Chapter 09

78 1 0
                                    

"Oh, astaga, Haerin!"

Kimberly yang baru turun dari taksi sontak berlari menghampiri Haerin yang terduduk di depan kontrakannya, hampir dua hari semalam dia tidak melihat temannya itu, bahkan dia pikir Haerin sudah hilang ditelan bumi.

“Kamu ke mana saja, Rin, aku sudah mencarimu di mana mana tahu!" Wanita cantik itu pun langsung merengkuh sisi tubuhnya Haerin, lalu menepuk nepuk kedua pipinya seakan tidak percaya. "Jika kamu tidak pulang juga malam ini, mungkin aku akan melaporkannya ke Polisi."

Mendesah lelah Haerin pun menegapkan badannya, wajah Jungkook seakan akan tidak bisa hilang dari ingatan, bahkan dia berpikir tidak akan tidur lelap malam ini karena bayangan menakutkan itu kembali menghantuinya. Kejadian sepuluh tahun silam seakan kembali menekannya, Haerin merasa sangat muak, dan juga gelisah.

"Rin, apa yang terjadi? Kamu baik baik saja kan?!" Kimberly kembali bertanya, wanita itu tampak sangatlah panik, dia terus menuding Haerin dengan pertanyaan.

"Aku hanya sedikit lelah, Kim," jawabnya dengan malas, lalu Haerin bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju pintu masuk.

Haerin berjalan dengan gontai menuju kamar, perasaannya yang diliputi rasa sakit mulai meradang, wajah manis gadis itu semakin tertekuk, dan sangat tidak bersemangat. Tidak ada yang bisa menjamin kebahagiaan seseorang, tetapi jika hidupnya memang ditakdirkan tidak bahagia pun, maka Haerin akan berlapang dada asalkan Jungkook tidak muncul lagi di dalam hidupnya.

Tetapi kejadian dua hari lalu telah menyita sebagian besar hidup Haerin, dia merasa sangat kesal kepada dirinya sendiri. Kemunculan kakak tirinya itu, yakni Jeon Jungkook telah mengubah hidupnya yang suram menjadi semakin muram.

"Rin, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu jadi aneh seperti ini?" tanya Kimberly lagi dengan khawatir, wanita itu terus menuding Haerin, bahkan sama sekali tidak menyerah.

"Jeon Jungkook itu saudara tiriku, Kim," jawab Haerin pada akhirnya, dia tidak bisa menyembunyikan lebih lama jika Kimberly sendiri terus memaksanya untuk berterus terang. “Dialah yang membunuh ibuku, dan dia juga yang membuat hidupku semenyedihkan ini."

"APA? Kamu tidak lagi sedang bercanda kan?" Wajah Kimberly seketika berubah pias, wanita itu kembali menatap Haerin dengan tidak percaya, dia merasa sangat
syok sekali.

Bagaimana mungkin seorang CEO yang terkenal loyal dan baik hati itu mempunyai catatan kriminal?

"Terserah padamu, Kim, aku yakin kamu tidak akan langsung percaya dengan apayang aku katakan," kata Haerin begitu dingin, lalu gadis manis itu merebahkan badannya diatas ranjang.

Oh... Ini benar benar sangat menakjubkan, sejak semalam dia tidak tidur, dan rasanya seluruh tubuh Haerin bagaikan remuk
redam.

“Haerin, ayolah, jangan tidur dulu! Kamu harus menceritakan semuanya kepadaku," tuding Kimberly dengan begitu antusias, dia tidak akan membiarkan Haerin tidur nyenyak sebelum memberitahunya.

Tok! Tok!

Kimberly baru saja hendak menarik tangannya Haerin, suara ketokan pintu kontrakannya membuat wanita itu sontak menarik diri. Dengan kesal Kimberly mendesah lelah, lalu dia pun bergegas keluar untuk melihat siapa yang datang. Firasatnya paling tukang sampah, atau tetangga baru yang hendak memberinya buah tangan.

“Selamat sore menjelang malam, Nona, kami dari pihak anggunan diperintahkan oleh atasan untuk mengosongkan rumah ini dengan segera," katanya dengan begitu lancar dan jelas, pria itu tampak resmi, dan juga terlihat sangat serius. "Bisakah Anda melakukannya sekarang, Nona? Tolong, tinggalkan rumah ini, karena kami akan segera melaporkannya ke atasan."

"Tunggu, apa apaan ini?" Kimberly sontak melayangkan tangannya ke udara, dengan bingung wanita itu berjalan ke depan seakan ingin memastikan sesuatu.

Wajah Kimberly yang bingung seketika berubah pias saat melihat pemilik rumah datang tergopoh gopoh, dengan tampilan yang sangat memprihatinkan wanita itu pun menghampirinya, bahkan kini sudah menangis dengan tersedu sedu.

Melihat keadaannya yang kacau Kimberly jelas panik, dia tidak mungkin pergi meninggalkan rumah tanpa tujuan, apalagi uangnya sudah habis dia bayarkan semua ke kontrakan dua hari yang lalu. Kimberly tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika mereka diusir, lalu luntang lantung dijalanan.

"Maafkan saya, Nona, kita harus meninggalkan rumah rumah kontrakan ini, karena saya sudah tidak mempunyai banyak uang untuk membayar tagihan bank. Waktu itu saya mengambil uang di bank untuk membangun kontrakan kontrakan ini, tapi sekarang saya tidak bisa membayarnya. Jadi, pihak bank akan mengambil seluruh aset yang saya punya, dan siap tidak siap kita harus pergi sekarang."

“Apa apaan ini, aku sudah membayarnya untuk satu bulan ke depan, Bu!" Kimberly jelas memberontak, tetapi wanita itu tidak bisa memberikan jawaban yang lain, apalagi saat pria pria berwajah bengis itu mulai masuk ke dalam kontrakannya.

“Sekali lagi maafkan saya, Nona, tapi saya juga tidak bisa banyak membantu," kata wanita tua itu dengan merasa sangat bersalah, lalu dia menyatukan telapak tangannya sambil menangis.

Di dalam kamar Haerin baru saja hendak memejamkan matanya, namun suara keributan di luar membuatnya kembali bangkit, dan mendengarkan dengan seksama apa yang telah terjadi. Kedua bola mata Haerin sontak membulat, dengan cepat gadis berambut panjang itu pun berlari kearah pintu, lalu membukanya lebar.

"Kim, apa yang terjadi?" Haerin jelas panik, apalagi saat pria pria berwajah seram itu mulai membuang satu per satu barang
miliknya Kimberly.

"Kita harus meninggalkan kontrakan ini, Rin,” katanya.

"Apa? Tapi kenapa, Kim, bukankah kamu sudah membayarnya untuk satu bulan ke depan?" tanya Haerin dengan bingung, dia tidak bisa menutupi kepanikannya, sementara itu Kimberly pun juga enggan menjelaskan lebih jauh. "Oh, ya Tuhan!"

Tanpa menjawab pertanyaan Haerin, Kimberly langsung masuk ke dalam kamarnya, dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan wanita itu mengemas pakaian pakaian terbaiknya dengan cepat. Dia tidak tahu harus pergi ke mana, tetapi keadaan membuatnya semakin tersudut. Dia tidak bisa tinggal di sini terus, apalagi menyalahkan pemilik kontrakan, karena wanita itu sendiri punjuga tengah kesulitan.

“Kita harus pergi dari sini, Rin," kata Kimberly sekali lagi, lalu dia menggeret koper yang sudah berisi oleh pakaian miliknya dan Haerin, meskipun mereka belum ada tujuan.

"Tapi kenapa, Kim?" tanya Haerin lagi.

"Nanti akan aku jelaskan padamu, yang terpenting sekarang kita harus meninggalkan kontrakan ini!" jawab Kimberly sambil terus berlalu, sementara Haerin yang mengikuti di belakangnya hanya menghela napas lelah.

Padahal, beberapa waktu Haerin sudah berangan-angan untuk tertidur dengan lelap, tetapi ada saja hal yang membuatnya harus menerima kenyataan, jika tidur bukan pilihan terbaik saatini.

"Kita mau pergi ke mana, Kim?" Haerin bertanya kepada Kimberly yang tengah menggeret koper, kini mereka sudah di jalan tanpa tujuan yangjelas.

"Aku tidak tahu, Rin, mungkin aku akan mendatangi bibiku yang germo sialan itu," tukasnya dengan kesal.

"Oh, astaga! Apakah tidak ada pilihan yang lain?”

“Aku hanya memiliki dia, Rin, kita tidak punya uang sepeserpun, bahkan aku juga berpikir akan bekerja dengannya saja." Kimberly berkata seperti orang yang sedang putus asa, ternyata bekerja di Perusahaan benefit tidak menjamin kehidupan seseorang, karena wanita itu masih saja hidup susah dan kelimpungan.

Tiba tiba saja langkah Haerin pun terhenti, dengan perasaan yang membuncah entah kenapa dia langsung teringat kepada Jungkook. Kakak tirinya itu pasti telah merencakan sesuatu yang besar, atau jangan jangan masalahnya saat ini juga dikarenakan Jungkook, dan dia mulai masuk ke dalam kehidupannya untuk merusak.

“Jungkook ..." Haerin mengeram rendah, kedua tangannya mengepal dengan kuat, sementara itu Kimberly hanya menatapnya aneh.

⚠️I HATE YOU BUT I LOVE U [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang