🔞 Adult content!
⚠️ Sesuaikan usia kalian untuk membacanya!
Bianca tidak menyangka jika akan bertemu lagi dengan mantan kekasih brengseknya di sekolah menengah atas setelah sembilan tahun tidak bertemu, pria itu kini menjadi seorang CEO di sebuah p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chapter 2
La Luna Florist
Evander tidak menyangka jika hari keduanya di Madrid dan menduduki jabatan sebagai CEO di perusahaan penerbangan milik ayahnya justru mendapatkan tamparan dari seorang wanita, pria pemilik mata cokelat itu tersenyum miring seraya meraba pipinya yang beberapa jam lalu ditampar oleh Bianca.
Evander secara tidak sengaja melihat Bianca sedang berbicara dengan resepsionis, ia lalu memerintahkan sekretarisnya untuk menyelidiki untuk apa Bianca datang ke kantornya. Evander lalu menginstruksikan kepada sekretarisnya agar mengarahkan Bianca ke ruangannya, tetapi Evander tidak menyangka jika kejadian sembilan tahun yang lalu masih membuat Bianca marah dan rupanya menyimpan dendam sehingga meluapkannya dengan menampar dirinya hanya karena sedikit kalimat ejekannya.
Menurut pria berusia dua puluh tujuh tahun itu kisah asmara mereka ketika itu tidak perlu dibesar-besarkan lagi, itu sudah terlalu lama dan itu juga hanya kisah cinta anak remaja sekolah menengah atas yang tidak serius. Lagi pula siapa suruh Bianca begitu polos saat itu sehingga begitu mudah diperdaya?
Namun, Evander tiba-tiba berpikir jika mungkin Bianca masih sepolos dulu sampai-sampai tidak tahu Binter Canarias adalah perusahaan milik siapa sehingga wanita itu bersedia datang menggantikan temannya. Apakah sebelum menggantikan temannya wawancara Bianca tidak menyelidiki latar belakang perusahaan terlebih dahulu?
Benar-benar menarik, Evander penasaran apakah jika sekarang ia mendekati Bianca, apakah masih semudah dulu?
Pria tampan dengan tinggi 189 cm itu meraih ponselnya memerintahkan seseorang menyelidiki Bianca Stanton dan lima belas menit kemudian data-data Bianca sudah ada di genggamannya. Dengan pendidikannya Bianca justru membuka toko bunga padahal ia lulus sebagai Cum laude saat mendapatkan gelar sarjana, pemikiran sederhana seperti itu tidak dapat dicerna menggunakan akal Evander.
La Luna Florist, Evander tersenyum menatap layar ponselnya, satu tangannya mengusap rambutnya yang berwarna cokelat gelap lalu bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruangan kerjanya kemudian melajukan mobil sport-nya menuju La Luna Florist.
Sesampainya di tempat yang ia tuju, Evander tidak langsung keluar dari mobil. Ia mengamati bangunan toko bunga yang sederhana, tetapi terlihat rapi dan bersih. Halamannya cukup luas sehingga memudahkan tempat parkir, di teras ada berbagai macam bunga yang dipajang menambah kesan toko bunga kecil yang manis dan estetik
Ketika Evander hendak memasuki pintu toko bunga, pintu toko itu merupakan pintu geser sepeti pintu ruang kerjanya, hanya saja tidak memakai teknologi otomatis sepeti pintu kerjanya.
Evander menggeser pintunya, suasana terlihat lengang dan tidak ada seorang pun di sana. Evander memutuskan untuk melihat-lihat beberapa bunga yang dipajang di dalam toko dan bibirnya mengulas senyum tipis.
"Ada yang bisa kubantu?"
Suara wanita itu membuat Evander memalingkan wajahnya dan ia mendapati Bianca mengenakan pakaian sederhana dengan celemek di tubuhnya memegangi gunting tanaman di tangan kirinya dan Evander baru ingat kalau Bianca kidal. Rambut panjang Bianca tidak lagi serapi tadi pagi saat mereka bertemu, tetapi justru terlihat lebih nyaman dipandang dibandingkan Bianca yang berpenampilan rapi.
Tatapan mereka bersobok, ekspresi Evander langsung serius dan terlihat dingin sementara Bianca memasang tampang galak.
"Untuk apa kau ke sini?" tanya Bianca langsung.
"Bianca?" tanya Evander berpura-pura terkejut melihat Bianca di sana. "Kau bekerja di sini?"
"Hari ini tokoku tidak buka," ucap Bianca.
"Oh. Jadi, ini tokomu? Tapi, kau memasang tanda 'open' di pintumu."
"Ya, aku buka untuk pelangganku."
Evander tersenyum sinis. "Aku bisa membeli toko bungamu jika aku mau."
"Tidak sopan!" kata Bianca sambil melotot. "Kau pikir mentang-mentang kau punya banyak uang dan orang tuamu putra orang penting di negara ini kau bisa seenaknya saja menggertakku?"
"Aku hanya ingin memesan 1001 mawar merah untuk kekasihku dan aku mau sekarang," kata Evander seraya menatap mata Bianca dengan tatapan lurus yang mengintimidasi.
"Sudah kubilang, aku hanya melayani pelangganku saja," ujar Bianca tegas dan membalas tatapan Evander.
Evander tersenyum sinis kepada Bianca meskipun batinnya tidak, menyaksikan Bianca yang begitu berani dan berbeda dengan Bianca di masa sekolah menengah atas benar-benar menarik dan terasa menyenangkan.
"Kubilang aku mau 1001 mawar merah, aku akan menunggunya. Berapa pun biayanya," tegas Evander.
Bianca menghela napas, wanita itu terlihat jengkel. "Silakan mencari toko bunga lain, bunga sebanyak itu kami tidak memilikinya. Kau harus memesanpalimg tidak satu hari sebelumnya."
"Kalau begitu, besok akan kuambil, dan hari ini aku ingin sembilan puluh sembilan mawar," kata Evander.
Bianca memutar bola matanya lalu berjalan ke meja kasir, ia mengambil tumpukan kertas nota dan menulis tagihan pesanan Evander.
Membeli bunga sebanyak itu tentunya hanya akal-akalan Evander, ia akan menyuruh orang membagi-bagikan di jalanan besok dari pada memenuhi tempat tinggalnya.
Evander lalu membayar seluruh tagihannya, sementara Bianca mulai merangkai sembilan puluh sembilan mawar yang Evander pesan. Diam-diam Evander memperhatikan betapa cekatannya Bianca merangkai bunga dan betapa seriusnya wanita itu memperhatikan tiap detail letak bunga.
Evander berdehem kemudian berkata, "Bagaimana kabar anak temanmu?"
"Sudah lebih baik," jawab Bianca tanpa menoleh pada Evander.
"Aku bisa memberi temanmu kesempatan, jika kau mau."
Bianca mengangkat kepalanya dan tatapan mata wanita itu bersobok dengan tatapan Evander.
"Kenapa harus aku?"
"Ya. Hanya kau yang bisa."
Alis Bianca berkerut dalam. "Omong kosong."
Evander mengambil sebuah kartu nama di meja kasir dan memasukkannya ke dalam saku celananya. "Aku akan memberitahu caranya besok dan jika kita sepakat, dan temanmu lusa bisa mulai kerja di kantorku di departemen keuangan."
Bersambung.... Jangan lupa tinggalkan komentar dan bintang-bintang Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.