6. Stockholm Syndrome

1.2K 207 380
                                    

Note :
AAAA terima kasih banyak antusiasnya. sesuai janji, ini aku up hari ini juga yaa ♡ jangan lupa vote dan komen. untuk part ini goals 100 vote dan 300 komen hihihi

.
.
.

(Part mengandung MC 🚫)

Recommend to Listen :
Anthony Lo Re - Bella Ciao (instrumental)

~•○•~

Tok, tok, tok!

Ludoc berdiri di depan kamar tipe lantai 5 sambil mencengkeram pergelangan tangan Haery.

Tadi wanita itu menolak, karena ia takut apa yang dilakukan Theo terulang kembali. Wanita itu sudah berlutut dan memohon pada Ludoc, tapi Ludoc tidak mau mendengarkannya. Jadi ia hanya diam ketika Ludoc menariknya ke lantai 5 untuk bertemu pria itu.

Krek!

Pintu terbuka.

Haery membulatkan matanya saat menatap Cedro membuka pintu.

D-dia yang membeliku?

"Sesuai hitungan jam. Aku jemput ke sini besok pagi. Tapi aku tidak mau melihat satu luka pun di tubuhnya," tegas Ludoc.

Cedro menatap Haery sangat dalam, penuh rasa iba dan penyesalan. Pria itu mengangguk. "Ya." Ia membuka pintunya sedikit lebih lebar. "Masuklah," ujarnya pada Haery yang terlihat bingung harus berbuat apa.

Wanita itu sempat menoleh untuk menatap Ludoc, tapi Ludoc malah memberinya tatapan sinis. Akhirnya Haery masuk bersama Cedro. Ludoc kembali ke kamarnya untuk bercinta dengan dua wanita cantik yang baru dikenalnya itu.

Mereka sudah lama tak bertemu sehingga keduanya agak canggung. Sejak dulu sikap Cedro tidak berubah. Dengan sopan, ia mempersilakan Haery untuk duduk dan menawarkan minuman yang telah disiapkannya. "Silakan diminum." Rupanya Cedro masih ingat minuman kesukaan Haery, yaitu grenadine, minuman non-alkohol khas Prancis.

Namun Haery memilih menganggurkan minuman kesukaannya. Sama seperti saat Haery berkunjung ke kediaman Theo, wanita itu tak mau menyentuh minuman apa pun yang disajikan untuknya.

Cedro duduk di seberang Haery. "Lama tak berjumpa, Haery. Bagaimana kabarmu?"

"Lebih baik dari hari kemarin." Haery tersenyum. "Bagaimana denganmu?"

"Aku lumayan pening akhir-akhir ini." Cedro tertawa kecil untuk mencairkan suasana. "Tapi tak apa. Yang penting aku masih bisa bermain cello setiap aku merasa jenuh." Pria itu menatap Haery yang hanya diam dan mendengarkannya berbicara, seolah-olah Haery tak mau menceritakan tentang dirinya atau memulai topik lain yang menarik. Padahal dulu Haery cerewet sekali kalau sudah bicara dengan Cedro.

Cedro merasa sedih, sebab anita itu tumbuh menjadi pribadi yang berbeda.

"Hm, aku agak terkejut melihat rambutmu berubah menjadi hitam." Cedro mencoba membahas topik yang ringan.

"Suamiku tidak suka rambut blonde. Dia memintaku mengecatnya agar menjadi hitam permanen."

"Setahuku kau sangat menyukai rambut blonde-mu. Sayang sekali kalau jadi hitam permanen. Tapi tidak masalah, kau tetap cantik."

Haery kembali tersenyum. "Terima kasih."

"Omong-omong... kapan kau menikah dengan Ludocio?"

"Tiga tahun yang lalu."

Cedro mengangguk. "Aku pikir... kau mencari pria yang lebih baik darinya."

"Aku sudah memilihnya."

"Bukankah kau pernah merasa tidak nyaman dengan kehadirannya? Kenapa kau malah memilihnya dan bersamanya sampai saat ini?"

FERAL GAME ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang