PART 4- cemburu

4.3K 154 8
                                    

Keyna Pov

Dia itu cepat sekali berubah. Gelar bos galak,dingin dan cuek memang pas untuknya. Secara beberapa departement berada dibawah naungannya. Jadi, orang yang tadi Laura sebut 'bos' galak sudah pasti Prasetya kan? Saat aku melihat om Brata, sepertinya dia orangnya ramah. Ga sombong dan gak galak kaya si Pras. Usianya berapa sih Si Pras? Sama adik lelakiku aja masih muda Pras kali.

Pras calon adik iparku emang nyebelin.

Tadinya aku akan menanyakan beberapa hal pada Pras sekaligus mengembalikan id card miliknya, karena ku lihat dia sangat sibuk maka aku tunda rencanaku tersebut dan memilih untuk diam saja.

Memandangi wajahnya.

Deg~ sekilas mirip Brata.
Ternyata perasaanku mulai aneh karena melihat wajahnya. mending segera cari kesibukan selain pekerjaan yang tak kunjung ia berikan padaku. Mungkin ia tak percaya untuk menyerahkan pekerjaannya padaku, aku putuskan untuk bermain game angry bird saja.

Begitulah kira-kira ceritanya.

Aku masih duduk terdiam setelah beberapa menit bos galak itu keluar dari ruangannya, aku mengeluarkan id card milik bos galak itu, terpangpang jelas foto yang sedang tersenyum di id card itu.

"Ngapain kamu senyam-senyum? difoto keliatan ganteng senyam-senyum. Aslinya maaakk! Jauh be ge te. Ngatup aja entu bibir"omelku.

"Ekmmm..."

Betapa terkejutnya aku mendapati sosok om Brata yang sudah masuk ke ruangan ini, entah sejak kapan.

Aku selalu terpesona saat memandangnya hari ini, berjas putih dengan dasi biru yang mengkilat terpasang di lehernya. Ia masih menggunakan kaca mata kerjanya.

Membuat pesonanya maximal!!

"Pras kemana nih?" Tanyanya.

Oh jadi Brata kesini cuma mau nyariin Pras.

"Saya gatau pak, dia marah gitu aja sama saya.."jawabku terang-terangan.

"Hah? Pras marah sama kamu? Anak itu tuh ya,sudah saya bilang untuk jaga sikap dan sopan plus jagain kamu, eeeh malah beraninya dia marah-marah"gerutu om Brata yang aku tau dia pasti akan ngelabrak tuh adeknya yang kurang ajar.

Haha. Rasain lo..

"Gapapa ko pak, lagian aku yang salah. Aku malah main game tadi.."jelasku persis seperti orang pasrah dan polos yang sering menyalahkan diri sendiri.

Padahal tidak. Itu bukan style-ku untuk bersikap menyalahkan diri sendiri karena itu juga bukan salahku. Dia yang mengabaikanku terlebih dahulu.

"Game?"

"I--iya om eh pak"

"Haha.. pantes aja dia marah, dia itu kalo kerja super duper perfect. Bisa dikatakan melebihiku. Omong-omong kok panggilan kamu ke saya jadi lebih ngeri lagi ya? Apa itu pak? Malah saya keliatan lebih tua dengan sebutan itu" protes Brata sambil menahan tawa.

"Ya kalo di kantor masa saya mau manggil anda om? Mas? A? Abang? Akang? Lagian saya juga gak ngerti kenapa saya bisa diterima disini. Saya gamau nepotisme ya pak"ujarku.

"Oh bukan. Ini murni karena hasil seleksi"jawabnya.

"Gitu ya" responku singkat.

Tak lama kemudian, sosok yang sedari tadi menjadi bahan pembicaraan kami datang dengan membawa setumpuk kertas.

Pras nampak keberatan membawa setumpuk kertas itu, sampai-sampai ia mengacuhkan Brata dan memilih untuk menaruh terlebih dahulu kertas itu di lantai.

Kapan Married?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang