BAB 7: Kucing-kucing Navy

703 54 11
                                    

Hari pertama Navy menjalani hukumannya, ia benar-benar menuruti kemauan mamanya untuk tetap diam di rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari pertama Navy menjalani hukumannya, ia benar-benar menuruti kemauan mamanya untuk tetap diam di rumah. Bangun tidur, sarapan, melihat mobil mamanya meninggalkan halaman rumah, mandi, dan bersih-bersih. Setelahnya Navy hanya berguling seharian di atas kasur, memainkan ponsel, mengerjakan tugas, membaca buku atau apa pun yang bisa membuat Navy tidak merasa bosan. 

Pada akhirnya usaha Navy untuk tidak bosan di rumah sendiri seharian itu percuma. "Bang, Jevas lama banget pulangnya," gumam Navy. Rencananya jika Jevas sudah pulang Navy akan bermain di rumah pemuda itu.  Sayangnya pemuda itu tak kunjung terdengar bunyi motornya bahkan hingga pukul lima sore.

"Bisa mati kebosenan gue kalo kayak gini." Navy yang sudah kepalang bosan pun akhirnya bangkit dari posisi tidurannya dan bergegas menuju kamar mandi dengan suasana hati yang cukup berantakan. 

"Kek ga punya siapa-siapa, njir. Mau minta Archer ke sini juga ga bisa, tuh, anak pasti masih sakit."

Kenapa tidak bermain dengan Maxius atau Atharis? Navy sendiri sebenarnya cukup sungkan dengan dua kakak tingkatnya itu, jika tidak diajak duluan ia dan Archer biasanya tidak akan mengganggu keduanya.

Navy memutuskan untuk keluar dari rumah, berhubung hari sudah sore dan cuaca juga tidak lagi panas. Pemuda bersurai kecokelatan itu menggunakan baju kaos berwarna putih juga celana pendek berwarna cokelat. Sebelum keluar dari kamar, Navy lebih dulu mengambil sesuatu di bawah kasurnya. Makanan kucing yang sudah ia pindahkan ke sebuah botol plastik.

"Mending liat kucing di jalan, deh," gumamnya. 

Navy itu sangat menyukai kucing, tetapi ia tidak mau memelihara kucing di rumah karena mamanya alergi dengan bulu hewan. Lagi pula, ia hanya suka, jika mengurus kucing Navy tidak yakin ia akan bisa.

Begitu pintu rumahnya terkunci, Navy melangkahkan kakinya menyusuri jalanan kompleks yang cukup sepi. Ya, memang tidak pernah ramai karena penghuninya kebanyakan adalah pekerja yang jarang berada di rumah, seperti Sesilia.

Langkah kaki Navy terhenti di taman kompleks yang hanya berjarak dua ratus meter saja dari rumahnya, ia menghampiri seekor kucing yang mengah berguling-guling di atas rumput. Kucing berwarna putih itu tampak bersih, di lehernya juga terdapat kalung yang artinya hewan berbulu ini milik orang lain. 

Navy tidak ada niat mencuri, ia hanya mendekati kucing tersebut untuk dijadikan teman ceritanya. "Meng, halo! Kamu laper ga?" tanyanya sembari mengusap punggung kucing yang kini sudah berjalan mendekatinya.

Navy pun mendudukkan dirinya di atas rumput sembari mengusap-usap kucing yang tampak menggemaskan itu. "Lucu banget, sih, kamu. Orang tuamu mana? Masa kucing segemes kamu di sini sendirian," ucapnya. Navy terbiasa menyebut pemilik kucing sebagai 'orang tua' ia juga menyebut dirinya 'Kak Navy' saat berbicara dengan kucing.

"Kak Navy bawa makanan, kamu mau?" Meski tak tahu apa yang kucing itu katakan, saat kucing itu mengeluarkan suara Navy langsung membuka botol yang ia bawa dan menuangkan isinya ke atas rumput.

Hiraeth [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang