4. Bertemu Evander

152 35 3
                                    

Chapter 4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 4

Bertemu Evander

"Bersiaplah, untuk makan malam bersamaku."

Oh, Tuhan! Bianca ingin menghancurkan ponselnya setelah membaca pesan yang dikirimkan Evander. Baru satu hari Lisa bekerja di Binter Canarias dan Evander sudah berusaha menindasnya dengan memaksanya pergi makan malam. Pria itu benar-benar menjengkelkan.

"Hari ini aku tidak bisa menemanimu makan malam karena aku harus menjaga putra Lisa." Tulis Bianca di pesan pendeknya.

"Lalu, ke mana Lisa?" tanya Evander.

"Dia baru sehari bekerja di kantormu, dia masih butuh biaya untuk membayar baby sitter yang menjaga putranya di siang hari," jawab Bianca.

Evander tidak membalas pesannya lagi dan Bianca merasa bersyukur, akhirnya ia terbebas dari pria itu. Bianca lalu melanjutkan aktivitasnya di dapur, ia menyusun piring-piring dan peralatan dapur lainnya ke dalam mesin pencuci piring lalu mengaktifkan mesin.

Bianca mengeluarkan sayuran, daging, susu, pasta, dan beberapa  jenis bawang dari dalam kulkas lalu mengenakan celemek di tubuhnya. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil ia mulai mengolah makanan untuk makan malamnya. Tetapi, baru saja ia mulai mencincang bawang ponselnya berdering.

Bianca meletakkan pisaunya sambil mendengus kesal karena Evander meneleponnya. Tidak bisakah pria itu membiarkannya tenang?

"Ada apa?" tanya Bianca ketus.

"Kirim lokasi tempat tinggalmu," jawab Evander.

"Aku tidak menerima tamu pria," kata Bianca semakin ketus.

"Aku mengirimkan seorang baby sitter untuk menjaga putra Lisa."

"Aku bisa menjaganya, terima kasih." Bianca kemudian mematikan telepon, tetapi ponselnya berdering lagi membuat Bianca benar-benar ingin memasukkan  ponselnya ke dalam air.

"Aku belum selesai bicara, Bi," kata Evander.

Bianca mendengus. "Evan, aku tidak ingin berutang apa pun padamu lagi."

"Kau memang tidak berutang padaku, tetapi temanmu berutang padaku dan kau adalah jaminannya."

Benar-benar iblis brengsek, Bianca ingin sekali memaki Evander. Andai bukan karena Lisa mungkin jika Evander ada di depannya, Bianca akan menamparnya sekali lagi.

Bianca mengatur napasnya, dengan kesabaran yang setipis jaring laba-laba ia berkata, "Katakan apa yang kau inginkan."

"Kirimkan lokasimu, baby sitter akan datang dan pukul Sembilang aku menunggumu di restoran Hotel Four Season."

Dengan geram Bianca kembali mematikan sambungan telepon lalu mengirimkan lokasinya pada Evander kemudian memasukkan kembali bahan-bahan makanannya ke dalam kulkas, setelah dapurnya  kembali bersih ia pun pergi ke kamarnya untuk bersiap.

Sedikit bingung harus berpakaian seperti apa, Bianca mengaduk-aduk lemarinya memilih pakaian yang akan ia kenakan. Four Season Hotel adalah tempat orang kaya yang menghabiskan 1000 $ per malam hanya untuk menginap satu malam. Mustahil jika Bianca pergi mengenakan pakaian sembarangan ke sana, ia tidak ingin dikira gelandangan salah masuk hotel.

Setelah menimbang-nimbang ia memilih pakaian semi formal berwarna hitam dan dipadukan dengan sepatu hak tinggi berukuran 7cm berwarna hitam bercorak silver dan menenteng tas berwarna putih.

***

Evander melambaikan tangan pada Bianca yang memasuki restoran di Four Season Hotel, ketika Bianca mendekati mejanya tatapan Evander terpaku pada penampilan wanita itu.

Di toko bunganya Bianca berkesan tidak memperhatikan penampilannya, tetapi begitu keluar untuk makan malam Bianca menjelma sepeti bukan pemilik toko bunga kecil di Madrid dan Evander tidak menampik jika Bianca sangat menawan dengan pakaian semi formal pilihannya yang sebenarnya cukup sederhana, bukan dari brand kelas atas.

Kemudian tata rias wajah Bianca, wanita itu memilih lipstik berwarna kalem yang sesuai dengan kulitny yang putih. Warna bedaknya juga tidak terlalu kontras dengan warna kulitnya sehingga bintik-bintik cokelat samar di kulitnya yang tidak begitu banyak tidak tertutup sempurna dan rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai begitu saja.

Evander berdehem. "Mulai besok kau tidak perlu menjaga putra Lisa lagi."

Bianca menarik sebuah kursi lalu duduk. "Katakan apa maumu melakukan semua ini?"

Meskipun dulu Evander kuliah di Madrid, tetapi bukan berarti ia memiliki banyak teman di ibukota Spanyol itu. Beberapa teman akrabnya sama sepertinya yang memiliki banyak kesibukan sendiri, bahkan beberapa di antara mereka tidak lagi tinggal di negeri Matador.

Evander yang baru tinggal lagi di Madrid setelah dua tahun belajar mengelola kantor cabang Binter Canarias  di Barcelona merasa sedikit bosan dan kesepian sehingga saat bertemu kembali dengan Bianca, satu-satunya kesenangan yang terbersit di otaknya adalah bermain-main dengan Bianca yang sepertinya sangat  terganggu dengan keberadaan dirinya.

"Aku hanya ingin berteman denganmu," kata Evander lalu meletakkan ponselnya di atas meja kemudian melambaikan tangan pada pelayan.

"Aku tidak butuh teman lagi dan jika aku mau berteman denganmu itu karena sangat terpaksa demi Lisa dan putranya," kata Bianca dengan ketus.

Evander menyukai cara Bianca, semakin wanita itu ketus dan bermuka masam Evander merasa semakin tertantang untuk menaklukkannya.

"Memangnya keluarga Lisa tidak ada sehingga harus kau yang menjaga anaknya?"

"Keluarga Lisa dan mendiang suaminya berada di Mexico," jawab Bianca datar.

"Kenapa dia tidak pulang saja ke Mexico?"

Bianca  mengedikkan kedua bahunya bersamaan, enggan menjawab pertanyaan Evander lagi bersamaan dengan itu pelayan restoran datang membawakan buku menu lalu menyodorkan pada Bianca dan Evan.

Bianca memasang ekspresi begitu tenang membaca semua menu di buku yang ia pegang, tetapi sebenarnya tidak satu pun ada yang menarik di matanya apa lagi beberapa jenis menu tidak dikenalinya dan yang pastinya tidak memiliki selera makan meskipun sebenarnya dirinya sangat lapar.

Bersambung....
Jangan lupa tap bintangnya ya! Dan komen biar rame, biar menyala!

1001 LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang