10. Hasrat Liar Pelukis

366 29 15
                                    

Gelenyar itu masih ada. Tak mau dilenyapkan tidur malam. Hanya sesekali teralihkan oleh kegiatan yang berjalan.

“Jennie, bisa ambilkan pisau buah?”

Gadis itu mengerjapkan mata. Dilihatnya kini dua pria di atas meja makan itu sedang melempar pandang kepadanya. Seperti dua mata anak panah yang siap membidiknya. Tiba-tiba saja jantung Jennie berdegup kencang. Kedua pipinya berangsur-angsur memanas. Maka cepat-cepat ia tinggalkan potongan roti lapisnya di atas piring sebelum bergerak gesit menuju dapur dan mencari pisau buah.

Ia sempatkan diri untuk mengatur napas juga degup jantung yang menggila. Pekerjaannya siang lalu masih menyisakan puing-puing mendebarkan yang bisa seketika berkembang begitu pemicu datang. Dan hari ini pemicunya adalah Taehyung. Atau mungkin sejak awal Jungkook memintanya menjadi model lukisnya, pemicu debar jantungnya adalah pria itu.

Tiba-tiba ia menyesal. Tiba-tiba ia takut. Kalau gambar Jungkook sampai ke tangan Taehyung, entah bencana apa yang akan terjadi. Lagi pula setelah ia lihat hasilnya, itu benar-benar terlihat seperti dirinya. Dia yang berbaring seperti Rose. Namun, tak memiliki kalung permata di lehernya. Jennie hanya tidak sampai berpikir Jungkook pandai melukis. Lupa bahwa bakat itu diturunkan. Meski nampak benci sekali dengan ayahnya, hasrat ... siapa yang bisa membendungnya?

Semoga saja Taehyung profesional seperti anaknya. Meski setelah dipikir lagi, Jennie menebak motif Jungkook menjadikan model lukisannya adalah sebagai bentuk pemberontakan. Jika benar demikian, Jennie harus siap dengan konsekuensi akan dianggap sebagai sekutu.

Noona gugup juga akhirnya?”

Jennie terperanjat. Hampir-hampir pisau di tangannya menusuk siapa saja yang baru menegurnya. Tiba-tiba Jungkook sudah berdiri di hadapannya sambil mengangkat kedua tangan. Kemudian ia nampak meletakkan piring kotor di tempat cuci piring. Dengan tidak bertanggung jawab mencoba meninggalkan Jennie yang digentayangi kekhawatiran.

“Jung, kau belum mengumpulkan tugasmu, ‘kan?” tanya Jennie setelahnya.

Pemuda itu memelankan langkahnya. Kepalanya kembali berputar ke belakang demi melihat teror di wajah Jennie. Namun, ia tidak terlalu nampak peduli.

“Belum. Masih ada bagian yang perlu diperbaiki,” jawabnya santai.

“Bagaimana kalau melukis Yeontan saja? Nanti kubantu,” saran Jennie sembari mengejar Jungkook yang hendak kembali ke meja makan.

“Kenapa tiba-tiba berubah pikiran? Kau sudah dibayar. Kau tidak profesional.”

Jennie merasa tertohok. “Kukembalikan uangnya, aku serius.”

Shireo,” tolak pemuda itu mentah-mentah.

Jennie mengacak rambutnya sendiri frustrasi.

Kemudian gadis itu berusaha menjaga sikapnya kembali begitu sampai di meja makan. Diberikannya pisau buah yang Taehyung minta selagi netranya memeriksa keberadaan Jungkook yang sudah tak terdeteksi bersama tasnya yang sudah raib dari kursi meja makan.

Jungkook memang sudah menjadikan Jennie teman. Namun, dia tidak mau orang lain tahu bahwa Jennie tinggal di rumahnya. Padahal, berjalan sendirian ke sekolah cukup menakutkan untuk dirinya yang tak begitu menyukai sepi.

“Jennie, kau sudah mau berangkat?”
Kemudian seruan dari Taehyung menyentak lamunan Jennie. Gadis itu buru-buru merapikan meja makan segera setelah ia lihat Taehyung berdiri dari kursinya dan menenteng tas kerja. Sempatkan menatapnya sebelum berkata lagi, “Ikut mobilku saja, kita sudah hampir terlambat.”

Maka kemudian Jennie dilanda kecemasan yang tiada habisnya. Ia bermaksud menolak. Ia tidak biasa naik mobil saat bepergian. Ditambah situasi saat ini tidak memungkinkan baginya. Jennie mungkin akan terlihat kikuk dan jika Taehyung menyadarinya dan memutuskan bertanya, Jennie mungkin akan menjawab dengan cara paling lucu sedunia.

STOLEN DREAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang