Sebelum mulai Jangan lupa Baca basmalah
بسم الله الرحمن الرحيم
Jangan lupa vote and komen 💙
Happy reading📖
.
.
.
.
.
Setelah makan malam bersama, semua keluarga tengah berkumpul berbincang dan bercerita satu sama lain. Terutamanya kedua wanita berusia itu yang kini sudah menjadi besan."Aku gak nyangka akhirnya kita besanan," ucap Fatma dengan senyum bahagia. Begitu juga dengan Sarah yang menanggapinya mengangguk antusias, "Alhamdulillah, akhirnya mimpi kita yang dulu terkabul juga."
Fatma beralih menatap putri dan menantunya yang saling diam dan berjauhan. "Nak Fahri," panggil Fatma, "Habis ini kalian udah ada rencana belum?
"Rencana apa umi?" tanya Fahri tidak mengerti.
"Tempat tinggal kalian. Kalian menetap disini atau mau tinggal di rumah sendiri."
Alia menatap Fahri menunggu jawaban apakah ia menjawab sendiri atau meminta pendapatnya.
"Nanti Fahri diskusikan sama Alia gimana pendapatnya," jawab Fahri tenang.
"Alia maunya gimana?" Pandangannya beralih menatap putrinya.
"Al pikirin dulu umi. Kalo bisa Al tetap mau tinggal disini," jawab Alia memelankan kalimat terakhir.
"Yakin mau disini? Gak pengen tinggal berdua?" goda Andri yang berada di samping Alia.
"Kalo Al pindah bang Andri gak akan pernah lihat Ara lagi," balas Alia berbisik.
"Apa hubungannya coba sama dia."
"Bang Andri gak usah bohong lagi deh. Al tau kok bang Andri suka kan sama Ara? Nanti Al bantu comblang-in deh," lanjut Alia tersenyum menggoda menatap abangnya yang terlihat salah tingkah.
"Gak ada yah, bocah gak usah sok tau," balas Andri mengelak.
"Bocah gini udah nikah, lah situ masih setia menjomblo."
"Kalian ngomongin apa bisik-bisik gitu," ujar Fatma melihat kedua anaknya yang tengah asik menggosip.
"Ini umi Al bilang dia katanya mau tinggal berdua aja biar bisa mesra-mesraan," sahut Andri.
Kedua mata Alia membola mendengar penuturan abangnya, udah baik dia mau comblang-in abangnya eh malah seenaknya memfitnah dirinya.
"Enggak kok umi, bang Andri bohong, tadi tuh bang An bilang kalo di--" ucapannya terpotong karna Andri lebih dulu membekap mulut Alia sebelum ketahuan.
"Abang, adek nya gak bisa napas itu," ucap Fatma menatap tajam putranya itu. Bisa-bisanya saat berkumpul seperti ini mereka berulah.
Disaat kedua abang adek itu bergelut berbeda dengan Fahri yang terus menatap ponselnya. Ia terus saja menatap room chat Azalea berharap ada balasan dari pesannya tadi. "Zaa balas dong chat aku," ketik Fahri, senyuman pun terukir di wajahnya ketika mendapati centang biru tapi setelah beberapa menit tak kunjung ada balasan membuat senyumannya mengendur. Beruntung orang-orang di sekitarnya tidak memperhatikan dirinya, bisa-bisa ia di interogasi.
•••••
"Sayang kenapa hmm?" tanya wanita paruh baya menghampiri putrinya yang termenung menatap ponselnya.
Azalea yang mendengar suara sang umi langsung menyembunyikan ponselnya lalu menatap sang umi dengan tersenyum tipis. "Gak papa kok umi," balas Azalea.
Hira menatap kedua mata putrinya yang sembab, bisa ia tebak ini pasti masalah pernikahan Fahri. Ia saja baru mengetahui hal itu ketika putrinya pulang dengan keadaan menangis. "Sudah jangan dipikirin lagi, lupakan dia karna dia sudah beristri. Kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dari dia Lea." Hira membawa Azalea ke dalam pelukannya.
"Gak bisa umi." tangis Azalea pecah dalam pelukan itu, sekuat apapun ia memendamnya tetap saja kalah ketika mendapat pelukan hangat itu. "Fahri udah janji mau nikahi Lea setelah Lea pulang dari mondok, tapi apa? Dia malah menikahi orang lain. Gak bisa umi gak bisa." Azalea terus meracau tidak jelas meluapkan emosi yang sedari tadi tidak bisa ia luaskan.
Niat awal pulang mendadak untuk memberi kejutan tapi malah ia yang mendapatkan kejutan tak terduga. Setelah ia sampai di rumah ia tidak menemukan fahri dan mendapat kabar ia sedang ambil cuti. Segera ia melancarkan niatnya dengan pergi mendatangkan rumah Fahri, tetapi setelah tiba ia di rumah Fahri tetangga mengatakan ia sedang menjalani pernikahan di rumah calon istrinya. Disitulah ia merasa dunianya seakan runtuh, semua mimpi sudah ia rencana bersama Fahri, semua angan-angan setelah menikah sudah mereka rencanakan tapi apa?
Ingin mengetahui lebih dalam benar apa tidak yang ia dapat, ia pergi menuju alamat yang diberitahu ibu-ibu itu."Kalian tidak berjodoh sayang, kamu bisa mendapatkan yang lebih dari Fahri. Umi bisa menjodohkan kamu dengan putra Kyai Malik."
"Lea maunya sama Fahri umi." Azalea menggeleng mendengar penuturan uminya. Ia menarik diri, menghapus buliran bening yang membasahi pipinya lalu menatap sang umi. "Tadi Lea dengar kata Fahri dia tidak mencintai wanita itu. Berarti Fahri masih mencintai Lea, dan Lea masih bisa kan miliki Fahri?"
"Jangan bertindak seperti itu Lea. Dia sudah beristri dan berumah tangga. Jangan pernah berniat untuk merusak rumah tangga orang, umi gak ajarin kamu seperti itu," ucap Hira tegas menatap sang putri yang entah kenapa menjadi seperti itu. Kenapa pikiran sehat putrinya?
"Fahri sendiri yang bilang umi. Kami masih saling mencintai," balas Azalea.
"Istighfar nak istighfar, masih banyak pemuda di luar sana yang lebih baik dari Fahri."
Azalea terdiam, ia tidak tau harus seperti apa. Semuanya benar-benar buntu, tenaganya terkuras karna sejak tadi menangis. Ia menunduk berusaha mengontrol emosinya. "Umi Lea capek mau istirahat," ucap Azalea pelan lalu berbaring membelakangi sang umi.
"Tidurlah jangan memikirkan kejadian ini lagi. Jangan pernah hadir di kehidupannya lagi Lea, hubungan kalian sudah berakhir umi gak mau sesuatu terjadi di kemudian hari. Selamat malam sayang." Hira mengusap kepala Azalea mencium keningnya lama lalu meninggalkan kamar itu.
"Tidak semudah itu umi melupakan Fahri. Kami sudah berjalan sejauh ini dan semua akan berakhir? 5 tahun itu tidaklah sebentar," gumam Azalea kembali mengingat kebersamaannya dengan Fahri sejak pertama kali Fahri memasuki pondok abi nya.
Part baru lagi!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian
Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
Falia ( Fahri dan Alia) [ On Going ]
Novela Juvenil[ 📌follow dulu sebelum baca] "Tujuan saya datang kemari untuk melamar putri Bapak dan Ibu," ucap Fahri dengan penuh keyakinan. "Dari mana kamu mengenal putri kami, sehingga kamu memutuskan untuk melamarnya?" tanya "Saya sudah beberapa kali bertemu...