Chapter 9 : Keseimbangan

40 6 0
                                    

Perjalanan mereka berlanjut, meninggalkan lembah kabut yang penuh dengan misteri dan mengungkapkan rahasia yang selama ini tersembunyi di hati mereka. Rose, meskipun fokus pada tantangan di depan, tidak bisa menghindari percakapan yang baru saja terjadi antara dirinya dan Jungkook. Perasaan yang muncul di antara mereka kini menjadi hal yang tak terelakkan, dan meskipun ia mencoba mengabaikannya demi menjaga konsentrasi, hatinya terus bergejolak.

Setelah beberapa saat berjalan, kabut mulai menipis, dan mereka tiba di sebuah area baru yang berbeda dari sebelumnya. Tanah di bawah kaki mereka terasa lebih lembut, seolah-olah mereka berjalan di atas hamparan rumput basah. Di depan, sebuah bukit tinggi menjulang dengan pohon-pohon besar yang mengelilinginya, menciptakan pemandangan yang megah namun misterius. Suara angin yang lembut berhembus di antara dedaunan, membawa serta aroma tanah basah dan bunga liar.

"Kita mendekati sesuatu," kata Eunwoo, matanya menyusuri bukit di depan mereka. "Aku bisa merasakan bahwa tantangan berikutnya mungkin ada di puncak bukit itu."

Jimin mengangguk sambil merapikan rambutnya yang mulai basah karena kabut. "Baiklah, tidak ada gunanya berlama-lama di sini. Semakin cepat kita sampai ke sana, semakin cepat kita bisa menyelesaikan tantangan ini."

Dengan semangat yang baru, tim mereka mulai mendaki bukit. Perjalanan menuju puncak tidaklah mudah. Setiap langkah terasa semakin berat, seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang menarik mereka kembali ke bawah. Rose bisa merasakan hawa magis di udara, dan ia tahu bahwa ini bukan bukit biasa. Bukit ini memiliki kekuatan yang menguji daya tahan fisik dan mental mereka.

Jisoo, yang berjalan di samping Rose, mulai terengah-engah. "Ini... terasa aneh. Seperti ada sesuatu yang mencoba menghentikan kita."

"Aku juga merasakannya," jawab Rose, tatapannya tetap fokus ke depan. "Tapi kita tidak bisa berhenti sekarang. Kita harus mencapai puncak."

Setelah pendakian yang melelahkan, akhirnya mereka mencapai puncak bukit. Di sana, mereka menemukan sebuah bangunan kuno yang tampak seperti altar dari batu, dihiasi dengan simbol-simbol aneh yang bercahaya samar. Di tengah-tengah altar, sebuah bola kristal besar mengambang, memancarkan cahaya lembut yang mengundang mereka untuk mendekat.

"Mungkin ini tantangan berikutnya," kata Jungkook sambil mendekati bola kristal itu dengan hati-hati.

Eunwoo mengamati simbol-simbol di sekitarnya dengan cermat. "Ini sepertinya semacam teka-teki. Altar ini mungkin akan memberikan kita petunjuk tentang apa yang harus dilakukan."

Rose melangkah maju dan meletakkan tangannya di permukaan bola kristal itu. Saat tangannya menyentuhnya, bola itu mulai bersinar lebih terang, dan tiba-tiba, suara lembut bergema di udara, memberikan mereka pesan.

"Kebenaran terungkap melalui ketenangan pikiran. Temukan keseimbangan di dalam diri, dan jalan akan terbuka."

"Apa maksudnya?" tanya Jimin dengan bingung. "Keseimbangan pikiran?"

Rose menatap bola kristal dengan penuh perhatian. "Mungkin ini tentang menemukan kedamaian dalam diri kita masing-masing. Kita sudah diuji secara fisik sejauh ini, tapi kali ini, mungkin kita harus menghadapi sesuatu yang lebih mendalam."

Jungkook mendekat dan memandang Rose dengan tatapan penuh makna. "Mungkin ini seperti apa yang dikatakan Seraphina sebelumnya. Kita harus menghadapi perasaan dan kebenaran yang kita pendam."

Jisoo mengangguk setuju. "Jadi, kita harus menemukan ketenangan di dalam diri kita sebelum bisa melanjutkan."

Satu per satu, mereka duduk di sekitar altar, mencoba menenangkan pikiran mereka. Rose memejamkan matanya, mencoba merasakan kedamaian dalam hatinya. Namun, semakin ia mencoba menenangkan diri, semakin banyak perasaan yang muncul—kecemasan tentang masa depan, tentang kekuatannya, dan tentu saja, tentang perasaannya terhadap Jungkook.

Di sisi lain, Jungkook juga berusaha menemukan ketenangan. Selama ini, dia selalu merasa bahwa dia harus kuat untuk melindungi orang-orang di sekitarnya, tetapi di sini, di tempat yang aneh ini, dia harus menghadapi ketakutannya sendiri—ketakutan bahwa perasaannya terhadap Rose mungkin akan mengganggu misinya, atau bahkan menyakiti orang lain di sekitarnya.

Waktu berlalu dengan lambat. Setiap anggota tim mencoba mencapai kedamaian dengan cara mereka sendiri, tetapi tampaknya tak ada yang berhasil. Hingga akhirnya, Rose membuka matanya dan berbicara.

"Mungkin ini bukan hanya tentang menemukan ketenangan secara individu," katanya. "Mungkin kita harus melakukannya bersama-sama. Kita adalah tim, dan kita sudah melalui banyak hal bersama."

Jungkook mengangguk. "Rose benar. Kita tidak bisa menyelesaikan ini sendirian. Kita harus saling mendukung."

Eunwoo tersenyum tipis. "Jadi, apa yang kau sarankan?"

Rose berdiri, menatap bola kristal yang masih bersinar lembut. "Aku pikir kita harus saling berbagi apa yang ada di dalam hati kita. Ini mungkin terdengar aneh, tapi jika kita bisa jujur satu sama lain, mungkin itulah kuncinya."

Mereka semua saling pandang, merasakan kehangatan persahabatan yang mulai menguat di antara mereka. Meskipun tantangan ini terasa berat, mereka tahu bahwa mereka bisa menghadapinya bersama-sama.

Satu per satu, mereka mulai berbicara, mengungkapkan perasaan yang selama ini mereka pendam. Jungkook berbicara tentang rasa tanggung jawabnya sebagai pemimpin, Jisoo mengakui ketakutannya akan kegagalan, Jimin membicarakan keraguannya pada kemampuannya sendiri, dan Eunwoo berbagi tentang tekanan yang selalu dia rasakan untuk menjadi sempurna.

Akhirnya, tiba giliran Rose. Dia menatap teman-temannya, lalu menghela napas dalam-dalam. "Aku takut. Takut akan kekuatan yang kumiliki, takut akan apa yang mungkin terjadi di masa depan, dan... aku juga takut pada perasaanku sendiri."

Dia menoleh pada Jungkook, dan dalam sekejap, ada keheningan di antara mereka. "Tapi aku tahu satu hal—aku tidak sendirian. Dan aku bersyukur bisa melalui semua ini bersama kalian."

Mendengar itu, bola kristal di tengah altar mulai bersinar lebih terang, seolah-olah merespon kejujuran dan keterbukaan mereka. Cahaya itu menyelimuti mereka semua, dan seketika, suasana di puncak bukit berubah. Udara terasa lebih ringan, dan rasa damai memenuhi hati mereka.

"Kurasa kita berhasil," kata Jimin dengan senyum lega. "Kita menemukan keseimbangan."

Tiba-tiba, bola kristal itu pecah menjadi cahaya yang memancar ke seluruh penjuru, dan di depan mereka, sebuah jalan baru terbuka, mengarah ke hutan yang lebih dalam.

"Ini dia," kata Jungkook. "Petualangan kita belum selesai. Ayo, kita lanjutkan."

Dengan semangat yang baru, tim itu melanjutkan perjalanan, siap menghadapi tantangan berikutnya. Namun, di dalam hati Rose, perasaan terhadap Jungkook dan timnya kini telah berubah—mereka bukan hanya teman seperjalanan, tetapi juga keluarga yang akan selalu mendukung satu sama lain, apa pun yang terjadi.

The Celestial Academy (ROSEKOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang