ꈍ LTS ꈍ chapter 23

26 1 0
                                    

Susss tolonggg ada pasien gawat darurat."

Semua perawat langsung lari menuju sumber suara yang berteriak.

"Susss cepat siapkan ruangan buat pasien ini," ucap salah satu dokter.

"Dokter lakukan yang terbaik ya buat mba kanaa," lirih Zahra yang sangat merasa lemas melihat seniornya tergeletak lemas saat ini.

"Bundaaa," lirih Kanaya yang berada dialam bawah sadarnya.

"Bundaaaaaaa."

"Kanaya pamit pulang." gumam Kanaya yang masih saja tak sadarkan diri.

Tuuttt....tuttt....

bunyi ventilator di ruangan itu berbunyi nyaring, tertera garis lurus di sana membuat semua orang membulatkan matanya termasuk seseorang yang menunggu nya sedari tadi.

"Ya Allah mbaaa Kanaa," teriak Zahra yang begitu paniknya melihat seniornya tergeletak lemas, entah masih diizinkan menghirup udara segar atau tidak, namun Zahra berharap seniornya masih diberi kesempatan untuk bisa menghirup udara segar lebih lama.

Buru-buru Zahra menekan tombol untuk memanggil beberapa petugas rumah sakit. Gelisah, sedih, bingung campur aduk menjadi satu. Dirinya merasa kakinya begitu lemass, air mata yang sedari tadi dirinya tahan pun seketika lolos membanjiri seluruh wajah dan juga khimar miliknya.

Dokter yang begitu profesional pun segera datang keruangan dimana Kanaya mengalami masa kritis. Sunyi dan juga gelap menyelimuti keadaan ruangan tersebut.

"Maaf Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun tuhan berkehendak lainn," ucap dokter tersebut setelah memeriksa tubuh Kanaya.

"Ga, ga mungkin. Mba Kanaa ndak boleh pergi!!!," sentak Zahra yang masih kecewa mendengar pernyataan dari dokter yang menangani Kanaya.

"Anda terlambat membawa pasien ke rumah sakit. Pisau yang menusuk perut pasien lalu dilepas paksa, justru menyebabkan hal yang begitu fatal," ucap dokter tersebut yang berusaha memberi penjelasan kepada Zahra.

"Dokk, hiksss.... hiksss... mbaa senior sayaaa," tangis Zahra yang semakin memuncak, ingin sekali dirinya berteriak. Meskipun tak memiliki hubungan darah dengan seniornya, justru Zahra sangat menyayangi seniornya itu seperti kakaknya sendiri.

"Maafkan kami yang tak bisa berbuat apa-apa lagi, kecuali ada mukjizat Allah," terang dokter tersebut.

Setelah mengucapkan sepatah kata, dokter tersebut pun langsung pergi meninggalkan Zahra sendirian yang masih tak percaya dengan kejadian yang menimpanya.

Buru-buru Zahra menghubungi orang tua dari senior nya dan tak lupa juga ia menghubungi kakak kesayangan itu.

Beberapa saat kemudian bunda Gita dan juga ustadz Farhan datang secara bersamaan. Semua menatap nanar melihat sang empu yang tergeletak lemas tak bernyawa, entah hal apa yang sudah terjadi kepada sang empu. Sehingga dirinya dijemput oleh sang pemilik semesta, bisa saja mungkin sang empu termasuk golongan orang orang yang baik.

"Ingatlah kalian akan kematian, sungguh demi Dzat yang jiwaku ada dalam kekuasaan-Nya. Kalau seandainya kalian mengetahui seperti apa yang aku ketahui tentang kematian itu niscaya kalian akan sedikit saja tertawa dan akan lebih banyak menangis". Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi.

Berdasarkan hadits riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, “Mati mendadak suatu kesenangan bagi seorang mukmin dan penyesalan bagi orang durhaka.”

Ibarat mampir didunia hanya untuk meneguk air, satu jam diakhirat setara dengan 41 tahun didunia. Kita didunia ini hanya semacam tanah yang diberi nyawa, namun terkadang dirinya bersikap seperti langit, bahkan terkadang manusia lupa akan kewajibannya jika diberi kesenangan di dunia.

QS. Gafir ayat 39
Ayat ini berbunyi, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal”.

Bagaimana bisa manusia lebih mementingkan kesenangan duniawi padahal kesenangan itu hanya bersifat sementara, zina yang mulai dinormalisasikan, fitnah yang begitu merajalela, banyak yang merasa asing pada agama islam. Semoga kalian tetap Istiqomah dijalan Allah, diera gempuran dunia yang semakin tua.

"Nay, saya terlambat."

"Saya sangat mencintai mu Kanaya, mencintai mu hanya karna Allah. Mengapa Allah mengambil mu terlebih dulu????," gumam ustadz Farhan yang berdiri disamping nakas milik Kanaya.

"Mass."

Tak ingin terlihat lemah pun ustadz Farhan bergegas menghapus air mataa yang mengalir begitu deras membasahi wajahnya.

Bunda Gita yang sedari tadi hanya bisa termenung pun tak bisa menangis ataupun mengucap sepatah kata, bukan karena senang atas kepergian anaknya, namun tetapi dirinya hanya mencoba untuk kuat dalam menghadapi kenyataan yang begitu pahit.

Ayah Kanaya sedari tadi pun juga susah untuk dihubungi, mungkin dirinya akan hancur jika mendengar kabar terkait putri kesayangan nya itu. Entah mengapa bisa hal ini terjadi pada Kanaya.

Kabar kepergian Kanaya pun menyebar luas sampai disekolah, semua orang yang mendengar merasa kehilangan, namun tetapi berbeda dengan Leya. Justru dirinya sangat senang jika berhasil menyingkirkan Kanaya dari hidupnya dengan tangannya sendiri.

"Mas, ikhlasin mba Kana ya?," ucap Zahra yang berusaha menenangkan hati ustadz Farhan.

"Ga bisa, Allah terlalu jahat ra. Mas salah apa coba sampai-sampai diberi ujian yang begitu menyakitkan."

"Mas ndakk boleh gitu, berarti Allah terlalu sayang sama mba Kana. Makanya dipanggil duluan."

"sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang sabar, mass tau itu kan??."

"Allah menguji hambanya sesuai dengan kemampuan hambanya," ucap Zahra.

"Jika memang takdir kita bisa apa mass?, pasti Allah mempunyai rencana yang lebih baik. Meskipun tak sesuai dengan harapan kita."

Mendengar ucapan yang keluar dari mulut adiknya pun air mata ustadz Farhan semakin mengalir deras, tubuhnya merasa lemass, dirinya juga merasa bersalah dengan apa yang ia ucapkan tadi.

"Sungguh bukan maksud hamba untuk menyalahkan takdir ya Allah, namun hamba masih belum bisa terima dengan apa yang sudah menjadi ketetapan mu ya Rabb" batin ustadz Farhan.

"Nak mengapa putri bunda begitu teganya pergi tanpa pamit," ucap bunda Gita yang terisak dengan tangisannya.

"Bun mungkin mba Kana disana sudah bahagia, nanti kalo lihat bunda nangis gini pasti mba Kana jadi sedih," ucap Zahra yang berusaha menenangkan hati bunda Gita.

"Bunda sedihh nakk, kehilangan anak satu satunya."

Semakin bunda Gita berbicara maka semakin banyak air mata yang turun membasahi wajahnya, sangat sakit bukan ditinggal oleh anak semata wayang yang begitu disayangi oleh bunda dan juga ayahnya.

Tatapan kosong terlihat pada ustadz Farhan yang duduk termenung dipojok kursi ruang tunggu, begitu pun dengan Zalwa yang sedari tadi masih begitu syok mendengar kabar tentang sahabat nya itu.

"Nayaaa lo jahat ninggalin gue sendirian."

"Mbaa Kanaa, sampean yang bahagia ya disana. Kami disini jagain bunda mu kok mba," gumam Zahra.

"Andai Na jika diberi kesempatan lagi, ingin sekali aku mendekap mu lalu mengahalal kan mu, namun takdir berkata lain na," gumam ustadz Farhan.

"Astaghfirullah maafkan hamba mu ini ya Allah yang," gumam ustadz Farhan yang merasa bersalah kepada Tuhannya dengan apaa yang diucapkan.

########

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE TRIANGLE STORY  (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang