6

112 11 0
                                    

Happy reading









  

   Mingi terdiam. dia memandang Keeho dan Theo dengan wajah pucat. "San?" ulang Mingi. anak dan menantunya mengangguk. Mingi terdiam dan lalu mengusap wajahnya kasar. pria dewasa itu dengan segera meninggalkan anak anaknya dan pergi kekamar porselen tempat Yunho berdiri. 

"Jangan dikejar. daddy pasti shock. uncle San kan mimpi buruknya" Intak mencegah Minjeong yang hendak naik keatas juga. Keeho mengiyakan ucapan adiknya. mata Minjeong berkaca kaca dan gadis itu pindah memeluk Theo. "Haruskah kita beri tahu uncle Ho dan juga Jeno?" bisik Minjeong kepada Keeho. Keeho mengangguk mengiyakan lagi. 

"Ya. mereka harus tahu dan waspada menjaga aunty Yeo dan aunty Woo. bisa saja uncle San masih ingin menghabisi mereka. kita beri tahu juga uncle Soobin" Keeho menjawab. mereka semua mengangguk dan akhirnya berpencar kekamar masing masing. 

saat makan malam, Mingi tidak turun. kamarnya juga kosong dan mereka semua tidak berani mengganggu ayah mereka yang sedang bertapa didalam kamar porselen Yunho. "Udah hubungin uncle Ho?" tanya Minjeong kepada Keeho. Keeho mengangguk dan tidak lama kemudian Intak turun dari kamarnya dan berkata. "Aku sudah menghubungi Jeno juga. dia bilang dia akan menjaga aunty Woo dengan lebih baik" lapor Intak kepada Keeho. Keeho mengangguk dan lalu menyuruh adik adiknya untuk segera makan. 

setelah makan, Intak dan Minjeong yang sedang tidak berminat untuk bertenggkar memutuskan untuk menyusul ayah mereka. mereka mengetuk pintu kamar porselen dan lalu masuk kedalam. didalam Mingi memang sedah duduk dikursi yang berhadapan dengan Yunho. pandangan Mingi hanya kosong. 

"Dad.." Intak menempeli Mingi dan lalu memeluk sang ayah dari belakang. Minjeong juga duduk dikarpet dan menyandarkan kepalanya dipaha sang ayah. "Dad masih sedih?" tanya Intak. Mingi seperti tersadar dari lamunannya dan menatap kearah dua anak kembarnya yang masih bergayut padanya. 

senyuman samar menghiasi wajah Mingi. dia mengusap kepala Intak dan Minjeong bersamaan lalu berkata pelan. "Tidak. dad tidak sedih kok. dad hanya berpikir" sahut Mingi. Minjeong mendongak memandang wajah Mingi sementara Intak terus bergayut dibelakang Mingi. "Sini pangku" Mingi berkata lembut. 

dua anak kembar itu mengangguk riang dan secara bersamaan mereka duduk dipaha Mingi. "Bagusnya mommy disembunyiin atau gimana?" tanya Mingi kepada anak kembar itu. "Terserah dad saja. yang mana yang paling aman" jawab Intak. Minjeong mengangguk angguk setuju. 

"Sebelum ini mom katanya pernah jadi porselen juga?" Intak bertanya penasaran. Mingi mengangguk dan Minjeong berseru seru dengan semangat. "Ayo dad cerita. katanya mau cerita pas kalian pertama ketemu" ujar gadis itu dengan antusias. Mingi akhirnya tertawa pelan mendengar desakan dari anak anaknya. 

"Yah.. dad pertama ketemu dengan mom saat pergi kedesa yang lokasinya jauh sekali dari kota. dad dan uncle Ho ingin mencari porselen dan ditoko porselen didesa itu kami pertama bertemu dengan mommy dan aunt Yeo" jelas Mingi pelan. Intak dan Minjeong mendengarkan dengan semangat. soalnya mereka tidak pernah diceritakan soal ini oleh siapapun. 

"Ya terus dad sama uncle Ho beli mom sama aunty. soalnya mereka dijual sebagai patung porselen. awalnya dad sama uncle Ho enggak tau apa apa. sampe akhirnya koleksi porselen kami sering mereka pecahin dan pada akhirnya kami pasang kamera dikamar porselen. ketemu lah kalau mereka bisa gerak dan ngomong" 

"Lah ngapain mommy suka mecahin koleksi porselen punya dad?" Intak bertanya bingung. Mingi tertawa pelan dan mengenang saat saat dia pertama menyadari bahwa Yunho itu bisa bergerak. "Dia cemburu" ujar Mingi sembari mencolek pipi Intak dan Minjeong. kedua anak kembar itu terkikik pelan. 

akhirnya malam itu Mingi menceritakan kejadian apa saja yang dia dan Yunho alami sebelum mereka menikah kepada sikembar. dan pada akhirnya Intak serta Minjeong jatuh tertidur dipangkuan Mingi. Mingi tersenyum lembut dan mengangkat kedua anak kembarnya. "Aku kekamar anak anak dulu ya sayang" Mingi berbisik didekat telinga Yunho. istrinya yang hanya mematung itu tidak menunjukkan respon apapun. 

"Dad. mau aku bantu gendong Minjeong-nya?" tanya Keeho yang rupanya belum tidur. Mingi terkekeh dan mengangguk, membiarkan Keeho menggendong Minjeong. Mingi membuka pintu kamar Intak dan lalu menyelimuti tubuh anak itu dengan hati hati. tidak lupa Mingi mencium kening Intak.

saat menoleh, rupanya Keeho masih ada dibelakangnya. Keeho berbalik menuju kamar Minjeong. Mingi pun mengikutinya. "Minjeong masih ngambil pelajaran sihir dia sama Sunghoon?" tanya Mingi pelan saat Keeho membaringkan tubuh Minjeong diatas ranjang. Keeho mengangguk. dia mengelus wajah adik bungsunya dan lalu menunggu Mingi yang sedang memberikan guling kepelukan Minjeong dan menyelimutinya. Mingi juga tidak lupa mencium kening Minjeong. 

"Soal uncle San.." gumam Keeho pelan saat dia dan ayahnya keluar dari kamar Minjeong. mereka berdua berjalan menuju kamar porselen dan masuk kesana. "Bukankah tubuhnya sudah ditemukan oleh petugas ya saat dia loncat dari tebing?" Keeho bertanya kepada Mingi. Mingi menggeleng suram dan lalu berkata. 

"Tubuhnya menghilang. tapi kami tidak pernah curiga karena biasanya penyihir kalau mati tubuhnya memang selalu menguap. kami tidak menduga kalau San sebenarnya masih hidup" ucap Mingi lesu. Keeho menatap lamat lamat patung sang ibu dan lalu dia menunduk. "Coba dari dulu aku belajar sihir juga.." keluh Keeho. Mingi menoleh kearah anak sulungnya dan lalu merangkulnya dengan lembut. 

"Tidak apa apa Keeho. yang terpenting Minjeong sekarang berusaha keras untuk belajar sihir.." 

mereka berdua diam. Keeho menunduk lama dan Mingi menatap lamat lamat wajah Yunho. namun kemudian dia tersentak dan bangkit dari duduknya. Keeho menoleh memandang heran sang ayah. "Kenapa dad?" tanya Keeho heran. Mingi bergumam sendiri dan lalu mondar mandir sejenak. 

"Mulai besok Minjeong akan diajari oleh Soobin. karena Soobin lah yang lebih menguasai sihir hitam. dia dan San ikut dengan ibu mereka dan mereka belajar sihir hitam selama masa kecil mereka. sementara Jongho tidak suka sihir dan ikut dengan ayah mereka saat kedua orang tua mereka bercerai" 

Keeho mengangguk setuju dengan ucapan ayahnya. Soobin lebih mengerti soal sihir hitam. pasti dia bisa lebih baik mengajari Minjeong hal hal yang bisa mengalahkan sihir hitam yang San gunakan kepada Yunho, Yeosang, dan Wooyoung. 

"Kamu tidur saja Keeho. sudah malam. temani terus Theo. jangan biarkan dia sendirian terlalu lama" ujar Mingi mendadak kepada Keeho. sejak Keeho memberi tahunya bahwa mereka melihat San tadi, Mingi merasa khawatir kepada Theo. Theo sedang hamil dan biasanya orang hamil mudah sekali terkena sihir jika tidak dijaga. 

entah lah. Mingi sepertinya terlalu parno. tapi Mingi tidak ingin keluarganya terkena sihir dari orang gila seperti San lagi. Keeho menyadari jika dadnya sedang khawatir. dia menurut dan membiarkan ayahnya memeluknya sekilas sebelum berdiri dan pergi kekamarnya dan Theo. 

Mingi duduk diam dikarpet yang ada dilantai dingin ruangan berisi koleksi porselennya itu. pria beranak 3 itu melamun. namun kemudian Mingi tersentak saat dia melihat Yunho bergerak sedikit. "Yunho?" tanya Mingi gugup. dia bangkit berdiri dan langsung menghampiri Yunho. 

tidak ada gerakan dari Mingi. Mingi bingung, apa dia berhalusinasi? tapi rasanya tadi dia benar benar melihat tangan Yunho bergerak sendiri. "Sayang. kamu sudah sadar? kamu bisa dengar aku?" tanya Mingi dengan lebih gugup. dia memegangi tangan Yunho dan terkejut saat dia bisa menggerakkan tangan Yunho. 

tingkat kekakuan Yunho menurun. tubuhnya bisa digerakkan seperti dulu saat dia pertama kali Mingi beli. wajah Mingi memucat dan dia terhuyung sedikit. pria itu mundur dan lalu terduduk dikursi. astaga. Mingi tidak yakin apakah dia harus bahagia atau tidak. 

"Yunho.." 









Tbc. 

wadidaw. 

Did i Make it? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang