Part 5 - Introduce

465 92 12
                                    

Faye menatap Yoko yang lahap memakan makanan khas negara ginseng itu. Perut Faye mendadak kenyang melihat Yoko makan, tanpa ia sadari bibirnya membentuk lengkungan tipis saat melihat pipi Yoko mengembung penuh makanan yang belum gadis cantik itu kunyah. Tangannya tanpa sadar mengusap puncak kepala Yoko. Waktu seakan berhenti beberapa detik, sebelum akhirnya deheman Yoko menyadarkan Faye atas apa yang dilakukannya.

"Maaf." Ujar Faye.

"Kenapa harus minta maaf? Kau bebas melakukan apapun padaku." Goda Yoko seraya menaik turunkan alisnya.

"Benarkah? Aku bebas melakukan apapun padamu?" Faye balas menggoda. Wajah Yoko seketika memerah, gadis itu pura-pura sibuk dengan makanannya.

"Yo.. Aku tidak main-main dengan pernikahan kita. Apapun yang terjadi ke depannya aku harap kau jangan mengambil keputusan sepihak, begitupun denganku. Aku harap kau bisa menegurku ketika aku sudah berlebihan dalam bertindak."

"Kau mengatakan ini karena ucapan ibuku?" Tebak Yoko yang dijawab anggukan oleh Faye.

"Aku tau kita belum saling mengenal aku juga minta maaf atas tindakanku yang memaksamu untuk menikah denganku. Tapi aku tidak bermaksud balas dendam, tolong jangan berpikir seperti itu."

Yoko menyimpan sumpitnya, "Hmm.. Mari kita lupakan ucapan ibuku. So.. Hai P'Faye-"

Yoko mengulurkan tangannya untuk bersalaman, "Aku Yoko Apasra Lertprasert, terserah kau mau memanggilku apa. Senang bertemu denganmu."

Sudut bibir Faye tertarik untuk membentuk lengkungan manis, Faye lekas menerima uluran tangan Yoko. "Hai.. Aku Faye Peraya Malisorn, senang bertemu denganmu Yo."

Mereka saling bertatapan, seolah menarik satu sama lain untuk sama-sama tenggelam ke dalam lautan perasaan yang akan mereka arungi. Waktu terasa berhenti membiarkan sang dewi asmara melepaskan anak panahnya.

"So.. Kau seorang pianis right? Aku tadi melihat wajahmu dilayar besar sedang memainkan piano-" Faye menatap lekat wajah cantik di depannya dengan senyuman manis yang menghiasi wajahnya "Bisakah kau memainkan river flows in you untukku?" Pinta Faye yang segera diangguki penuh antusias oleh Yoko.

"Apa di Penthouse mu ada piano?" tanya Yoko.

"Tidak ada, tapi besok aku akan membelinya. Maksudku kita akan membelinya besok. Boleh aku meminta waktumu?"

Yoko berpikir sejenak, mencoba mengingat jadwalnya untuk hari esok, "Besok ada dua sesi latihan, Rhapsody Romance akan kedatangan tamu bulan depan."

"Hmm, baiklah jika kau sibuk. Kita bis-"

"Kita bisa pergi setelah aku selesai latihan. Sore?"

"Baiklah besok sore kita beli Piano."

Yoko mengangguk penuh antusias, alat musik itu sudah menjadi bagian dari hidupnya. Ada kesenangan tersendiri ketika jarinya menekan tuts hitam dan putih itu.

"P'Faye, apa keluargamu tidak mempermasalahkan pernikahan kita?"

Faye mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaan yang diberikan oleh gadis cantik di depannya. "Seluruh keluargaku hadir diacara pernikahan kita, apa itu bisa menjawab pertanyaanmu?"

"Syukurlah jika mereka tidak mempermasalahkan pernikahan kita. Oh iya-" Yoko membuka tas punggung kecilnya lalu mengambil sebuah catatan kecil lengkap dengan pena nya. Dia menyodorkan buku kecil itu pada Faye, "Aku ingin P'Faye menuliskan semua tentang dirimu di sini, apa yang kau sukai dan tidak kau sukai." Jelas Yoko.

Faye menggelengkan kepalanya, "Kita bisa belajar satu sama lain secara langsung Yo, tak perlu menulisnya di sini."

"Ingatanku tidak selamanya baik P'Faye, ayolah yayaya?" Bujuk Yoko.

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang