34. Usai bersama TRP

5 4 0
                                    

Happy Reading!!
Vote & coment jika kalian suka

Ig; edll_weiss

Satu minggu kemudian...

Sudah satu minggu berlalu, setelah hari di panti asuhan itu dan rahasia tentang The Roadphantom yang terkuak dari orang yang berbeda. Alesha juga sudah menceritakan semuanya pada Eldion tentang kejadian itu.

Sambungan telepon malam itu,

"El, aku seneng deh temanan sama anak - anak TRP, makasih ya udah kenalin aku sama mereka," ucap Alesha, suaranya ceria.

"Sama - sama cantik! Teman aku teman kamu juga! Gausah segan buat datang ke Warkes atau minta tolong sama mereka, selagi nanti aku di Jakarta," jawab Eldion dari seberang sana, suara hangat membuat Alesha merasa nyaman.

"Iya El, makasih! Oh iya, aku juga ke panti asuhan tadi!" Tiba - tiba suasana berubah.

Tak ada suara yang terdengar di seberang sana.
Jantung Eldion berdegub kencang mendengar itu,
"Pa-panti asuhan? Kamu ikut?" Suara Eldion terdengar terkejut.

"Ya, aku ikut. Aku udah tahu tentang kamu dan TRP, tenang aja. Dan kamu harus tahu kalau pendiri TRP itu Bang Areksa,' jawab Alesha dengan nada penuh percaya diri, iq berbicara seadanya tanpa basa - basi lagi.

Eldion terkejut bukan main, ia mencubit lengannya seolah - olah memastikan bahwa ini bukanlah mimpi,
"Al, seriusan?! Kenapa kamu nggak cerita sama aku tentang ini? Hal sebesar ini!"

"Bang Areksa yang minta aku diam waktu tahu kamu pakai jaket TRP. Tapi, bukan masalah besar kok! Minggu depan datang ke rumah ya, anak - anak TRP juga mau datang, kenalan sama Abang. Kamu juga ikut ya? Kenalan sebagai ketua TRP! bukan Eldion pacar aku," balas Alesha dengan nada dinginnya.

"Ya ampun, Al. Pantesan aja waktu pertama ketemu, aku kan pakai jaket yang jelas - jelas atribut di belakangnya TRP! Abang kamu senyum sus gitu waktu liat aku, ternyata dia yang punya TRP!" jelas Eldion, dengan sedikit senyuman tak percaya.

𖹭

Alesha melihat pantulan dirinya di cermin. Kebaya hasil jatihan ibunya, melekat sempurna di tubuhnya yang rampingnya. Alesha tersenyum pada refleksinya, meski hatinya masih dipenuhi keraguan dan kekhawatiran.

Waktu terus perputar menuju tanggal Perpisahan Kelas 12 SMA Harapan Bangsa, Paturai tineung. Pikiran Alesha tersurat dalam satu tujuan, memastikan Ibu datang di hari perpisahannya nanti.

Sakitnya, Risa terbaring lemah di ranjang. Aroma obat dan antiseptik memenuhi ruang kamarnya.
"Adek, ibu minta maaf kalau nanti ibu tidak hadir menemani Adek," lirihnya.

Alesha menghampiri Ibunya sambil menggenggam tangannya yang dingin, "Ibu, jangan bicara kaya gitu ah. Adek yakin Ibu pasti akan segera pulih! Dan Ibu bisa menemani Adek nanti!" Ia berusaha menahan air matanya, karena ia tak mau meninggalkan kesedihan pada wajah Ibunya.

"Sayang, Ibu tahu kamu sangat ingin Ibu hadir tapi, kalau Ibu sudah tidak kuat, kamu di dampingi Tante Tisa sebagai wali, tidak masalah?" Risa menjawab dengan suaranya yang nyaris tak terdengar.

"Ya udah Bu, nggak apa - apa Adek mengerti!" Jawab Alesha sambil menyenderkan kepalanya di bahu Ibunya, mencoba memberikan kekuatan yang dipendam dalam dirinya.

Paramita AmorfatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang