Chapter 12

59 2 0
                                    

“Haerin, kenapa kamu tidak mengenakan seragam kerjamu?" tanya Kimberly yang sudah siap dengan setelan kerjanya, wanita itu sangat cantik dengan rok di atas lutut dan kemeja kasual bewarna cokelat.

“Tidak," jawab Haerin dengan malas.

Gadis berwajah eksotis itu duduk di bangku rias, sorot matanya begitu lelah di dalam cermin, sejak semalam Haerin memang memikirkan kehidupan ke depannya, apalagi mengingat kecaman Jungkook yang seakan akan terus menghantui.

Hari ini mungkin Haerin akan tetap di rumah, meski dia sendiri bingung hendak melakukan apa seharian tanpa Kimberly. Belum lagi berhadapan dengan Merry, semuanya sudah Haerin perhitungkan, sungguh, dia tahu harus bagaimana lagi selain merutuki diri sendiri.

“Jangan bilang kamu tidak akan masuk lagi ke Kantor," tebak Kimberly dengan begitu kesal, karena bagaimanapun dialah yang membawa Haerin melamar di Perusahaan Jungkook, jika gadis itu tidak masuk sudah pasti atasan menyalahkannya. "Ayolah, Haerin sayang, jangan membuatku malu."

"Mau bagaimana lagi, Kim, aku tidak mungkin terus muncul di hadapannya Jungkook," kata Haerin begitu gusar, dengan perasaan tidak menentu gadis itu pun menekuk wajahnya.

Kimberly berdecak kesal, sebenarnya dia pun bingung dengan jalan hidupnya Haerin, sejak awal bertemu dia memang tidak pernah berharap bisa berteman hingga sedekat ini, tetapi keadaan yang membuat keduanya selalu memutuskan bersama. Sejauh ini justru Kimberly yang banyak mengalami kerugian, hanya saja dia juga tidak terlalu membesarkan
ataupun membahasnya.

"Kamu tahu kan, rin, kita juga tidak bisa menumpang terus menerus di rumah bibiku," ujar Kimberly dengan wajah kesalnya, terus terang selama ini dialah yang paling banyak menghabiskan uang untuk kontrakan dan makan sehari hari mereka.

“Aku pun juga tidak bisa membantumu lagi, Al, untuk sekarang aku tengah kesulitan," katanya lagi dengan begitu sedih, wanita itu pun mengusap wajahnya, lalu dia melirik Haerin yang hanya diam.

"Hampir dua tahun kita bersama sama, aku capek jika harus bekerja seorang diri, dan putar otak memenuhi kebutuhan kita berdua." Kimberly menghapus air matanya yang mencuat keluar, dia tidak bisa menutupi kesedihannya lagi. "Aku sayang kamu,rin, tapi kamu juga harus mengerti dengan keadaanku."

Kali ini Haerin membuang muka ke lain arah, dadanya bergemuruh setiap kali mendengar Kimberly membahas kebutuhan hidup mereka, karena terus terang dia merasa sangat tersinggung. Haerin sangat mengerti, dan memahami seperti apa keadaan Kimberly, tetapi dia tidak mempunyai pilihan, dan dia tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini selain temannya itu.

“Nanti siang aku akan pergi ke Kota, Kim, aku akan mencari pekerjaan yang layak untukku,” kata Haerin pada akhirnya, berulang gadis itu mengambil napas, dan berusaha menahan sesak yang menghimpitnya. "Aku berjanji akan membantumu, Kim, aku berjanji."

"Kamu berulang kali mengatakan hal yang sama,rin, tapi kenyataannya ketika aku memberikanmu kerja kamu malah menolaknya dengan mentah mentah."

“Kimberly, aku sudah katakan alasannya, kupikir kamu mengerti dengan apa yang aku rasakan selama ini, dan jujur aku semakin tidak bisa melupakan kejadian menjijikkan itu jika terus melihatnya!" tukas Haerin dengan napasnya yang memburu cepat, air matanya pun mengalir bebas, dia merasa sangat sedih sekali.

“Maafkan aku jika perkataanku menyinggungmu,rin, tapi aku juga tidak bisa membantumu terus menerus," papar Kimberly seraya mengeluarkan sepatu pantofel miliknya dari koper, lalu wanita itu mengenakannya dengan cepat. "Aku pergi, sampai jumpa nanti sore!"

Untuk ke sekian kalinya Haerin menghela napas lelah, mungkin ini bukan yang pertama, tetapi rasanya tetap saja menyakitkan setiap kali Kimberly menuduh dirinya malas bekerja, meskipun dengan tidak langsung.

