Note :
part 17 kebagi jadi 3 (17, 17A, dan 17B)
setelah part ini, 17A di up malam ini juga. jangan lupa vote dan komen ya.
.
.(Part mengandung MC🚫)
Recommend to Listen :
Ogryzek - Aura~•○•~
Jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan Alan kembali ke Gereja Basilika Santo Petrus. Berbeda dari kemarin, hari ini Alan tidak masuk ke ruang utama untuk berdoa. Pria itu memakai pakaian serba putih dan mengikat satu rambut panjangnya dengan rapi. Alan duduk di kursi lorong luar gereja yang panjang dan sepi, ia memangku Flash yang tertidur pulas. Flash terlihat nyaman begitu sinar matahari mengenai tubuhnya yang hangat.
Tak lama terlihat salah satu bawahannya berjalan tergesa ke arahnya. Pria berpakaian formal itu membungkuk hormat padanya.
Pria itu adalah orang kepercayaan Alan. "Mobil tersebut sudah menuju Panoptycon. Saya juga sudah ambil komando untuk yang lain agar bersiaga untuk anda, Tuan."
Alan mengusap kepala Flash dengan lembut. Ia mengembuskan napasnya sambil menatap ke pucuk atap Panoptycon yang terlihat dari jauh. Ia termenung sejenak, kemudian menarik kedua ujung bibirnya dengan perlahan. Masa lalunya kini tergambar sempurna di depan matanya.
"Kau tahu kenapa aku berkunjung ke sini?" tanyanya.
"Karena hari ini akan diadakan Feral Game di Panoptycon?"
Alan menggeleng. "Karena aku merindukan ayahku."
Bawahannya pun diam, membiarkan Tuannya berbicara dengan nyaman.
"Ayah kandungku adalah pria yang baik, namun nasibnya kurang beruntung," ujarnya pelan.
"Ketika aku masih kecil, beliau hanya bisa menyewa satu petak rumah di pinggiran Seoul, Korea. Kami hidup serba kekurangan. Kami terlilit utang, ayahku selalu pulang dalam keadaan babak belur. Sampai beliau membawaku dan ibuku ke Roma sebagai imigran gelap. Ingin kabur." Alan tersenyum. "Katanya juga mau mengadu nasib, tapi kami juga hidup cukup sulit di sini."
"Setiap hari beliau keliling dengan sepeda tua untuk menjajakan buket-buket bunga yang sudah dirangkai ibuku di rumah. Aku selalu ikut dengannya, aku duduk di belakang dan memeluk tubuhnya dengan kuat agar tidak jatuh dari sepedanya. Kami selalu lewat di depan gereja ini, lalu ayahku akan menghentikan sepedanya dan menatap ke arah gereja."
Alan kembali tersenyum saat mengingat bagaimana wajah sang ayah. "Beliau ingin sekali beribadah di sini, namun beliau malu karena tak punya baju yang layak. Karena... semua bajunya bolong digigiti tikus. Maklum rumah yang kami sewa di sini sudah tak layak, banyak tikus dan serangga."
"Tapi beliau adalah orang yang tekun dalam keyakinannya. Beliau tetap melaksanakan ibadahnya dan setiap minggu, beliau akan mengajakku dan ibuku untuk berdiri di depan gerbang gereja ini."
Ya, masa itu tak mungkin dilupakannya. "Kami akan membagikan setangkai bunga gratis pada para jemaat gereja yang baru selesai beribadah pada Tuhan. Memang tak seberapa, tapi hal itu cukup menyenangkan bagi anak kecil sepertiku karena beberapa Suster di sini sering memberiku roti dan kue yang enak."
Alan menunduk, mengusap kepala Flash lagi sampai kucing itu mengubah posisinya sedikit. "Ada satu waktu, ketika kami sedang membagikan bunga-bunga, seorang pria berusia 30 tahunan dengan wajah menawan mendekati kami. Dia mengajak Ayahku bicara dengan Bahasa Korea. Katanya sang istri berasal dari Korea jadi ia mengerti Bahasa Korea. Tentu Ayahku senang, seperti bertemu dengan saudara jauh."
KAMU SEDANG MEMBACA
FERAL GAME ✔
FanfictionM | BTS Fanfiction Dark Romance . . . Istilah Feral Game sudah tak asing di kalangan elit keturunan Korea yang bertempat tinggal di Italia. Feral Game adalah sebuah permainan dadu yang banyak memakan korban. Awalnya permainan ini dibuat hanya untuk...