“Jennie ... bogosipeo.”
Mata Jennie membulat seketika. Apa Taehyung bilang? Rindu? Apa dia sedang meniru ucapan Yerim tadi? Dan tunggu—apa maksud wajah yang sialnya yang tampan itu mendekat?
Jennie tahu ini buruk. Ia bisa saja terbuai dengan suasana ala drama ini. Belum lagi napas mereka yang bertubrukan seolah menebar bius-bius cinta. Jennie tak mampu menahan dada Taehyung lebih lama atau pun menjauhkan wajahnya. Ia sudah terjepit. Ia pasti tak akan selamat. Hingga tangannya tiba-tiba bergerak refleks.
CUP~
Taehyung mengerang sementara Jennie masih gemetaran. Ia berhasil menghalangi Taehyung menciumnya dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Berakhir dengan Taehyung hanya bisa mencium punggung tangannya saja dan ia nampak kesal.
“Jennie ....” Pemuda itu mulai merengek.
Gadis itu perlahan menyingkirkan tangannya. Namun, Taehyung kembali memanfaatkan kesempatan itu untuk berusaha mencium Jennie lagi. Sayangnya, Jennie sudah mengantisipasi kemungkinan itu akan terjadi sehingga Taehyung lagi-lagi berakhir berciuman dengan punggung tangan Jennie beberapa kali dan meski begitu, nyatanya hal itu masih mampu membuat Jennie kejang seolah disengat listrik.
“Kenapa kau lebih menyukai paksaan, Nona? Aku bukan penderita sadisme yang akan selalu menyakitimu. Apa seorang masokhis?” bujuk Taehyung berusaha menyingkirkan tangan Jennie dari bibir mungil itu.
Ia mungkin bisa menerjang bagian sensitif Jennie maka gadis itu akan menyerahkan diri. Tapi kali ini Taehyung menginginkan Jennie menyerahkan diri dengan sukarela. Seperti sebelum-sebelumnya.
“Apa yang kau katakan? Bukankah kau yang berjanji bahwa waktu itu yang terakhir? Kau bilang takkan menyentuhku lagi! Ini baru satu Minggu, Tae. Secepat itukah masa aktif janjimu?” sahut Jennie gemetar.
Taehyung mengerang frustrasi.
“Tapi aku sudah tidak tahan,” geramnya berbisik seraya menyatukan tubuh bagian bawah mereka makin rapat.
Bisa Jennie rasakan adik Taehyung menusuk pahanya.
Jangan gila, Tae. Ini dapur orang!
“Jangan menjilat ludahmu sendiri, Tae.” Jennie memperingatkan.
“Kalau begitu biarkan aku menjilat ludahmu.” Pandangan lelaki itu kian berkabut.
Jennie bergidik ngeri. “Tae ...” Jennie memohon sambil menutup mulutnya setiap kali Taehyung bermaksud menyerang.
“Kau punya pacar. Aku ini bukan pacarmu,” kata gadis itu ragu.
Mereka saling bertatapan. Hilang sudah. Pertahanan Jennie nyaris hancur ketika Taehyung memegangi tangannya. Menatapnya begitu dalam.
"Jadi pacarku kalau begitu,” kata Taehyung seraya mengecup jemari Jennie yang sempat gadis itu gunakan untuk menutup mulut. Mengais bekas bibirnya.
Ini gila! Gadis mana yang tak akan meleleh diperlakukan seperti ini? Belum lagi oleh lelaki yang ia suka. Seteguh apa pun pendirian Jennie sebelum ini, nyatanya Taehyung sudah merontokkannya lebih dari sebagian. Satu rayuan lagi meluncur dari bibir manis Taehyung, Jennie mungkin akan menyerahkan diri.
“Mau, ya?” Taehyung bertanya dengan suara parau.
Tangan Jennie digenggamnya erat. Dibenamkan dalam dada bidangnya dan jantung Taehyung seolah bisa Jennie raih. Apa Taehyung tak kesakitan? Sepertinya jantungnya tengah memantul-mantul kuat.
“Jangan, Tae ...” Jennie bergumam lirih. Memutus kontak mata mereka atau ia akan segera menyerah.
Taehyung menghela napas panjang. Ia tidak menyukai Jennie yang jual mahal.