PART 6

3.6K 179 15
                                    

Brata pov

Jujur, aku tak bermaksud untuk mencari istri pengganti setelah kehilangan Jessica. Istriku yang baru meninggal 3 bulan lalu, ia meninggal karena berjuang untuk melahirkan anak pertama kami Julian. Jagoan kecil kami saat ini genap berusia 3 bulan, ia diasuh oleh tante Wanda yang sampai saat ini belum memilki anak. Aku sangat berhutang budi padanya, makanya tak enak rasanya jika aku menggagalkan proyek iklan yang akan digarap oleh tante Wanda meski harus beradegan sedikit intim dengan Tiffany.

Tiffany. Mengapa tante Wanda ingin sekali Tiffany menjadi bintang iklannya?

Mendengar nama itu aku teringat akan sesuatu, dulu Jessica sering bertengkar dengannya karena perlakuan Tiffany yang tak senonoh padaku. Lucu rasanya membayangkan ekspresi wajah Jessica jika ia marah dan kesal pada adiknya yang selalu sengaja dekat-dekat terus denganku.

"Sayang, dia itukan adikmu. Aku juga anggap dia sebagai adikku.. udah ah jangan cemberut terus"

"Ya tapi aku tahu mas, dia itu nyimpen perasaan sama kamu! Itu sifat jeleknya! Dia itu suka ngerebut milik orang lain, matanya udah ketutup sama dunia kelamnya. Aku yakin Tiffany juga mau ngerebut kamu dari aku"

"Yaudah yaudah..jangan marah-marah terus dong ah. Kamu kan lagi ngisi, kasian anak kita ikutan stres tuh.. nanti kalo anak kita baru lahir muka tantenya udah dipipisin gimana? Kasian kan Tiffany..hahaha"

"Biar aja dipipisin.. aku gak peduli mas. Pokoknya kalo dia nyosor-nyosor lagi aku gak akan tinggal diam!"

"Heish..gak boleh ngerusak tali silaturahmia ah.. apalagi sama saudara kandung, masa gara-gara aku kalian jadi musuhan? Sewajarnya ajalah sayang..yaudah yaudah, mulai sekarang kalau Tiffany nyosor-nyosor aku lagi kaya ayam atau entog,kamu tahan ya amarah kamu. Biar aku yang menjauh"

Jessica selalu menuruti perintahku, ia wanita yang baik. Walaupun aku tahu dibalik sorot matanya ia menyimpan amarah yang besar saat Tiffany mulai mendekatiku. Diluar perkiraanku, semakin aku menjauh Tiffany malah semakin dekat.

Tapi, Jessica benar-benar wanita yang hebat. Ia selalu melemparkan senyum saat Tiffany mulai menjadi 'ayam' didekatku. Ia selalu mengalihkan perhatianku terhadap sesuatu hal sehingga kita berdua tak terlalu menampakan kesan 'risih' saat si 'ayam' sedang berada ditengah-tengah kita berdua.

Aku sebenarnya sedang mencari sosok ibu untuk Julian, buah hati kami. Meskipun aku yakin bahwa aku bisa menjadi sosok ayah sekaligus ibu untuk Julian tapi mama bersih keras untuk mencarikan seorang istri, beberapa wanita pilihan mama begitu antusias untuk menjadi istriku. Tapi begitu hubungan kami sudah dekat, mereka semua menjauh karena kejujuranku. Kejujuranku tentang adanya 'anak' dirumah tangga kami kelak. Kebanyakan mereka tak menerimanya. Hatiku tertarik bagai magnet yang bertemu kutub, ketika menemukan gadis itu. Gadis yang tak antusias terhadapku, bahkan ia tak datang diacara pertemuan kami malam itu. Ketika ia menahan amarahnya kepada Tiffany, aku teringat sosok almarhumah istriku. Sorot matanya, kekesalannya membuat aku semakin jatuh hati.

Secepat itu? Ya secepat itu hatiku terbius olehnya.

Aku.. tak mau kehilangan kutub itu.. aku belum berani mengatakan 'kejujuran' aku takut kehilangannya.

Keyna ..

"Keyna..tunggu aku.." Aku mengejarnya sampai ke pintu rumahku.

Entahlah aku punya keyakinan bahwa ia tak sama dengan wanita-wanita yang ada diluar sana yang tak mau menerimaku apa adanya. Aku rasa ia marah karena naluri seorang wanita kini telah menjalar ke hatinya. Naluri seorang wanita yang tersakiti, karena melihat seorang suami yang langsung jatuh hati lagi ketika istrinya baru saja tiada.

Kapan Married?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang