“Siapa ... anak itu?”
Manik mata Taehyung menemukan tumpuannya lagi. Sambil menjauhkan bibir cangkirnya dari mulut, ia menatap Nayeon yang berdiri di sampingnya entah sejak kapan. Tatapan wanita itu mengarah ke luar tempat Taehyung semula memperhatikan sosok yang baru ia tanyakan.
“Temannya Jungkook. Siapa namanya?” Pria itu sudah melupakan namanya.
“Jennie,” jawab Nayeon sambil menggigit bibir. “Kim.” Ia melanjutkan.
Taehyung tahu Nayeon tidak menyukai kehadiran gadis itu meski berkatnya, pekerjaannya terbantu. Atau justru direbut seluruhnya.
Anak itu sangat rajin. Subuh-subuh dia sudah bangun. Mengagetkan Taehyung yang terbangun mengambil minum ke dapur dengan gaya mengepelnya yang ... Jennie tidak menggunakan alat pel, dia mengepel dengan kain sementara dirinya bersimpuh menyeret-nyeret kain basah membuat Taehyung hampir jantungan karena nyaris menabraknya yang tak terlihat.
Tak hanya itu, dia juga hanya memakai kaos kebesaran milik Jungkook. Entah dia memakai celana atau tidak, yang pasti kehadirannya tidak membuat Taehyung nyaman. Semenjak gadis itu ada di rumahnya, Taehyung mendapat serangan jantung berkali-kali. Tapi ia juga memiliki alasan yang tak bisa ia jelaskan untuk mengusir gadis itu lagi.
Taehyung tidak tahu anak itu berasal dari mana, siapa orang tuanya, apalagi tentang siapa yang berniat menjualnya. Dia cantik, sungguh. Wajahnya benar-benar polos layaknya anak kecil tak berdosa. Mengingatkan Taehyung pada mendiang istrinya meski untuk dibandingkan, keduanya tentu sangat bertolak belakang. Hanya saja ia merasa ingin untuk memperhatikannya berlama-lama, entah kenapa.
Jennie memasak dengan baik meski ia tidak tahu selera Jungkook ataupun Taehyung yang mana lebih menyukai sarapan dengan roti. Perempuan itu memasak masakan rumah sangat banyak dan beragam. Ketika Jungkook melayangkan protes, jawabannya mengejutkan.
“Aku terbiasa memasak banyak untuk adik-adik di panti. Maafkan aku.”
Namun, setelahnya Jungkook tidak berkata-kata lagi dan makan dengan lahap seolah dari awal dia memang tahu. Tentu. Perempuan itu 'kan seniornya di sekolah. Sesuatu yang sejujurnya membuat Taehyung kaget karena gadis itu nampak lebih muda dibandingkan Jungkook. Anak lelaki memang begitu, ya?
Cepat besar.
Taehyung hanya kebetulan lewat dan tak sengaja mencuri dengar, karena ia terbiasa mengabaikan sarapannya. Setidaknya karena gadis itu sekarang Jungkook memiliki teman makan selain Nayeon.
Kemudian dia mengusik Taehyung lagi dengan mengetuk-ngetuk pintu kamarnya pukul sembilan pagi. Mungkin dia tidak tahu kebiasaan Taehyung yang tidur sampai siang dan akan marah jika diganggu. Namun, mencoba memaklumi karena gadis itu baru di rumah ini, Taehyung menemuinya hanya untuk memberi izin Jennie mengambil baju kotor untuk ia cuci dengan senyum lugu. Dia nampak masih takut pada Taehyung.
Padahal, sudah sejak lama keluarga ini memanfaatkan jasa laundry.Dan sekarang, tepat pukul dua belas ketika Taehyung telah bosan berbaring di ranjang dan memutuskan menyesap kopinya, gadis itu sudah ada di kebun belakang. Taman bunga tempat Taehyung menemukannya pertama kali.
Awalnya Taehyung ingin marah karena ia sudah memperingatkannya untuk jauh-jauh dari tempat itu. Tapi melihatnya sedang membersihkan tanaman liar di sana, Taehyung justru berakhir mengamatinya alih-alih menegur. Ia bahkan tak menyadari kehadiran Nayeon yang ia pikir sudah pulang sejak lama.
Ia lupa sekarang akhir pekan. Wanita itu akan menyempatkan diri mampir seharian.“Oppa mengizinkannya tinggal di sini? Kau tidak takut kalau dia akan mencuri?” tanya Nayeon lagi.
“Apa yang bisa dia curi dariku?” jawab Taehyung tak acuh.