Sebelum mulai Jangan lupa Baca basmalah
بسم الله الرحمن الرحيم
Jangan lupa vote and komen 💙
Happy reading📖
.
.
.
.
.Di ruangan yang gelap dan sunyi, Alia berdiam diri duduk di atas kasur dengan kedua tangan memeluk kedua lututnya. Tatapannya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, pikirannya yang selalu saja tertuju pada percakapannya dengan umi nya tadi. Alia tidak habis pikir mengapa keluarganya ikut merahasiakan semua ini, pantas saja abangnya terlihat biasa saja saat mengetahui lamarannya, ternyata sudah di rencanakan.
Merasa lelah dengan semua yang baru ia ketahui hari ini, ia meremas guling yang ada di sampingnya. Terlihat jelas sekali tatapan sedih dan kecewa terpancar di matanya. "Mengapa ini terjadi," gumam Alia tertahan. Jika ia tahu ini sejak awal ia tidak akan menerima lamaran itu. Uminya belum memberitahu alasan mengapa Fahri yang menjadi suaminya itu menikahi dirinya, uminya hanya memberitahu bahwa sebenarnya suaminya itu adalah kakak dari teman masa kecilnya, Ari.
Alia masih sibuk dengan pikirannya sehingga ia tidak sadar ruangan yang gelap tadi kini terang menderang menampilkan sosok lelaki yang baru saja menikahinya. Fahri menatap Alia yang juga ternyata tengah menatap dirinya seakan meminta penjelasan.
"Bisa jelasin sekarang?" tanya Alia dengan suara tertahan.
"Besok saja, saya capek." Fahri berjalan menuju kopernya untuk berganti pakaian, karna senangnya mendapat kabar Azalea pulang sehingga ia lupa berganti pakaian yang membuat Azalea semakin membenci dirinya ketika melihat berpakaian pengantin.
"Kenapa harus besok? Terus kak Ari kemana?" tanya Alia lagi membutuhkan penjelasan saat ini juga.
"Kamu gak lihat saya baru pulang, saya mau istirahat," balas Fahri dengan perasaan yang mulai memanas, terlihat sekali dari matanya kemarahan yang terpendam.
Alia yang melihat itu seketika diam, kenapa jadi seperti ini? Pertama kali ia bertemu dengan Fahri ialah sosok yang lembut mengapa sekarang jauh berbeda? Apakah ini yang namanya ketika sudah menikah sifat aslinya keluar?
"Itu salah kamu sendiri yang pergi begitu saja," balas Alia tetap kekeh ingin mendapatkan jawabannya atas semua ini secepatnya.
"Pergi kemana sampai pulang jam segini?" lanjut Alia bertanya, ia penasaran kemana Fahri pergi sampai pulang selarut ini, tidak mungkin hanya urusan pesantren padahal ia sudah mengambil libur beberapa hari. Bayangkan saja acara pernikahan mereka selesai siang tadi dan ia pulang menjelang magrib, ngapain coba?
Fahri mengabaikan semua pertanyaan itu dan langsung memasuki kamar mandi, saat ini perasaannya tidak baik-baik saja, ia takut hilang kendali dan malah merusak hari yang seharusnya hari bahagia mereka.
Ketukan di pintu mengalihkan atensi Alia, segera ia beranjak dari tempatnya berjalan menuju pintu.
"Suami mu mana dek?" tanya Andri setelah pintu terbuka.
"Lagi di kamar mandi," jawab Alia tak bersemangat.
"Kenapa cemberut gitu sih mukanya."
"Bang jawab jujur. Abang tau semua ini kan? Kalian yang rencanain semua ini?"
"Emang suami mu belum cerita?" tanya Andri balik.
"Gimana mau cerita, orang setiap ditanya dianya nge gas mulu," gumam Alia membatin.
"Jangan kebanyakan ngelamun ntar kesambet setan," ucap Andri seraya menoyor kepala Alia yang sedang termenung.
"UMI!!?" teriak Alia seperti biasanya.
"Udah nikah masih aja tukang ngadu. Dahlah, nanti kalo suamimu udah beres mandi bilangin turun kebawah biar sekalian sholat magrib bareng," ucap Andri tidak lupa dengan mengacak-acak hijab Alia sehingga membuat Alia kembali protes. "Jangan lama-lama," teriak Andri sebelum benar-benar menghilang dari hadapannya.
Alia kembali menutup pintu dengan perasaan kesal, "Kenapa sih semua orang selalu saja bilang 'tanya sama suami mu' mereka gak tau apa dia itu benar-benar mengesalkan," gumam Alia yang jelas saja dapat di dengar oleh Fahri dengan jelas.
"Ngomongin orang itu di depannya jangan di belakang," ujar Fahri enggan menatap Alia yang berada di sampingnya.
"Ini gue ngomong di depan lo," balas Alia menghadap Fahri dan menatapnya dengan tajam. "Ternyata sifat lo gini yah, kemaren aja sok baik sok kalem tau-tau nya--"
"Udah ngocehnya?" potong Fahri menatap Alia.
"Belum. Gimana mau udah kalo lo potong ucapan gue," sarkas Alia merasa kesal, benar-benar tidak seperti yang ia harapkan.
"Gue malas dengerinnya ocehan tak bermanfaat dari lo."
"Kok make gue lo?"
"Lo yang duluan," balas Fahri tidak mau kalah. Benar pasangan keras Kepala, tidak ada yang mau mengalah sama sekali.
"Lo mau denger penjelasan gue sekarang?" tanya Fahri yang diangguki Alia dengan cepat.
"Oke. Gu--"
"AL BURUAN LAMA BANGAT SIH KELUARNYA, KALIAN LAGI NGAPAIN WOI!!!" belum sempat Fahri melanjutkan, ucapannya dipotong dengan teriakan maut dari abang iparnya.
"Nah kan lo dengar, emang belum saatnya gue cerita," ucapnya lalu pergi meninggalkan Alia sendiri.
"Tuh kan apa susahnya sih buat jelasin," gerutu Alia menatap pintu yang sudah tertutup.
"Kak Ari dimana sih? Kok bukan dia yang jadi suami aku? Apa hubungannya dengan Fahri. Itu juga mengapa namanya harus sama sih."
"Semoga aja tidak seperti yang aku pikirkan. Kak Ari masih ada kan? Kenapa umi gak bilang dari awal kalo dia bukan kak Ari, kalo dari awal umi bilang aku gak bakalan mau terima lamarannya waktu itu." Alia masih berharap bahwa ini hanyalah mimpi. Ia benar-benar tidak mengerti harus bagaimana kedepannya.
Part baru lagii
Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
Falia ( Fahri dan Alia) [ On Going ]
Fiksi Remaja[ 📌follow dulu sebelum baca] "Tujuan saya datang kemari untuk melamar putri Bapak dan Ibu," ucap Fahri dengan penuh keyakinan. "Dari mana kamu mengenal putri kami, sehingga kamu memutuskan untuk melamarnya?" tanya "Saya sudah beberapa kali bertemu...