“Apa yang kalian lakukan? Kalian pacaran?”
Pertanyaan itu muncul ketika Taehyung turun ke dapur untuk mengambil makan malam. Berniat menyantapnya bersama Jennie di kamar. Tapi pertanyaan dari Namjoon membuat Taehyung sedikit gugup kendati ia tidak benar-benar memasang wajah peduli. Tak dipungkiri mungkin kakaknya itu mendengar sesuatu dari kamar Taehyung. Kegaduhan yang baru ia akhiri beberapa menit lalu.
“Aku nyaris melaporkanmu ke polisi kau tahu?” tutur Namjoon lagi membuat Taehyung mengerutkan dahi.
“Kenapa?”
“Kupikir kau menganiaya Jennie karena dia berteriak sambil menangis,” jelas Namjoon heboh. “Tapi setelah dengar dia mendesah aku tahu apa yang kalian lakukan,” sambung Namjoon penuh arti.
“Jadi .. Hyung ingin mengadukanku?”
“Maunya, sih begitu,” sahut Namjoon serius.
“Tadi ibunya kemari. Bertanya apakah Jennie bersamamu. Kubilang kalian sedang mengerjakan tugas. Kalau sampai Bibi Lee taju, dia pasti akan terpukul Tae. Dia sudah sangat baik pada kita.”
“Aku tahu.” Taehyung sungguh-sungguh.
“Maka dari itu, jangan seperti itu lagi. Pacaran sehat, oke? Kasihan Jennie. Pihak perempuan selalu rugi dalam hal begini.”
Mau tak mau perkataan Namjoon menyentak Taehyung pada kenyataan bahwa ia sudah merusak Jennie demikian jauh. Padahal, Bibi Lee sangat baik terhadapnya. Mungkin perlakuannya akan berbeda kalau wanita itu sampai tahu Taehyung telah merusak putrinya. Taehyung tak bisa bayangkan itu.
Ketika ia kembali ke kamar, ia lihat Jennie sudah bangun. Tengah berusaha meraih bajunya yang berserakan di lantai. Dia sangat berantakan. Rambutnya kusut, jejak-jejak air mata mengering di pipinya. Bisa Taehyung lihat tangannya yang sedang memungut seragamnya juga masih gemetar. Hingga Jennie menyadari kehadirannya, gadis itu buru-buru membenahi selimutnya. Menatap Taehyung canggung. Takut lebih tepatnya.
“Maka,.” Kata pemuda itu singkat sebelum mendaratkan pinggulnya di sisi ranjang.
Beberapa saat suasana kamar itu menjadi hening. Taehyung tetap memasang wajah dingin ketika menyuapinya. Ada yang tidak beres dengan lelaki ini.
“Jam berapa sekarang?” tanya Jennie seraya menerima suapan Taehyung karena ia lapar setelah melayani pemuda yang dirasuki setan ini.
“Jam tujuh,” jawabnya singkat seraya menyuapi dirinya sendiri.
Tak dipungkiri ia lelah. Tadi itu seks paling luar biasa sekaligus paling lama yang pernah ia lakukan. Meski setelahnya tubuhnya remuk karena Jennie berusaha melukainya untuk melepaskan diri, ada perasaan lega yang tak bisa dijelaskan. Namun, Jennie jutrsu terlihat ketakutan. Melihat banyaknya luka di tubuh Taehyung yang bisa ditebak ia sendiri sebagai pelakunya. Lengan dan wajah pemuda itu penuh dengan goresan kuku-kuku Jennie. Pemuda itu tidak nampak akan mempermasahkannya. Toh, dia tahu Jennie lebih kesakitan menghadapi kebrutalannya.
“Kau serius? Sudah malam?” kaget Jennie seraya mengedarkan pandangan.
Ya Tuhan ... berapa lama ia berada di bawah kungkungan Taehyung? Pantas selangkangannya begitu sakit dan tubuhnya terasa remuk redam.
“Bibi tahu kau di sini. Namjoon Hyung bilang kita sedang mengerjakan tugas,” jelas Taehyung.
Tugas laknat kalau begitu, batin Jennie geram.
“Namjoon Oppa ...”
“Ya, dia tahu.”
Memalukan!