12. Hari Pernikahan

17 4 3
                                    

Sebelum mulai Jangan lupa Baca basmalah

بسم الله الرحمن الرحيم

Jangan lupa vote and komen 💙

Happy reading📖
.
.
.
.
.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, hari di mana Alia akan berganti status menjadi seorang istri, eitss belum sih masih calon. Jangan tanyakan bagaimana perasaannya, tentu saja tidak karuan. Pagi yang cerah di luar sana berbanding terbalik dengan suasana di hatinya.

Alia tengah duduk menatap bayangan dirinya di cermin yang ada di depannya. Baginya ini semua hanyalah mimpi. Bagaimana bisa ia baru saja kemaren lulus sekarang sudah harus menempuh hidup baru, bukan sebagai pelajar lagi seperti yang ia mimpi kan.

Tidak lama pintu terbuka menampilkan seseorang yang tengah tersenyum menggoda menatap dirinya. "Cie cie yang mau nikah," goda Ara mendekat ikut duduk di samping sahabatnya.

"Kenapa mukanya gitu amat sih, harusnya senyum dong, kan ini hari bahagia kamu," protes Ara yang tidak mendapati aura-aura pengantin. "Smile... " ucap Ara dengan memberikan senyuman di bibir Alia dengan jempol dan jari telunjuknya.

"Aku gak bisa tenang Ra."

"Kenapa? Iya sih aku ngerti pasti kamu deg-deg an yah," balas Ara salah mengartikan maksud Alia.

"Bukan itu," jawab Alia menunduk.

"Udah deh Al jangan mikirin hal yang kemarin lagi. Ini itu hari bahagia kamu, harusnya kamu senang bukan malah melow seperti ini. Memangnya apa yang salah sih dari dia?"

Alia ingin menjawab tapi kemunculan seseorang di balik pintu membuat ia meneteskan air mata. Buliran bening tiba-tiba jatuh melewati pipinya. "Umi," ucapnya lirihyang melihat kehadiran sang ibu.

"Eh ini kenapa nangis, nanti make up nya luntur lohh," Fatma berjalan menghampiri Alia dan membawanya ke dalam pelukannya.

"Bentar lagi ijab Qabul kamu, jadi kamu harus tersenyum biar kecantikannya semakin terlihat," ujar Fatma menenangkan sang putri.

Sedangkan di posisi lain, Fahri tidak henti-henti nya berhenti berdoa, entah apa yang ia do'akan mungkin untuk kelangsungan akadnya.

"Nak Fahri," panggil Ibrahim yang kini sudah berasa di depannya. "Apa kamu sudah siap? Kamu yakin akan hal ini?" tanya Ibrahim memastikan sekali lagi keputusan yang ia buat.

"Saya yakin pak dan saya sudah siap."

"Baiklah jika semuanya sudah siap, mari kita mulai," ujar Ibrahim yang akan menjadi wali putrinya.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Fahri Abasy Hayfa bin Fajar Alhasby dengan putriku Alia Zulfany Marhamah binti Ibrahim Ghazam dengan ... "

"Saya terima nikah dan kawinnya Alia Zulfany Marhamah binti Ibrahimm Ghazam dengan ... " Jawab Fahri lantang.

Sah

"Degh," Alia yang mendengar itu jantungnya seakan berhenti berdetak, selain kata sah yang menggema ia terfokus dengan nama yang disebutkan tadi. "Fahri Abasy Hayfa?" gumam Alia pelan seakan mengingat-ingat nama itu yang terdengar asing.

"Itu bukan nama kak Ari," ucapnya tersadar ketika ia mengingat jelas nama teman masa kecilnya. Ia menatap sang umi yang juga tengah menatap dirinya.

"Iya nak, itu benar. Dia bukan Ari yang kamu kenal dulu," jawab Fatma seakan mengerti isi pikiran putrinya.

"Tapi mengapa?" tanya Alia pelan. Ara yang tidak mengerti apa-apa hanya diam menyimak dan sesekali menyentuh pundak Alia untuk menenangkannya yang tengah menangis.

"Sudah nak, simpan air mata mu, suamimu akan datang. Biarlah dia yang akan menjelaskannya nanti."

Benar saja, tidak lama dari itu terdengar ketukan dari luar yang artinya Fahri sudah berada di depan pintu untuk membawanya keluar. Walau tidak terima sama sekali, Alia tetap menjalankan seperti yang sudah dipersiapkan ia tidak mau membuat malu kedua orang tuanya melihat dirinya yang seperti ini. Kita lihat saja nanti apa yang akan ia lakukan.

"Dedek gemes cantik bangat, walau hati babang terluka melihat kau bersanding dengan pria lain," ujar Riko dramatis yang terlihat menggelikan bagi semua orang di dekatnya.

"Ah elah udah nikah broo, move on dong move on, udah ada pawang keduanya," balas Zafran melihat temannya mulai berulah.

"Lo sekali kali bilang dedek gemes gua usir lo sekarang juga," ujar Andri menatap tajam Riko. Baru saja ia bersedih mengingat adek kecilnya sudah memiliki pasangan tapi dibuat kesal lantaran sahabatnya itu terus saja memanggil dedek gemes yang menurutnya sangat tidak cocok di pendengarannya.

"Kalem bro, gue lagi bersedih loh ini di tinggal nikah."

"Bodo amat, kalo lo mau nikah tuh ada cewek sono pepet jangan liatin adek gua terus," balas Andri jengah.

Riko mengikuti arah pandang Andri yang menampilkan seorang gadis dengan make up yang menurutnya tebal seperti ondel-ondel. "Yang benar aja lo, gak sudi gue ama dia amit-amit jangan sampai terjadi."

Zafran tidak bisa menyembunyikan tawanya melihat seorang gadis yang ditunjuk Andri, sehingga membuat atensi semua orang menatap ke arahnya.

"Lo juga mau gue usir?" ujar Andri menatap tajam Zafran yang ada di sampingnya.

Andri kembali menatap sang adek yang tengah berjalan menuju kedua orang tua mereka, ia tidak menyangka adek kecilnya sudah bersuami, rasanya seperti mimpi. "Semoga bahagia selalu menghampirimu. Abang berharap kau bisa menerima semua ini," gumamnya membatin.

Yeayy balik lagi, udah lama bangat ngk ngerusin cerita ini Maaf jika tidak sesuai harapanSemoga sukaaSee youNext?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeayy balik lagi, udah lama bangat ngk ngerusin cerita ini
Maaf jika tidak sesuai harapan
Semoga sukaa
See you
Next?

Falia ( Fahri dan Alia) [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang