13

94 10 2
                                    

Happy reading







  "Minjeong!!" 

Mingi berseru kaget. pada tengah malam, Mingi yang belum tidur sedang turun kelantai bawah untuk mengambil air putih. namun dia mendengar bunyi ketukan pintu samar samar. akhirnya Mingi pergi keruang depan dan membukakan pintu. pria itu terkejut sekali saat melihat anak bungsunya berdiri dengan tampang kusut. pakaian Minjeong juga berantakan, rambutnya berantakan. 

"Kamu dari mana saja nak?" tanya Mingi khawatir. apa ada orang yang melecehkan Minjeong? tidak mungkin kan?? Minjeong mendorong sang ayah minggir dan kemudian berlari menuju kamarnya. Mingi bingung dan khawatir. dia mengejar Minjeong dan masuk juga kekamar Minjeong. 

"Minjeong. ini dad. kamu kenapa?" tanya Mingi lunak. Minjeong sedang duduk diatas ranjangnya dengan tangan mencengkram rambut panjangnya. "Dad.. uncle San.." ujar Minjeong dengan suara yang tidak jelas dan bergetar. Mingi terkejut. dia mendekati Minjeong dan memeluknya erat. 

San? apa yang bajingan itu lakukan kepada Minjeong? 

pria berusia 38 tahun itu mengusap air mata yang mengalir diwajah Minjeong. "Apa yang dia lakukan kepadamu nak?" Mingi bertanya lembut. Minjeong menangis keras dan memeluk ayahnya dengan lebih keras. "Dia menyiksaku dad.. dengan sihir hitamnya. aku tidak ingat apa saja yang dia lakukan kepadaku.. tapi sakit.." 

Mingi menggigit bibirnya dan mengusap usap rambut Minjeong untuk menenangkannya. dalam hati dia kembali menyumpahi San. berani beraninya pria itu menyentuh anak bungsunya? "Ayo mandi dulu Minjeong. biar dad siapin piama sama yang lain. mau tidur sama Intak malam ini?" hibur Mingi. Minjeong mengangguk dan menurut saat sang ayah membawanya masuk kekamar mandi. 

setelah itu Mingi keluar dari kamar mandi dan membiarkan Minjeong mandi. dia membuka lemari pakaian Minjeong dan menyiapkan baju tidur untuk Minjeong. 10 menit kemudian Minjeong keluar dari kamar mandi. dia tidak terlihat sekusut tadi. tapi raut wajahnya masih terguncang. gadis itu memakai bathrobe. "Daddy tunggu diluar" ujar Mingi sambil melangkah keluar kamar. 

beberapa saat menunggu, Minjeong akhirnya keluar dari kamar. gadis itu memegang tangan Mingi erat erat seakan akan takut akan sesuatu. Mingi membawanya kekamar Intak. secara perlahan Mingi membangunkan Intak. "Sshh. Intak" gumam Mingi. 

kakak kembar Minjeong itu terbangun dan menguap. "Ada apa dad..?" 

"Minjeong mau tidur sama kamu" bisik Mingi. Intak mengerjap. Minjeong udah ketemu?? dengan senang hati dia bergeser dan membiarkan Minjeong masuk kedalam selimut disisinya. "Jaga adiknya ya.." Mingi tersenyum dan memberi dua anak kembar itu ciuman dipuncak kepala. "Daddy jangan pergi dulu.." Minjeong merengek. Mingi menurut dan duduk ditepi ranjang Intak. 

pria itu menepuk nepuk punggung Minjeong agar gadis itu cepat tidur. Intak sendiri sudah terlelap begitu kepalanya kembali menyentuh bantal. akhirnya Minjeong jatuh tertidur 10 menit kemudian. 

Mingi memastikan anak anaknya sudah nyaman, baru setelah itu dia melangkah keluar dari kamar Intak. Mingi hanya diam dan melangkah menuju kamar porselen. dia merasa tidak enak, dengan Minjeong yang tadi diculik San. Mingi ingin memastikan Yunho aman. 

dengan perlahan Mingi membuka pintu ruangan porselen. dia menyalakan lampunya dan terkejut setengah mati. Yunho lenyap! tidak ada Yunho disana. 

siapa yang mengambilnya?

__________________________________________



  "Uncle, uncle!" 

Mingi menoleh kearah suara yang berasal dari teras depan. pagi ini, pria itu sedang memasak untuk anak anaknya walaupun dia sedang kalut. kemana Yunho.. "Keeho. tolong bukain pintunya" pinta Mingi. Keeho menurut dan bergegas membukakan pintu. dan saat itu Jeno langsung muncul dengan wajah pucat pasi. 

tanpa menyapa Keeho, Jeno berlari kearah Mingi dan lalu terjatuh dihadapannya. "Kenapa Jeno?" tanya Mingi khawatir. dia berlutut dihadapan Jeno dan menenangkannya. "Ambilin air putih" Mingi meminta Keeho. Keeho yang juga khawatir mengangguk dan mengambilkan segelas air putih untuk Jeno. 

setelah Jeno minum dan dia jadi sedikit tenang, Jeno mulai bicara. "Uncle.. mommy hilang. aku selalu meletakkan mommy dikamarku setiap malam. tapi tadi pagi saat aku habis mandi, mommy hilang. siapa yang mengambilnya?" Jeno sedikit menangis. Mingi menoleh kearah Keeho dan lalu dia berseru. "Hubungi Jongho! ambilkan ponsel aku, Keeho!" 

anak sulung Mingi itu berlari menuju lantai atas dan mengambil ponsel Mingi. dia menyalakannya dan lantas mencari nomor Jongho. setelah dapat Keeho langsung menghubunginya. beberapa saat kemudian Jongho mengangkatnya dan Keeho yang sudah sampai didapur bergegas menjulurkan ponsel Mingi kepada Mingi. 

"Jongho, cek Yeosang!" bentak Mingi. 

"Loh kenapa. perasaan tadi malem aku masih dibasement ngecek Yeosang" sahut Jongho heran. Mingi membentaknya lagi. "Yunho dan Wooyoung lenyap. kita tidak tahu siapa yang melakukan hal ini!" bentak Mingi lebih keras. terdengar Jongho mengumpat dan bunyi dia berlari lari. 

sesaat suara yang terdengar hanyalah suara nafas Jongho dan langkah kaki tergesanya. beberapa saat kemudian terdengar Jongho mengumpat keras. "Bangsat!! Yeosang? anjing hilang!" seru Jongho. Mingi menggeram mendengarnya. 

"Siapa yang mengambil mereka, Mingi? tidak mungkin ada penyihir baru yang tahu keberadaan mereka.." 

"Siapa lagi yang akan mengambil mereka selain kakakmu itu" 

"Kak San? tidak mungkin. dia kan sudah mati!" Jongho heran mendengar ucapan Mingi. dengan segera Mingi menyelanya. "San belum mati. Keeho dan Theo melihatnya saat mereka pulang dari kampus dan kemarin Minjeong diculik olehnya" sela Mingi. Jongho diseberang sana mengumpat lagi. 

"Wah sialan! apa yang harus kita lakukan?" 

"Kasih tahu Soobin. biar aku yang menghubungi kak Minghao. dia pasti mau membantu walaupun sampai sekarang dia masih berusaha mengembalikan suaminya" sahut Mingi cepat. Jongho mengangguk dan berkata dia akan melakukan itu sesegera mungkin. 

setelah itu Mingi memutus sambungan. dia menunduk dan membantu Jeno duduk dikursi. "Tenang lah dulu Jeno. jangan menangis, ingat kamu itu dominan. ayo, tarik nafas dalam dalam dan lalu hembuskan dengan perlahan" Mingi menepuk nepuk dada Jeno. Jeno menurut dan kemudian melakukan apa yang Mingi suruh. beberapa saat kemudian dia sudah tenang. 

"Dad. Theo lagi pergi ya?" tanya Keeho sambil lalu. Mingi mengernyit dan menoleh memandangnya. "Tidak. dad sudah bangun dari jam setengah empat pagi dan dad duduk diruang keluarga. Theo tidak ada lewat. malah dad pikir dia masih tidur sekarang" jawab Mingi. Keeho mendadak shock dan menutup laptopnya dengan keras. 

"Lah!? Theo enggak ada keluar?! tapi dia enggak ada dikamar, dad!" seru Keeho panik. Mingi ikutan panik, menantu kesayangannya yang lagi hamil menghilang juga. "Cari dulu dilantai tiga. mungkin Theo ketiduran dikamar buku. dia kan sering disana" Mingi berusaha tenang dulu. omong omong dilantai tiga itu memang ada ruangan besar khusus buku buku. disana udah kayak perpustakaan dan enak ngerjain tugas atau apa disana. 

Keeho yang panik segera berlari lari kelantai tiga. Mingi mengecek semua ruangan yang ada dilantai satu. Jeno pun membantu dengan cemas. Jeno naik kelantai dua dan mencari cari disemua ruangan. "Tidak ada dad!" Keeho berteriak dari lantai tiga. dia berlari turun dan menghampiri Mingi yang terlihat semakin kacau sekarang. 

"Sialan! apa sih yang sebenarnya San mau?! kenapa dia mengincar orang orang yang bahkan tidak tahu apa apa soal urusannya itu?!" Mingi berseru kesal sembari mengacak rambutnya kasar. Jeno menunduk dan berbisik. "Maafkan daddyku.." gumamnya. Keeho dengan segera menggeleng dan menepuk bahu Jeno sedikit keras. 

"Bukan salahmu. ayahmu saja yang gila. tidak usah minta maaf" geleng Keeho. Jeno menunduk dalam dan duduk kembali sementara Mingi sudah terhuyung kesudut. Keeho segera membantu Mingi duduk dikursi dan memberikan ayahnya segelas air putih. "Yang tenang dulu dad.." 

mana bisa Mingi tenang? istri dan menantunya hilang. dibawa lari oleh San. bagaimana jika San mengangguk janin Theo? Theo sedang hamil. 









Tbc. 

wadidaw. ges, sepertinya aku mau bikin ending angst lagi. asik tau

Did i Make it? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang