Chapter 3: Irene

383 122 34
                                    

Seulgi pikir tubuhnya sudah berubah menjadi beberapa bagian, tapi ketika dia membuka matanya, rupanya semua kursi yang terpental itu hanya mengenai dinding dan tidak ada satupun yang menggores kulitnya.

Seulgi menghembuskan napas lega lalu menatap gadis yang kini sedang menatapnya dengan raut wajah bingung.

"Yha! Kau tidak boleh menakuti orang seperti itu! Aku tidak mengganggumu kenapa kau hampir membunuhku? Aku belum membahagiakan ibuku, kau tahu?!" teriak Seulgi karena marah.

Sosok gadis itu terkesiap lalu dengan kecepatan sepersekian detik dia tiba-tiba sudah berada dihadapan Seulgi hingga membuat Seulgi melompat mundur karena terkejut. Dia bahkan sampai terantuk pintu yang ada dibelakangnya.

"Maaf! Aku tidak bermaksud berteriak padamu, tapi kau lebih dulu berteriak dan membuatku hampir celaka," kata Seulgi dengan cepat karena sosok itu menatapnya dengan tajam.

"Kau.. Bisa melihatku?"

"Ne?" Seulgi terkesiap, "Aa-anieyo. Aku tidak bisa melihatmu. Aku hanya bisa mendengarmu. Suaramu keras sekali."

Gadis itu mengernyitkan keningnya. Dia menatap Seulgi tapi kali ini tatapan Seulgi berubah kosong, seolah tidak melihatnya yang sebenarnya berada tepat didepannya.

Gadis itu merasa curiga, dia semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Seulgi sampai bisa melihat kulit Seulgi dengan sangat jelas. Seulgi sampai menahan napasnya karena kulit gadis itu bahkan hampir menempel dengannya.

"Stop!! Kenapa kau terus mendekat?!"

Gadis itu melangkah mundur dengan cepat karena terkejut, "Kau bisa melihatku!" pekiknya sangat terkejut.

Seulgi menghela napas, "Eo! Aku bisa melihatmu. Gadis pucat dengan tubuh mungil. Jadi jangan dekat-dekat!" dengusnya.

"Bb-bagaimana bisa?"

"Aku juga ingin tahu jawabannya!" kesal Seulgi. "Kenapa aku bisa melihat hantu seperti mu." gumamnya pelan.

"Aku tidak suka dipanggil hantu!!" kesal gadis itu membuat Seulgi terkejut.

"Arrasseo, arrasseo. Aku tidak akan memanggilmu hantu. Jangan marah lagi padaku, aku tidak berniat untuk mengganggumu. Aku hanya berusaha keluar karena seseorang mengunciku disini."

Gadis itu kini menatap Seulgi dengan lebih tenang. Dia kembali berjalan mendekat tapi Seulgi langsung mengangkat kedua tangannya dan menunjukan telapak tangannya; mengisyaratkan gadis itu untuk tidak terlalu dekat padanya.

"Apa aku sangat menyeramkan?" gadis itu bertanya dengan wajah sendu.

"Ne? Tidak." Seulgi menggeleng dengan cepat, "Kau tidak menyeramkan, kau adalah hantu- maksudku makhluk yang cantik. Kau tidak terlihat seperti hantu yang kulihat di film."

Gadis itu terduduk di lantai, "Tapi kenapa semua orang selalu ketakutan saat menyadari keberadaanku? Padahal aku tidak berniat untuk menyakiti mereka."

"Wajar saja mereka takut, kau bahkan hampir saja membuatku tidak sadarkan diri," dengus Seulgi.

Gadis itu menatap Seulgi dengan tajam, "Semua yang datang ke gudang ini selalu berisik. Mereka bernyanyi memanggilku tapi ketika aku menghampiri mereka, tidak ada yang bisa melihatku. Mereka hanya mempermainkanku."

Melihat wajah gadis itu membuat Seulgi menjadi sedikit iba, dia akhirnya berjalan mendekat lalu duduk dihadapan sosok yang dia sebut hantu itu.

"Aku jelaskan sekali lagi, aku tidak berniat untuk memanggilmu. Aku hanya ingin menaruh semua bola tidak terpakai itu. Kau lihat?" Seulgi menunjuk bola-bola yang berceceran.

Girl At School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang