Bab 7

128 10 0
                                    





-Mom-





Pagi itu adalah pagi yang menyenangkan bagi semua orang, hari Minggu, cuaca sedikit mendung. Ini adalah hari dimana hampir setiap manusia merasakan surga duniawi mereka.Tak berbeda dengan Anindyta, gadis berparas cantik itu memutuskan untuk tidur seharian atau mungkin menghabiskan waktunya bersama para saudari tercintanya

Tapi sepertinya Anindyta tidak di izinkan untuk tidur saat ini, sungguh sangat menyebalkan jika pagi yang indah ini ia sudah di bangunkan oleh suara nyaring sang adik

"Kak Dita bangun dong, katanya ngajak joging pagi ini" Gadis kecil itu menggoyangkan tubuh Anindyta yang sedang tertidur pulas

"Lima menit lagi ya" Ucap Anindyta dengan mata yang masih terpejam

"Bangun dong kak, ini sudah jam 6"

"Siapa yang peduli ini sudah jam 6 atau belum. Kau joging saja sendiri. Kakak ingin istirahat"

"Ish kak Dita mah gitu, padahal kemaren janji nya mau joging berdua" Adera mempoutkan bibirnya

"Sama Zila dulu ya sayang" Ucap Anindyta dengan mata yang masih terpejam

"Kak Zila kalo joging bukannya jalan tapi melipir beli es sama jajan kak" Anindyta menahan tawa ketika sang adik mengatakan itu

"Tapi kakak masih ngantuk, gimana dong?"

"Kalo kakak gak mau bangun aku aduin ke kak Lea nih" Ancam Adera

"Kecil-kecil sudah bisa mengancam ya"

"Okey kakak bangun" Anindyta membuka matanya lalu turun dari singgasana nyaman miliknya itu

"Nah gitu kek" Adera melipat kedua tangannya di depan dada "Sekarang siap-siap gih kak"

"Kecil-kecil sudah seperti bos saja kau ini, cih" Anindyta berjalan keluar kamar. Kamar mandinya memang hanya ada satu, dan itupun terletak di dekat dapur

"Cepetan ya kak! Dera tunggu di depan" Teriak gadis itu

"Nurun dari Bunda pasti sifat dia itu" Anindyta menggerutu sejak tadi




. . . .



"Tolong jangan! argh!" Arabella memegangi kedua telinganya

Kejadian malam itu kembali terlintas dalam pikiran gadis tidak berdosa itu. Gadis yang seharusnya masih bisa merasakan betapa bahagianya menikmati masa-masa remaja, sedangkan dia?

Arabella, gadis itu sedang menangis sembari memeluk lutut dengan kedua tangannya. Isakan dalam dan tertahan milik gadis itu kini berubah menjadi tangis kala sahabatnya memeluk tubuhnya. Gadis itu mengelus kepala Arabella dengan lembut

Arabella merasakan pusing dan ketika ia melihat sekeliling rasanya semua berputar. Rak lama Arabella pingsan di dalam pelukan sang sahabat

Alin, sahabat dekat Arabella membawanya ke rumah sakit

"Ya tuhan, kenapa kau tidak kunjung sadar juga? aku sangat khawatir dengan mu" Ucap Alin sembari mendekatkan minyak kayu putih di hidung Arabella

MOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang