10. Pendekatan

22 7 7
                                    

Sebelum mulai Jangan lupa Baca basmalah

بسم الله الرحمن الرحيم

Jangan lupa vote and komen 💙

Happy reading📖
.
.
.
.

"Kok abang bisa tau ada yang lamar Alia?"

"Tau lah, masa tentang adek sendiri abang ngak tau."

Mendengar itu Alia kembali menunduk merasa bersalah karna di lamarannya tadi tidak memberitahukannya pada sang abang.

"Maaf bang Alia ngak cerita pasal tadi." ucapnya merasa bersalah.

"Udahlah ngak usah melow gitu, ngak cocok sama muka mu yang jelek. Yang ada malah tambah jelek." balas Andri ketika melihat sang adik kembali merenung.

Mengacuhkan perkataan sang abang, Alia kembali memikirkan masalahnya tadi. Seolah mendapatkan ide, Alia menatap sang abang dengan intens. "Bang jawab jujur," pintanya.

Andri yang sedari tadi menatap sang adik dibuat heran ketika mendapatkan tatapan seperti itu. Ia menaikkan alisnya pertanda ada apa?

"Kata abang, abang selalu tau tentang Alia, berarti abang juga tau siapa yang lamar Alia kan? Jawab jujur!" tuding Alia menunjuk sang abang.

"Tau." jawab Andri mantap sembari menganggukkan kepalanya.

"Sej_

"Cowok kan?" sambung Andri memotong perkataan sang adik. Dimana hal itu Alia dibuat menganga. Mulut terbuka dan satu tangannya berada di atas. Itu ia lakukan ketika hendak memukul sang abang yang ternyata tau pasal lamaran itu, namun terhenti ketika mendapatkan jawaban susulan.

"Bener kan? Atau jangan-jangan yang lamar kamu tuh ban-ci." ucap Andri menaik turunkan alisnya.

"Ihhh ABANG!! Alia udah serius juga." marah Alia tidak lupa menimbuk sang abang dengan bantal yang ada di dekatnya.

"Lagian kan bener sama cowok, masa iya sama cewek." balas Andri acuh tak acuh.

"Tau ah Alia capek, mending sekarang abang keluar deh sebelum kepala Alia tambah meledak."

"Emang tu kepala gunung merapi apa?" ledek Andri lalu bergegas keluar dari kamar sang adik.

"ANDRI ALLARIC" teriak Alia meluapkan emosi yang ia tahan sedari tadi.

"GUE ABANG LO KALO LO LUPA" balas Andri ikut berteriak. Karna kamar mereka bersebelahan.

"Astaghfirullah abang adek udah malam loh, jangan teriak-teriak malu sama tetangga." nasehat sang umi di  perantaraan kamar mereka.


•••••

Di tempat yang berbeda, seorang pemuda tengah sibuk memandangi foto seseorang dengan dalam, seolah-olah nyamuk menggigit pun tak dapat menganggunya.

"Jadi dia orang yang sama, sama dengan orang yang selalu hadir di mimpiku." gumam Fahri.

"Loh nak belum tidur?" ucap sarah menghampiri sang putra. Bukan karna apa, hanya saja ketika sarah hendak ke dapur, ia tak sengaja melihat pintu kamar anaknya masih terbuka. Sebab itu, ia datang menghampiri putranya.

"Umi.. " lirih Fahri menatap sang umi yang keheranan.

"Iya kenapa sayang?"

"Apa acaranya akan berjalan dengan lancar? Kalo suatu saat dia tau Fahri harus gimana? Apa mungkin dia aka_

Sarah langsung menarik sang putra dalam pelukannya tanpa menunggu kelanjutannya. Ia tau maksud putranya itu, tapi ia memilih diam dan menjalaninya seperti apa kata takdir nanti.

"Sudah jangan pikirin kesitu. Kita ikuti aja gimana takdir yang Allah buat." ucap sarah memandang sang anak dan mengelus nya dengan lembut.

"Sekarang waktunya tidur, masa anak umi yang ganteng gini cengeng sih." canda sarah.

"Ngak gitu umi, Fahri hanya takut saja." elak nya memasang wajah datarnya kembali.

"Ngak perlu takut. Oh iya besok kamu ke rumah nak Alia yah antarin bolu buatan umi, sekalian pendekatan okayy?" Fahri hanya mengangguk sebagai jawaban.

Paginya, fahri sudah berada di depan rumah Alia, seperti yang dipesankan sang umi untuk mengantarkan bolu buatan uminya. Bertepatan dengan fahri yang hendak mengetuk pintu, Alia lebih dulu muncul di hadapannya yang sudah lengkap dengan pakaian sekolah.

"Cowok... Pacar kamu dek?" bingung Andri mendapati seorang pemuda di depan sang adik.

"Assalamu'alaikum saya Fahri," ucap fahri menjawab pertanyaan tersebut.

"Dia cowok yang kemarin lamar Alia bang," lanjut Alia.

"Ooh gitu," mengangguk-anggukan kepalanya,"gue Andri abangnya Alia, maaf kemarin lagi ada urusan.

Melihat keterdiaman kedua makhluk di hadapannya Andri kembali bersuara.

"Jadi kamu datang mau nganterin Alia ke sekolah?"

"Lahh kok Alia?"

"Trus siapa lagi kalo bukan kamu, ya lagian ngak ada salahnya juga kan biar sekalian pendekatan lebih lanjut. Gue juga lagi ada urusan, ngak sempat ngantar lo."

"Sebenarnya saya kesini cuma mau ngantarin bolu buatan umi, tapi kalo Alia emang ngak keberatan saya bisa sekalian antar ke sekolah."

•••••

"Al nanti pulang sekolah sibuk gak?" tanya fahri yang masih pokus menyetir.

"Keknya enggak, emang kenapa kak?"

"Oo.. Owh itu cuma nanya aja."

Di keadaan seperti ini, Alia merasa bingung. Kenapa ia merasa biasa-biasa aja, padahal saat ini ia tengah bersama dengan orang yang sangat ia tunggu-tunggu bertahun-tahun yang lalu. Mengapa ia tidak merasakan perasaan yang dulu. Untuk menghilangkan rasa penasaran nya sekaligus pertanyaan-pertanyaan semalam yang selalu ia pendam, ia akan menanyakan saat ini juga.

Alia melirik fahri yang masih tengah pokus menyetir lalu kembali menatap kedepan.

"Eum kak, Alia boleh bertanya ngak?" ucapnya pelan.

"Iya?"

Mendapat respon dari fahri,Alia pun segera mengeluarkan semua unek-unek nya.

"Kenapa kak ari baru datang sekarang? Dan kenapa sikaf kak ari berubah ngak seperti dulu lagi. Kak ari sekarang terlihat berbeda bahkan dari cara bicaranya. Aku ngak tau ini perasaanku saja atau emang sudah selayaknya berubah karna terakhir kali kita bersama 10 tahun yang lalu."

"Saya rasa biasa-biasa aja ngak ada yang berubah. Mungkin karna kita udah lama ngak bertemu makanya terasa beda."

"Tapi kenapa dengan hati aku, kenapa aku ngerasa ada yang aneh, bukannya kalo kita ketemu dengan orang yang selama ini kita tunggu bakalan happy? Mengapa dengan aku enggak?"  batin Alia menatap ke depan.

"Kak aku turunnya di sini aja, soalnya ada janji sama teman bareng dari sini," pinta Alia yang diangguki fahri.

Alhamdulillah part baru lagiiSee you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alhamdulillah part baru lagii
See you

Falia ( Fahri dan Alia) [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang