian ia sudah keluar dengan menggunakan baju rumahan biasa, kaos oblong dan celana panjang yang menutupi kaki jenjangnya.

Masih merasakan lemas di tubuhnya, Navy memutuskan untuk kembali berbaring di atas kasur. Menutup matanya demi menghilangkan sakit yang perlahan kembali mendera kepalanya tanpa henti. Cukup lama Navy terdiam dalam posisi yang sama, hingga tanpa sadar ia tertidur sampai menjelang malam.

Perlahan mata Navy kembali terbuka saat mendengar ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk. Tangan Navy bergerak asal mencari ponselnya yang entah di mana. Tak kunjung menemukan benda pipih tersebut, Navy pun duduk dan mengangkat bantal yang ia kenakan. Benar saja, benda pipih itu berada di sana dan masih berdering beberapa detik kemudian mati sebelum Navy sempat meraihnya.

"Siapa, sih," gumamnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Begitu ponselnya telah menyala, Navy segera membuka pemberitahuan panggilan tak terjawab yang ternyata adalah mamanya. "Tumben nelepon jam segini." Navy kembali bergumam sebelum berusaha menghubungi balik Sesilia.

Hanya butuh dua detik hingga panggilan Navy di jawab oleh wanita tersebut. "Halo, Ma, kenapa?" tanyanya saat sudah mendengar suara Sesilia.

"Nav, Mama hari ini ga pulang. Besok ada pesanan kue yang harus selesai jam empat pagi, untuk wedding. Kemungkinan Mama bakal lembur dan pulang besok pagi."

Navy sontak memasang wajah kecewa, meski Sesilia tak melihatnya Navy yakin wanita itu paham akan kekecewaan Navy melalui helaan napas anaknya. "Terus Navy gimana?" tanyanya lesu.

Untuk beberapa saat tak ada jawaban yang dapat Sesilia berikan. Navy pun turut berdiam diri menanti jawaban dari wanita yang menjadi takhta tertinggi dalam hidupnya itu.

"Maaf, ya, Navy di rumah sendiri dulu malam ini. Tolong ngertiin Mama, ya, Nav?"

Navy menghela napas sekali lagi. "Oke, Mama baik-baik, ya, jangan dipaksain kerja kalo udah cape," katanya. Ingin sekali Navy mengatakan bahwa ia tak ingin di rumah sendirian. Ia bukannya takut, hanya saja ... terlalu sepi dan hampa, Navy tak suka.

Hiraeth [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang