Chapter 6: Siuman

29 16 0
                                    


Tak ada satupun bagian tubuhnya yang dapat bergerak. Matanya begitu berat sehingga Regis harus memaksa matanya terbuka. Seketika, ia melihat langit-langit putih pada pandangannya.

Dengan segenap tenaga, ia akhirnya bisa duduk di kasurnya. Namun, gerakan rambut yang tidak menutup mata kirinya membuatnya heran.

Ah.

Seseorang menjepit rambutnya yang biasa menutupi mata kirinya. Ia juga dapat merasakan ada kain dingin di kepalanya. Ia pun melepaskan kain itu dan merapikan rambutnya agar menutup mata kirinya dengan sempurna.

Badannya masih terasa lemas. Rasanya ia ingin tidur saja.

...

Tunggu. Kain dingin?

Regis langsung melihat kembali kain itu. Itu adalah kain Frost. Ia juga melihat selimut yang ia gunakan bukanlah jaket yang biasa ia gunakan, melainkan kain Frost berukuran besar.

Jantungnya berdetak kencang. Siapa yang melakukannya? Tidak mungkin gurunya bukan? Biasanya guru Ray hanya akan menaruh kain dingin di kepalanya, terkadang memakaikan jaketnya dua kali.

Gurunya sebenarnya tahu Regis sangat rentan pada suhu panas. Tetapi gurunya tak pernah berpikir kalau dirinya adalah orang Frost. Bahkan gurunya sepertinya bersikeras kalau muridnya bukan orang Frost.

Suara kaki terdengar mendekati kamarnya. Apakah gurunya sudah pulang? Regis masih belum siap apabila gurunya datang untuk menanyakan sesuatu.

Cklek.

"Oh. Kau sudah bangun rupanya." ucap gurunya sambil mendekati kasurnya, "Teman sekelasmu datang untuk menjengukmu."

Benar saja, itu adalah guru Ray. Regis juga dapat melihat teman sekelasnya di belakang pintunya sedang menunggu aba-aba untuk masuk.

Guru Ray langsung menaruh tangannya di dahi Regis. Dari raut wajah gurunya yang masih khawatir, Regis tahu kalau badannya masih panas.

"Kau istirahat saja lagi, kau masih belum sembuh."

"Berapa lama aku tertidur?"

"Satu Minggu penuh."

Satu Minggu? Jujur ini adalah rekornya pingsan di musim semi. Namun, kalau ia pikir-pikir lagi... Sebentar lagi juga musim panas, seharusnya wajar saja ia mudah tak sadarkan diri karena suhu yang lebih panas, kan?

"Regis, kau baik-baik saja?"

Suara temannya membuatnya kembali ke alam sadarnya. Dengan teman-temannya langsung berada di sampingnya, Regis pun mulai bertanya apa tujuan mereka. Selain Viggo, tidak ada yang memiliki urusan dengannya.

Apa... apa mereka juga ingin memanfaatkannya?

Gurunya pun berdehem, "Baiklah. Kalian jaga Regis sebentar ya, aku harus mengusir Monica dahulu."

Setelah gurunya itu pergi, Regis pun menoleh ke arah yang lainnya, "Guru Monica ada di sini?"

"Ketika kami datang, sudah ada guru lain. Guru Ray tidak mengizinkannya menemuimu."

Mendengar hal itu, Regis pun menghela nafas lega. Kalau guru Monica ada di sini, ia tidak akan tenang. Ia harus berterima kasih kepada guru Ray karena masih memikirkan mental muridnya yang menipis.

"Regis." Viggo yang hanya memperhatikannya, tiba-tiba memegang pundaknya sebelum melanjutkan, "Kain yang kau pakai sebagai selimut adalah dariku, sisanya ada di lemari. Aku juga telah memberimu 3 jaket baru. Jangan lupa 20 barang yang kuminta."

Sialan. Mengapa otaknya masih memikirkan tentang bisnis?! Ia sendiri baru saja siuman, tidakkah Viggo merasa kasihan dengannya?!

"Bisakah itu menyusul? Aku tidak ada tenaga untuk melakukannya" kata Regis sambil melepaskan tangan Viggo dari pundaknya.

UnboundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang