Chapter 13

33 0 0
                                    

“Minumlah, kamu kelihatan sangat lelah," tawar Merry sambil menaruh sebotol air mineral dingin di atas meja, sejak tadi wanita itu memang sudah menunggu kepulangan Haerin.

Ketika dia melihat Haerin pulang dengan gontai, dan tidak bersemangat, maka Merry pun langsung berlalu menghampirinya dengan perasaan yang bahagia.

“Kenapa mencari pekerjaan sangat susah, aku sudah tidak mempunyai banyak waktu, apalagi Kimberly hari ini marah marah padaku." Haerin mengambil sebotol air mineral itu, lalu dia pun meneguknya dengan gusar. "Jika aku tidak mendapatkan pekerjaan dalam waktu yang dekat, kemungkinan Kimberly akan semakin memarahiku."

Wajah gadis manis itu tertekuk dalam, Haerin tidak bisa membayangkan lagi bagaimana reaksi Kimberly saat mendengar keluhannya, karena bagaimanapun dia sudah terlalu lama hidup menumpang. Haerin juga tidak ingin munafik, karena jika posisinya sebagai Kimberly pun, maka dia juga akan marah jika memiliki teman yang seperti benalu.

"Kenapa Haerin, apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Merry dengan tatapannya yang sendu, wanita itu memang paling bisa membaca situasi, bahkan juga ahli dalam memahami perasaan dan pikiran
Haerin.

“Aku hanya kelelahan bibi, rasanya aku sangat lelah dan bingung," keluhnya lagi dengan napas yang terengah, hampir setengah harian dia berada di luar, tetapi sama sekali tidak membuahkan hasil apapun.

Merry menggenggam tangan Haerin yang bertengger di atas meja, wanita itu semakin menatap sisi wajahnya, lalu dia pun berkata lirih. "Aku bisa membantumu, Haerin, aku yakin kehidupanmu pasti akan berubah jika sudah bekerja denganku."

Wajah Haerin yang murung seketika berubah pias, dengan refleks gadis itu menarik tangannya kembali, dia tidak tahu harus bereaksi bagaimana lagi selain demikian. Sungguh! Haerin tidak pernah sekalipun kepikiran untuk menjadi seorang pelacur, dan Haerin cukup mengerti pekerjaan apa yang akan Merry tawarkan kepadanya.

"Ma...maafkan aku, Bibi!" tukasnya
dengan gugup.

Haerin terlampau kaget sehingga bereaksi demikian, dia jadi merasa tidak enak dengan Merry, apalagi saat melihat perubahan wajahnya yang sangat mencolok. Semalaman Haerin sudah tinggal disini, rasanya dia sangat malu dan tidak enak hati. Bagaimana jika sejak awal Merry tidak memberikannya tumpangan?

“Jangan panggil bibi, Sayang, panggil saja aku Mami."

"Oh ... oke, Mami," jawabnya dengan agak ragu, lalu Haerin membalas senyuman Merry yang lebar, meski di dalam hatinya ada kengerian. “Sekali lagi maafkan aku, sungguh, aku tak bermaksud menyakiti
hatimu."

"Tidak apa apa, Haerin, aku mengerti kok," kata Merry sambil merapikan rambut pirangnya, wanita itu terlihat gusar, kendati demikian dia tidak akan menyerah.

Untuk beberapa saat Merry terdiam, dia berusaha keras memahami Haerin lebih dan dengan sorot matanya yang lekat, mungkin jika ingin dilihat dia perlu trik yang tidak biasa, dan tentunya jauh lebih halus. Haerin tidak seperti wanita wanita pada umumnya, gadis itu tampak berbeda dengan pikirannya yang lumayan kolot.

Tetapi...

“Apakah kamu mempunyai masa lalu yang menyedihkan, Haerin?" tanya Merry lagi, entah kenapa dia bisa melihat traumatik dari sorot mata Haerin yang redup.

“Nggh, tidak, aku tidak bisa mengatakannya."

"Aku mengerti, Sayang, tapi kalau ada apa apa kamu tidak perlu sungkan mengatakannya padaku," tukas wanita itu seraya membelai sisi rambut Haerin, Jalu Merry mendekatinya, dan berbisik dengan rendah. "Jika kamu mau aku akan memberikanmu pekerjaan, ini tidak seperti yang kamu bayangkan, karena tugas kamu hanya menemani para tamu minum sampai waktunya selesai."

"Maksudnya?"

“Jika kamu mau ikutlah denganku malam ini, Haerin," papar Merry sambil mengerlingkan matanya, lantas wanita itu pun bangkit saat ada panggilan masuk di teleponnya.

Tidak lama dari itu Kimberly pun masuk ke dalam rumah, dengan bingung dia menatap wajah Haerin yang mengarah keluar pintu, itu tandanya jika Merry sudah berhasil mengajak berbicara. Tanpa berpikir panjang lagi Kimberly langsung bergegas mendekati Haerin yang duduk, lalu dia menatapnya lebih lekat.

"Ada apa, Haerin, apa yang bibiku katakan padamu?"

“Dia menawariku pekerjaan, Kim, karena hampir setengah harian ini aku tidak mendapatkan pekerjaan apapun. Aku sudah mendatangi berbagai toko di Kota, bahkan aku juga menemui pemiliknya, tapi mereka menolakku mentah mentah." Cerita Haerin dengan wajah lelahnya, dia tidak tahu harus mencari ke mana lagi, hingga akhirnya Merry datang dengan senyuman.

"Pekerjaan apa yang dia tawarkan padamu, rin?"

"Oh... Itu, dia menawariku bekerja di barnya malam ini, Kim, hanya menemani para tamu minum sampai waktunya selesai."

"Apakah kamu mau?" tanya Kimberly.

“Aku tidak tahu, Kim, mungkin aku akan mencobanya malam ini, jika pekerjaannya tidak menyimpang, maka aku akan bekerja di sana terus." Haerin menutup sebagian wajahnya, dia sangat kalut, tetapi dia juga tidak mempunyai pilihan lain. "Semoga saja tidak ada hal hal yang menakutkan, bagaimana menurutmu, Kim? Apakah aku layak berada di bar milik bibimu?"

“Tidak ada salahnya kamu mencobanya terlebih dulu, rin, malam ini pun aku juga ada di sana. Aku tidak bisa menunggu sampai gajiku keluar bulan depan, karena bagaimanapun aku sangat memerlukan uang,” tukas Kimberly dengan berat hati, sebenarnya dia tidak yakin ini akan berhasil, tetapi dia juga tidak mempunyai pilihan selain itu.

Hampir dua tahun terakhir mereka berteman, tetapi hanya Kimberly seorang yang berjuang mati matian untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua, bukan dia tidak ikhlas, hanya saja dia juga bisa jatuh dan kini berada di titik terendah.

“Maafkan aku, rin," kata Kimberly sesaat Haerin bangkit dari duduknya, dan berlalu pergi menuju kamar mandi.

***

Di samping Kimberly, Haerin berdiri dengan tidak nyaman, sejak tadi dia sudah meyakinkan dirinya berulang kali, meski hingga detik ini pun dia juga belum yakin akan bisa melewatinya. Musik DJ dan aroma alkohol yang menyengat tercium oleh Haerin, sungguh, dia merasa sangat tidak nyaman, bahkan rasanya ingin muntah.

Bagaimana mungkin dia akan masuk ke dalam sana, lalu duduk di dekat para pria mabuk yang sangatlah cabul?

Oh, ya Tuhan!

Apakah Haerin sanggup bekerja sepertiini?

"Oh, Sayang, anak anakku, kalian sudah datang!" Merry berseru dengan bersemangat, wanita itu kini sudah menjelma menjadi germo dengan tampilannya yang seksi, dan juga sangat menggoda. “Kemarilah, Haerin, Kimberly, aku akan menyiapkan kalian dengan sebaik mungkin sebelum turun ke lapangan."

"Ayoo, Haerin,” bisik Kimberly sambil menyenggol pundaknya, Haerin yang tengah memperhatikan sekelilingnya sontak terperanjat, lalu mengangguk.

Haerin berjalan di belakang Kimberly, gadis polos itu mengikuti sahabatnya yang menghampiri Merry, lalu mereka pun digiring di sebuah lingkaran yang ada di dalam bar. Perasaan Haerin semakin tidak nyaman, apalagi saat banyak wanita wanita malam menatap ke arahnya dengan penasaran.

Mungkin, mereka merasa takut tersaingi, karena kehadiran Haerin dan Kimberly yang tiba tiba, atau bahkan sudah membenci mereka karena tampak berbeda. Bagaimana tidak overthinking dan merasa iri? Merry, si pemilik bar menyambut kedatangan mereka berdua dengan sangat antusias, bahkan juga mengajaknya mengobrol dengan begitu hangat.

“Kenapa, Haerin?" tanya Merry saat menangkap wajah Haerin yang bingung, lebih tepatnya gelisah di sepanjang waktu.

“Sebentar, tamu kalian sudah datang, kemarilah!" Merry melambaikan tangannya kearah kedua pria yang baru masuk ke bar, wanita itu tampak sangat ceria dengan senyuman lebar.

Di tempatnya Haerin sontak melotot, bahkan mulutnya juga menganga lebar saat mendapati Jungkook, dan Edward. Bagaimana mungkin kedua pria itu juga ada di sini? Haerin menggelengkan kepalanya, lalu dia menatap ke arah Merry dan Kimberly menuding, tetapi keduanya malah fokus menyambut kedatangan pria itu begitu hangat.

Oh, ya Tuhan!

"Hai, Haerin, akhirnya kita bertemu lagi."

⚠️I HATE YOU BUT I LOVE U [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang