15

49 5 0
                                    

Happy reading











   Intak berbaring diatas kasur. dia menatap punggung Minjeong. wajah pemuda manis itu sedikit suram. "Kamu dari tadi lesu. dimarahin pelatih lagi?" tanya Minjeong sembari menoleh kearah Intak. gadis itu memainkan pulpen yang dia pegang. mereka berdua masih ada dikamar tamu dirumah Shuhua dan Yuqi. "Enggak.. hanya capek" sahut Intak pendek. 

anak kembar itu saling tatap sejenak. kemudian Minjeong kembali membelakangi Intak, mengerjakan homework miliknya. Intak hanya melamun dan lalu dia kembali memandangi punggung sang adik kembar. ucapan San terngiang dikepalanya. 

"Jika kamu tidak sanggup juga, aku akan menggunakan Minjeong untuk menyeretmu paksa" 

apa maksudnya itu? menggunakan Minjeong? bagaimana caranya? Intak berpikir keras. pemuda itu kemudian berguling dan masuk keselimutnya. dia tidak ingin memikirkan ucapan San. Danielle.. dan juga Wonbin. kenapa San malah memilih anak Seonghwa yang sebenarnya tidak ada hubungan apa apa dengan urusan ini, alih alih anaknya sendiri, Jeno? 

"Intak, Minjeong. ayo makan" saat itu Shuhua menjengukkan kepalanya dari luar. Minjeong melepas headsetnya dan segera keluar. namun Intak masih mendekam didalam selimut. Shuhua mengernyit melihat keponakannnya itu. "Kak Yuqi-" Shuhua memanggil Yuqi. wanita dominan yang adalah ayah dari satu anak itu masuk kedalam. kakak satu satunya Mingi itu mendekati Intak dan duduk disebelahnya. Shuhua ikut masuk. 

"Kamu kenapa?" tanya Shuhua sembari menarik selimut yang menutupi kepala Intak. Intak tidak menjawab. Yuqi memperhatikan wajah suram Intak. "Urusan distable?" lagi lagi Intak tidak menjawab pertanyaan itu. dia malah bicara pelan. "Bisakah aku sendirian dulu? aku tidak lapar. maaf"  Yuqi dan Shuhua saling tatap sejenak. kemudian Yuqi menarik Shuhua dan membawanya menyingkir. membiarkan Intak menyendiri. 

____________________________________________



  2 hari kemudian. Intak tidak pergi kestable hari ini. dia ingin libur dan Mingi membiarkannya. Intak memakai jaketnya dan membiarkan Minjeong memeluknya sekilas sebelum Minjeong pergi diantar Mingi kerumah Soobin. "Hari ini kamu mau kemana?" tanya Keeho yang sedang duduk dengan sikap lesu disofa. Intak menoleh kearahnya dan berkata pendek. "Aku mau bertemu dengan Danielle dan Wonbin" sahutnya. Keeho mengangguk angguk dan lalu berpesan. 

"Hati hati" 

Intak mengangguk. dia tidak menceritakan pertemuannya dengan San waktu itu kepada siapapun karena takut. Intak pun pergi keluar dari rumah. dia sudah meminta Wonbin dan Danielle untuk pergi menemuinya dikafe dekat kampusnya Keeho dan Theo. 

selama 15 menit Intak mengemudikan motornya, akhirnya motornya tiba diparkiran kafe. Intak parkir dan segera masuk kedalam kafe. Intak mengedarkan pandangannya dan akhirnya pandangan jatuh kearah Danielle dan Wonbin yang sedang bergosip berdua tidak jauh dari darinya. akhirnya Intak berjalan menuju meja mereka. 

"Intak! hai!" senyum Danielle. gadis itu melambaikan tangannya. Wonbin ikut tersenyum dan turut melambaikan tangannya. "Kenapa kamu nyuruh kita ngumpul? tumben bertiga doang" tanya Wonbin sembari melambaikan tangannya kepada pelayan. dia hendak memesan makanan. tadi memang Danielle dan Wonbin tidak memesan apa apa. 

Intak tidak menjawab karena pelayan datang untuk menanyakan pesanan. setelah pelayan pergi baru Intak bicara. "Dua hari yang lalu. aku lagi distable. dan aku.. aku didatangi oleh uncle San" gumam Intak. Danielle dan Wonbin terdiam. mereka berdua juga takut jika mendengar nama San disebutkan. "La-lalu?" Wonbin memandang penasaran Intak. 

"Dia mengatakan dia mau melepas sihirnya dari mommy Yuyu, aunty Yeo, dan aunty Woo. asalkan.. kita bertiga mau menyerahkan diri kepadanya"

seketika Danielle dan Wonbin terdiam. Intak juga hanya menunduk dan meremas jemarinya. "Jadi karena ini kamu mengajak kami berdua untuk bertemu? untuk membahas ini?" Danielle akhirna bicara. "Ya.. aku tidak ingin mengiyakan ucapan uncle San. tapi.. dia mengancamku. aku takut" lirih Intak. Wonbin dan Danielle memandang intak sejenak. 

"Apa ancamannya?" 

"Dia menggunakan Minjeong untuk menyeret kita pergi. tapi aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan kepada Minjeong. dan uncle San juga memberi kita tenggat waktu sampai minggu depan. jika kita tidak menyerahkan diri.. di-dia akan membunuh mommy Yuyu, aunty Yeo, dan aunty Woo. dia juga akan merobek perut kak Theo dan mengambil anak dari perutnya.." Intak menutup wajahnya dengan tangan dan terisak perlahan. dia benar benar ketakutan jika mengingat ancaman San waktu itu. 

aduh. Danielle dan Wonbin turut menunduk. mereka tidak bisa mengatakan apa apa. mereka berdua sama takutnya dengan Intak. "Ka-kalau begitu, ayo kita pergi kepadanya" tau tau Wonbin bicara. Intak dan Danielle terkejut mendengar ucapan Wonbin. "Apa maksudmu?" Danielle refleks memekik. 

Wonbin menatap Danielle dan Intak serius. "Aku bilang kan aku mau untuk menyerahkan diriku kepada uncle San. aku siap. demi aunty Woo. Jeno harus tetap hidup, nanti aunty Woo akan tetap sendirian jika dia yang menyerahkan diri" ucap Wonbin mantap. Danielle meremas jemarinya. dia memandang kearah Intak yang masih saja diam. "Ka-kamu menyerahkan diri juga?" 

hening. meja mereka tidak diisi percakapan apapun sampai pelayan datang membawa pesanan mereka. dan setelah itu pun mereka bertiga makan dalam diam. tidak berani membuka mulut untuk bicara. 

________________________________________



  seminggu kemudian. 

Intak ketakutan. sekarang sudah lewat dari tenggat waktu yang diberikan oleh San. Intak telah memberi tahu Wonbin dan Danielle untuk menjauhi Minjeong disekolah. dia takut Minjeong tahu tahu menyerang mereka. itu mudah, karena MInjeong juga menghindari mereka. 

dan akhir akhir ini pun Intak lebih sering tidur didorm pelatih distable dari pada pulang kerumah. dia bilang saja keayahnya kalau ada kuda yang sedang sakit. jadi dia harus disana karena ingin ikut mengawasinya. Intak tidak nyaman berada dirumahnya karena keberadaan Minjeong. 

"Intak-" 

Jiung kaget saat Intak mendadak saja bangkit duduk dan melempar selimutnya. tubuh Intak gemetar dan dia meringsut mundur. pagi ini Jiung hendak membangunkan Intak agar Intak tidak telah ikut coaching clinic. barus aja Jiung masuk kamar Intak dan memanggilnya, Intak langsung bereaksi seperti itu. "Hei, tenang. ini aku, Jiung" pria bertubuh kekar itu mendekati ranjang Intak dan menepuk bahu Intak. 

Intak pun menjadi sedikit rileks saat dia sadar jika orang dihadapannya itu Jiung. "Ayo siap siap. tadi subuh ayahmu datang buat nganterin baju putih kamu yang ketinggalan. ayo, coach kita udah pada siap siap. kamu belum mandi lagi, cepat cuci muka. gosok gigimu. setelah itu segera siapkan kudamu. jangan lupa pemanasan" Jiung menepuk pipi Intak. Intak tidak menjawab sementara Jiung keluar dari kamarnya. 

"Ja-jangan pergi" mendadak Intak bicara. Jiung yang baru saja hendak menutup pintu menoleh kearah Intak dengan bingung. "Kenapa?" tanya Jiung heran. tapi dia masuk lagi kedalam kamar Intak. "Jangan pergi.." pinta Intak. matanya mulai berkaca kaca. Jiung makin heran. dia mendekati Intak dan kaget saat Intak tahu tahu memeluknya. 

"Jangan tinggalkan aku sendiri, aku takut.." 

kebingungan Jiung bertambah. apa apaan ini? akhir akhir ini Intak yang ceria memang jadi seorang yang penakut. biasanya Intak semangat latihan buat jumping 2 meter, sekarang dia paling takut dan berakhir nangis diatas kudanya walaupun dia dimaki maki oleh sang pelatih.. dan hal itu mulai terjadi sejak pertemuan Intak dengan pria bertubuh sangat kekar yang bernama Choi San itu. Jiung waktu itu tidak terlalu bisa mendengarkan percakapan antara San dan Intak. namun dia lihat jika Intak waktu itu sampai nangis dan mau bersujud dikaki San. 

"Kamu dihamilin?" tanya Jiung heran. Intak menangis dan lalu memukul kepala Jiung. "Sembarangan!" teriak Intak. namun kemudian dia menangis lagi. alahmak. Jiung mengusap kepalanya sendiri dan lalu mengelus rambut Intak. ya terus kenapa Intak kayak begini? 

mereka diam sejenak. akhirnya Jiung duduk diatas kasur dengan Intak yang sekarang ada dipangkuannya. tangan Jiung melingkari pinggang Intak dan dia mengusap usap lembut pipi Intak. "Kalau begitu, kamu kenapa ketakutan? mau cerita?" senyum Jiung. Intak tidak menjawab. 

akhirnya mereka berdua hanya berdiam diri diposisi berpelukan. Jiung tidak tahu harus ngapain, Intak terus saja menangis. 







Tbc. 

waduh. btw guys, ingat ya ini storynya pendek. paling panjang cuma 20 chapter. jadi kejadiannya cepat gitu. 



Did i Make it? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang