Chapter 10

313 41 10
                                        

Kini telah genap empat bulan setelah kecelakaan yang dialami oleh Satoru. Sejauh ini total empat air mata ketulusan yang telah ia dapatkan. Waktu yang ia butuhkan tinggal tujuh bulan karena terpotong satu bulan setelah Toji melihatnya tengah malam.



Entah ia harus bersyukur atau ia bisa menganggap hari itu adalah hari yang sial tapi semenjak Toji bisa melihatnya ia sedikit merasa terbantu. Terkadang Toji akan memberitahu hal yang tidak ia ketahui, pria itu beberapa kali datang ke rumah sakit saat ia berkeliaran memakai tubuh Megumi untuk mencari air mata ketulusan tersebut. Bisa dibilang Toji membantu memantau tubuh aslinya di rumah sakit.



"Toji kau melupakan dompetmu." ujar Satoru ketika melihat Toji akan berangkat kerja. Ia memanggil tidak menyebut dengan marga lagi karena Toji sendiri yang memintanya.



"Tidak ada isinya juga." balas Toji dengan cuek.



"Tapi ada kartu identitasmu didalamnya dan itu yang terpenting." balas Satoru.



"Baiklah aku bawa."



Hari ini Megumi tidak pergi kemanapun. Kakak tingkat sedang melaksakan ujian jadi demi kelancaran ujian yang lain diliburkan.



"Apa yang sebenarnya sensei lakukan pada ayah?" tanya Megumi ketika sang ayah telah keluar dari rumah.



"Apa maksudmu Megumi?"



"Sikap ayah sedikit melunak pada sensei."



"Itu perasaanmu saja Megumi."



Satoru beranjak menuju kamar Megumi mengikuti si pemilik kamar. Di hari libur, Megumi hanya menghabiskan waktu untuk tidur dan memainkan smartphonenya.



"Layarnya retak parah." gumam Satoru ketika melihat layar smartphone Megumi yang retak dimana-mana.



"Masih bisa dipakai, lagipula aku tidak punya cukup uang untuk membelinya."



"Bagaimana kalau aku belikan? Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena kau dan ayahmu banyak membantuku."



"Tidak perlu sensei, lagipula tubuh aslimu terbaring di rumah sakit bagaimana mau membelikannya?"



"Aku bisa memakai tubuhmu untuk mengambil uang di rekeningku."



"Sudahlah ini masih bisa dipakai jadi sensei tidak perlu melakukan apapun."



"Baiklah kalau begitu." Satoru merebahkan dirinya disamping Megumi.



"Apa sensei mau meminjam tubuhku hari ini?" tanya Megumi.



"Istirahatlah, setiap hari aku memakai tubuhmu pasti juga tidak baik untukmu Megumi."



"Baiklah."



Megumi kembali memainkan smartphonenya. Ia hanya membaca novel dengan smartphonenya tidak ada yang lain. Ia bahkan jarang memakai media sosial.



Satoru sendiri hanya berbaring menghadap Megumi. Jujur ia sedikit bosan karena ia bukan tipe orang yang bisa berdiam diri dalam waktu lama di satu tempat.



"Sensei jika kau bosan bisa menonton tv. Aku merasa diintimudasi ditatap olehmu terus." ucap Megumi.



"Empat bulan aku disini dan selama itu aku sudah banyak menonton Megumi."



Ketika Satoru masih sibuk menatap Megumi, Hana tiba-tiba muncul di depan tempat tidur.



Satoru cukup terkejut namun yang membuatnya terkejut bukan keberadaan Hana yang tiba-tiba melainkan sosok pria tampan dengan setelan jas dan  pria itu juga tampak memiliki sayap di punggungnya.



Tears to SurviveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang