“Bunuh saja aku, Jungkook, itu kan yang kamu inginkan!" Haerin menarik kerah kemeja yang Jungkook kenakan, gadis itu tampak sangatlah kalut dengan kedua bola mata berkaca kaca.
Wajah Jungkook menegang, dia hanya menatap Haerin lekat tanpa berniat menepisnya, lalu dia berkata lirih. "Ikutlah denganku, kamu akan aman bersamaku."
“Hah, aman?" Dengan ekspresi yang datar Haerin membalas tatapan Jungkook, sungguh, dia merasa sangat geli mendengar pernyataan barusan. "Apakah wanita cantik itu tidak membuatmu bahagia, Tuan?"
Kening Jungkook mengernyit, ditatapnya Haerin semakin lekat saat melihat ada yang tidak beres, mengeluarkan ponselnya, tanpa berpikir panjang priaitu langsung menghubungi Kimberly. Dia tahu jika sejak tadi Haerin tengah bersamanya, dan wanita itu pasti telah melakukan sesuatu.
Tanpa menunggu lama telepon Jungkook pun diangkat, namun bukan Kimberly yang menjawab, melainkan Merry yang memang sudah menantikannya sejak tadi.
"Di mana Kimberly, berikan ponselnya Merry!"
“Ada apa, Jungkook? Kenapa terdengar
sangat serius?"“Berikan ponselnya Merry, ada yang ingin aku tanyakan kepada Kimberly." Jungkook kembali mengulang perkataannya, dengan kesal pria itu pun mendengus.
"Tanyakan saja padaku, apa itu?" tanya Merry sambil mendesah lelah, sepertinya dia memang ingin mempermainkan Jungkook yang tengah kalut. “Bawalah dia pergi, Jungkook, dan jangan lupa bayaranku."
"Apa kalian yang telah membuatnya
mabuk?"“Kurasa tidak hanya mabuk,Jungkook, karena aku juga memberikan obat perangsang di minumannya," tukas Merry dengan sangat antusias, wanita girang itu pun tertawa kecil, lalu berkata dengan lirih. "Kamu tinggal membawanya pergi, dan rayulah dia dengan caramu."
Brengseeek!
Kedua rahang Jungkook mengeras, tanpa membalas perkataan terakhir Merry pria itu pun memutuskan sambungan telepon sebelah pihak, dia tidak punya pilihan selain membawanya pergi dari sini, atau Haerin akan menjadi santapan liar dari pria pria cabul yang lalu lalang. Jungkook tidak bisa menganggap hal ini sebelah mata, dia tahu betul seperti apa watak Merry, bahkan menurutnya wanita itu hendak membalaskan dendamnya terhadap Haerin.
Rasa sakitnya di masa lalu terlihat jelas, apalagi saat Merry menyatakan dia sangat membenci Hejin, entah bagaimana Jungkook tidak ingin Haerin menjadi bulan bulanan germo satu itu.
"Tuan Jungkook..."
"Beruntung sekali hidupmu ya, setelah apa yang kamu lakukan terhadap hidupku, nyatanya sampai detik ini pun kamu masih bahagia,” kata Haerin seraya menepuk nepuk pundak Jungkook yang kokoh, tatapan matanya begitu redup dan semakin menggelap.
"Kamu sudah membuat hidupku hancur, Jungkook, dan kamu masih tidak merasa bersalah sedikitpun." Haerin berdecak sebal sambil menggelengkan kepala, perasaannya membuncah, lalu didorongnya dada bidang Jungkook. “Enyahlah kamu dari hadapanku pria pembunuh, dasar pria brengseek!"
Ketika Haerin hendak mendorong dada bidang Jungkook lagi, dengan cepat pria itu langsung menangkap kedua tangannya, lalu menarik tubuhnya yang mungil hingga terjatuh dan menabrak dadanya yang kokoh. Tanpa berkata apapun Jungkook langsung merengkuh tubuh lemah Haerin, memeluknya dengan sangat erat dan penuh.
“Ikutlah denganku, jika kamu tetap di sini Merry akan menghancurkanku, Haerin."
“Aku sudah hancur, Jungkook, kenapa kamu melupakan itu? Hidupku sudah hancur di saat kamu membunuh ibuku, bahkan hingga detik ini pun aku masih terus mengingatnya dengan begitu jelas."
Haerin berontak, dengan perasaan yang campur aduk gadisitu berusaha melepaskan diri, tetapi semakin keras dia memberontak, maka pelukannya Jungkook juga bertambah kencang.
“Lepaskan aku, brengsek!" umpatnya entah untuk ke berapa kalinya, lalu Haerin menjatuhkan kepalanya di pundak kokoh Jungkook. "Tolong, lepaskan aku, Jungkook, aku sudah sangat lelah."
“Maafkan aku, Sayang ..." Jungkook membingkai wajah Haerin yang sembap, dengan penuh perasaan pria itu pun mencium sepasang bibirnya, dan melumatnya dengan segenap hati.
Napas Haerin memburu cepat sekali, dengan kedua mata yang redup gadis itu membalas tatapan Jungkook, perasaan keduanya membuncah dengan gejolak rasa yang tidak menentu. Menggeleng pelan Haerin berusaha menetralkan degup jantungnya yang tidak keruan, lalu dia pun mengambil napas banyak banyak.
"Kenapa, Haerin?" tanya Jungkook seraya menarik pinggang Haerin kembali mendekat, perlahan tangan kasarnya mengusap lengannya yang mungil dan halus. "Wajahmu memerah, dan seluruh tubuhmu terasa sangat dingin."
"A...ku..."
"Ikutlah denganku, Haerin," kata Jungkook sekali lagi, lalu dengan penuh kelembutan dia meyakinkan Haerin yang mulai tampak aneh.
Mungkin saja obat perangsang yang Merry berikan kepada Haerin mulai bekerja di tubuhnya, sehingga pelan namun pasti dia merasakan keanehan tersebut.
“Kenapa rasanya panas sekali," kata Haerin sambil mengibas ngibaskan tangannya ke wajah, dia tampak memperhatikan sekelilingnya. “Cuacanya lumayan mendung, tapi kenapa aku sangat kepanasan."
Ketika Haerin hendak membuka kancing pertama kemejanya, sontak Jungkook langsung menahan, tanpa berpikir apapun pria itu menghela sisi tubuhnya ke arah mobil yang berhenti tepat di depan mereka. Orang kepercayaan Jungkook bekerja dengan sangat baik, bahkan dia sudah menyiapkan kendaraan untuk sang Tuan dengan ini siatifnya sendiri.
"Jika Selly meneleponmu katakan saja padanya aku tengah ada pekerjaan yang besar," tukas Jungkook kepada Edward seraya menerima alih kemudi, setelah pria dewasa itu menganggukkan kepalanya, lantas dia pun langsung melajukan mobilnya kejalan raya.
Di sepanjang perjalanan Haerin terus bergerak gelisah, gadisitu semakin tidak nyaman dengan dirinya sendiri yang merasa semakin kepanasan, entah kenapa tubuhnya sangat panas dan seperti akan terbakar. Keringat dingin mengucur deras dari dahinya hingga jatuh ke pipi, tubuhnya yang panas semakin bergelenyar aneh, bahkan dia juga merasa sangat kesakitan di bawah sana.
"Sebentar lagi kita sampai, sabar ya,” kata Jungkook seraya meraih sebelah tangan Haerin yang sudah berkeinginan dingin, perasaannya benar benar tidak bisa dijelaskan.
Tidak lama dari itu mobil mewah milik Jungkook pun berhenti di halaman hotel berbintang lima, tanpa diminta lagi lagi seorang petugas menghampirinya, lalu mengambil alih kemudi untuk mendapatkan tempat parkir yang strategis. Jungkook memang sudah sering keluar masuk hotel, sehingga petugas keamanan mengenalinya, bahkan pria itu pun juga mempercayai petugas petugas yang ada disini.
"Nanti kuncinya akan diambil oleh asisten saya," papar Jungkook kepada petugas itu, lantas dia turun dari mobil dan berlari mengelilinginya hanya untuk menjemput Haerin. “Berikan tanganmu,rin, kita sudah sampai di hotel, kamu bisa beristirahat dengan nyaman di sini."
Haerin pun turun tanpa mempedulikan uluran tangan Jungkook, di tengah situasi seperti ini nyatanya gadis itu masih enggan terlibat dengan Jungkook, bahkan dia bersikap seolah olah bisa berjalan sendiri. Meskipun agak mabuk Haerin tetap menyeimbangkan dirinya, di tengah jalan dia melangkah dengan gontai.
"Haii, Sayang ..."
"Kamu datang sendirian?”
"Ooh, bisakah kita berteman?"
Kedua tangan Jungkook mengepal dengan kuat, ketika pria asing itu hendak memegang tangannya Haerin, maka dengan cepat dia pun melangkah menghampiri.
"Dia datang bersamaku!" tukasnya begitu dalam.
"Oh, oke, maafkan aku," kata pria itu dengan tidak enak, lalu dia beranjak pergi meninggalkan Haerin yang seperti orang linglung.
Tubuh Haerin yang tidak baik baik saja membuatnya merasa semakin tidak nyaman, bahkan setelah ini dia berpikir hendak berendam di dalam bathtub semalaman. Panasnya semakin naik dan menyengat.
“HAERINAA!" Jungkook memekik saat melihat gadis itu membuka kemeja yang dikenakannya, lalu membuang ke sembarang arah. "Apa yang kamu lakukan?"
Tanpa berpikir panjang Jungkook langsung melepaskan jas mahalnya, lalu menyampaikannya di tubuh polos Haerin yang terekspos. “Ikutlah denganku, aku akan menyembuhkannya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
⚠️I HATE YOU BUT I LOVE U [21+]
RomanceBertemu lagi setelah 10 thn berpisah,Jungkook yang adalah kakak tiri dari Haerin ingin membalas dendam atas kematian ayahnya. tapi lama lama bukan membalas dendam tapi ia jatuh hati kepada haerin. gimana kelanj