Chapter 1
Si Brengsek
"Ya Tuhan, Bianca... kau baru saja menghancurkan karierku," erang Lisa yang duduk di bangku tunggu rumah sakit.
"Karier yang belum dimulai," ralat Bianca tidak terima.
"Bi, itu satu-satunya harapanku," kata Lisa terlihat putus asa.
Bianca Stanton, wanita berusia dua puluh tujuh tahun pemilik mata berwarna hijau itu menghela napas berat. Ia juga tidak menyangka kalau paginya akan menjadi hari yang sangat buruk pagi ini, ia tidak menyangka jika dirinya akan bertemu dengan Evander Torrado. Ia bahkan tidak menyangka seorang Evander secepat itu duduk di kursi CEO di sebuah perusahaan penerbangan di negaranya.
Bianca lebih tidak percaya lagi jika perusahaan penerbangan itu ternyata milik keluarga Torrado setelah ia mencari tahu tentang perusahaan itu.
"Aku tidak tahan lagi ingin sekali menamparnya," kata Bianca terlihat jengah. "Asal kau tahu, tamparan saja tidak cukup! Aku seharusnya mencekiknya atau membenturkan kepalanya ke tembok."
Lisa menggelengkan kepalanya pelan. "Kau jelas mengenalnya, kau bisa menahan emosimu sejenak lalu kau bernegosiasi setelah itu baru kau menamparnya."
"Huh? Apa bedanya?" tanya Bianca sambil menjepitkan beberapa helai rambutnya yang berwarna cokelat ke belakang telinganya.
"Paling tidak kau sudah berusaha."
Lisa tidak tahu sebanyak apa rasa benci Bianca kepada Evander, jika Lisa tahu atau mengalaminya sendiri mungkin Lisa juga akan melakukan hal yang sama pada Evander.
"Dengar, dunia ini belum kiamat hanya karena kau tidak mendapatkan pekerjaan di sana. Lagi pula kau bisa bekerja di tempatku," kata Bianca.
"Merangkai bunga?" tanya Lisa sambil kedua alisnya terangkat.
"Aku yakin kau lebih memilih merangkai bunga ketimbang merawat bunga Tulip di kebunku."
Bianca adalah pemilik La Luna Florist, dia juga memiliki kebun bunga yang dikelola menggunakan teknologi modern yang baru saja ia geluti sekitar satu tahun. Sebelumnya saat kuliah ia bekerja sambilan selama empat tahun di sebuah toko bunga lalu memutuskan menekuni bidang tersebut setelah mendapatkan gelas sarjananya. Ia membuka toko bunga sendiri yang dirintis dari nol dengan modal yang nyaris pas-pasan saat itu.
Tiga tahun kemudian saat bisnis toko bunganya sudah stabil ia berpikir mengembangkan bisnisnya dengan menanam bunga tertentu yang tidak berbunga sepanjang tahun seperti bunga Tulip, Lili of the Valey, dan Peony.
Otaknya diperas habis-habisan memikirkan sendiri agar inovasinya berhasil, ia belajar dari berbagai sumber dan sampai saat ini sebenarnya pun usahanya belum membuahkan hasil, bunga Tulip-nya baru tumbuh setelah gagal berkali-kali, bunga Peony-nya baru bertuas dan Lily of the Valey belum ada tanda-tanda akan berbunga.
Ayahnya bilang kalau dirinya hanya membuang-buang waktu dan uang saja dengan menanam bunga-bunga itu karena membeli jauh lebih praktis, tetapi memiliki kebun bunga sendiri adalah impiannya bukan sekedar insting bisnisnya.
Ayahnya juga selalu protes karena hingga usianya dua puluh lima tahun ia belum pernah berkencan dengan pria mana pun. Bianca memang tidak tertarik dengan hubungan asmara, juga tidak tertarik bergaul dengan pria.
Bukan tanpa sebab, wanita yang memiliki tinggi 175 cm itu pernah terluka dan pria yang melukainya adalah Evander Torrado, si brengsek teman di sekolah menengah atas dulu.
Bianca dan Evander awalnya tidak terlalu dekat meskipun mereka sama-sama tergabung di club basket, bisa dibilang mereka hanya saling kenal satu sama lain. Hingga saat di kelas tiga secara kebetulan mereka menjadi teman sekelas.
Evander ternyata adalah siswa bandel yang bermalas-malasan dan sering tidur di kelas, bahkan sering membolos. Suatu saat Bianca mendapati pria itu sedang duduk di atap bangunan sekolah sambil bermain gitar, itu adalah sebuah kejutan karena Evander ternyata bisa memainkan alat musik. Mereka mengobrol dan itu adalah pertama kali mereka berbicara secara personal.
Berjalannya waktu Evander sering menyapanya lalu mengajaknya bicara, dan setelah satu semester pria itu menyatakan ketertarikannya pada Bianca.
Ayah Bianca adalah salah seorang guru di sekolahnya dan ayahnya adalah orang tua yang disiplin, Bianca dilarang berpacaran sebelum lulus sekolah menengah atas. Jadi, Bianca menolak Evander tanpa berpikir sedikit pun.
Namun, Evander begitu gigih padanya. Pria itu sering mengajaknya melihat hal-hal kecil seperti menonton pertunjukan musik di jalanan Barcelona, memberinya cokelat, boneka kecil yang lucu, dan barang-barang menggemaskan lain hingga Bianca memutuskan untuk menerima Evander sebagai kekasihnya dengan cacatan hubungan mereka harus dirahasiakan.
Evander setuju dan mereka sering bersama-sama sepulang sekolah dengan alasan belajar bersama. Sayangnya setelah ujian kelulusan Evander menghilang begitu saja, pria itu bahkan tidak datang di acara promnight.
Bianca baru menyadari jika dirinya dimanfaatkan oleh Evander karena nilainya dan nilai Evander hanya selisih satu angka di mana Evander lebih unggul dari dirinya.
Evander mendekatinya karena dirinya adalah seorang yang paling cerdas di kelasnya. Lalu, kini ia bersikap antipati terhadap hubungan antar jenis karena takut akan dimanfaatkan kembali oleh pria yang mendekatinya.
Bersambung....
Jangan lupa kasih komentar biar rame dan bintang-bintanya ya kak!Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis!
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Love
Romance🔞 Adult content! ⚠️ Sesuaikan usia kalian untuk membacanya! Bianca tidak menyangka jika akan bertemu lagi dengan mantan kekasih brengseknya di sekolah menengah atas setelah sembilan tahun tidak bertemu, pria itu kini menjadi seorang CEO di sebuah p...