“Oh, ya Tuhan! Ke mana lagi aku harus mencari pekerjaan?" Haerin menengadah ke atas, dia tidak berpikir dengan realistis, otaknya tengah buntu sekarang.

*****

CEO Jungkook masuk ke ruangannya, pria itu baru saja menghadiri rapat penting dengan petinggi yang berasal dari dalam maupun luar Negeri, dan untuk ke sekian kalinya dia memenangkan proyek yang telah diincar oleh banyak kalangan. Mendaratkan bokongnya di kursi Jungkook pun mulai berseluncur diinternet, dengan perasaan yang tidak menentu dia berusaha mencari pratinggal beritanya, karena Haerin bisa saja menguaknya lebih cepat.

Tok! Tok!

"Tuan, aku Edward," kata seseorang di luar ruangan.

"Masuklah, aku sudah menunggumu!" sahutnya dari dalam, lalu Jungkook menutup laptop yang ada di depan.

Tidak lama dari itu Edward masuk dengan langkahnya yang lebar, orang kepercayaan Jungkook itu datang membawa beberapa berkas, lalu menaruhnya di atas meja. Akhir akhir ini Edward memang bekerja lebih ekstra, dia mengikuti apapun yang Jungkook perintahkan kepadanya, bahkan tidak pernah sekalipun menolak.

“Apa ada kabar terbaru darinya?" tanya Jungkook.

"Pagi ini gadis itu tidak masuk, Tuan, aku mendapatkan informasi dari Merry jika dia tengah pergi ke Kota untuk mencari pekerjaan," katanya.

"Mencari pekerjaan?" Kening Jungkook mengernyit.

“Ya, sepertinya dia memang ingin menghindarimu, dan kupikir kemunculannya di sini bukanlah suatu hal yang direncanakan. Dia sama kagetnya denganmu, Tuan, jadi tidak ada yang menduga jika sekarang kalian dipertemukan kembali setelah sepuluh tahun berpisah." Edward menyampaikan opininya, lalu pria itu membuka salah satu map yang baru dibawanya.

"Kamu bisa lihat data datanya Haerin, Tuan, gadis itu memang hanya tinggal sebatang kara, dan di sana juga tertulis jelasjika kebutuhannya selama ini Kimberly yang menanggung," lanjut Edward, dengan otaknya yang jenius dia bisa dengan mudah membobol data diri Haerin dari berbagai sumber.

Dengan kening mengernyit Jungkook menatap wajah serius Edward, dia berusaha menelaah lebih jauh lagi kesimpulan kesimpulan yang pria itu berikan. "Bagaimana mungkin kamu bisa yakin Haerin tidak berniat memerasku?"

“Semuanya sudah jelas, Tuan, Haerin bukan seorang gadis yang licik, dia tampak sangatlah lugu dan polos." Edward kembali menegaskan, lalu dia mengeluarkan beberapa lembar potret wajah Haerin dari kecil hingga dewasa. “Wajahnya dari tahun ke tahun sangat polos, bahkan juga tidak banyak perubahan."

Jungkook menganggukkan kepalanya, sekarang kesimpulan Edward sudah bisa diterimanya, dengan perasaan yang membuncah dia kembali mengingat peristiwa beberapa tahun silam. Kehidupannya yang damai seketika berubah semenjak kehadiran Haerin dan ibunya, tetapi setiap kali Jungkook hendak mencari cara menghancurkan Haerin, lalu perasaan lain pun muncul sampai membuatnya semakin tidak keruan.

"Jadi, apakah dia sudah mendapatkan pekerjaan?" tanya Jungkook seraya meraih ponselnya, entah kenapa dia hendak menghubungi Merry, dan menanyakan perihal Haerin secara langsung.

“Sepertinya belum, Tuan, dia hanya mengandalkan ijazah sekolah terakhirnya, dan itu sangatlah berat," papar Edward sambil menutup kembali berkas yang sejak tadi terbuka, lalu pria itu mendekapnya lagi. "Apakah masih ada yang ingin ditanyakan?"

"Tidak, kamu bisa kembali bekerja, Edward," tukasnya.

Tanpa banyak berbicara Edward pun menundukkan sedikit kepalanya, lalu pria itu keluar setelah Jungkook beranjak dengan ponsel yang menempel di kuping. Entah kenapa dia tidak sabar ingin bertemu dengan Haerin lagi, padahal hari ini dia sudah sangat berharap mereka bertemu di Perusahaan, tetapi gadis itu malah menghindarinya.

“Tolong, bawa gadis itu ke bar mu malam ini, Merry, aku akan datang, dan memberikanmu banyak uang!"

⚠️I HATE YOU BUT I LOVE U [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang