Chapter 16: Interogasi

2 2 0
                                    


Hari berlalu dengan cepat. Setelah semua pertandingan selesai, keputusan kelas mana yang akan berpindah ke Barovian sudah pasti. Sayangnya saja itu bukan kelas Z.

"Regis! Kelas F ada slot kosong. Ayo pindah ke kelas F!" seru Chris.

Meski sudah memiliki kelas masing-masing, Chris tetap saja mengganggunya. Regis melepaskan tangan Chris yang melingkar di pundaknya.

"Kau tahu aku sudah punya tim, kan?" tanya Regis, sambil membalikkan halaman bukunya.

"Tidakkah kau merindukan masa lalu?" ucap Chris, menarik buku yang sedang dibaca Regis.

"Chris."

"Maaf," Chris segera mengembalikan bukunya.

Regis bangkit dari tempat duduknya dan berjalan keluar kelas, namun Chris tetap mengikutinya kemana pun ia pergi.

Grep.

Chris berusaha menahan langkahnya. Matanya berbinar, seolah meminta perhatian penuh. Regis menatapnya sekilas, "Kau bukan anak kecil lagi. Lepaskan."

"Regis, kau tidak rindu padaku?"

Regis terdiam sejenak. Bohong jika ia bilang tidak merindukan Chris atau tak pernah khawatir padanya. Namun, ia tidak akan membiarkan Chris mengetahuinya. Lebih baik mati daripada mengucapkan hal memalukan seperti itu. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia terus melangkah, tidak peduli bahwa Chris terseret di belakangnya. Jika Chris tak mau lepas, itu masalahnya sendiri.

"Kau tidak pernah pulang ke rumah," Chris mengeluh lagi.

"Aku tinggal di tempat lain," balas Regis kesal. Ia berhenti karena Chris terlalu berat untuk diseret terus. Tenaganya sudah habis dengan tingkah kekanak-kanakan Chris.

Chris sedikit tersentak, "Kau tidak bilang? Ayah juga tidak bilang?"

Regis menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa kaget? Kau sendiri sudah pergi sangat lama."

"Bukan keinginanku untuk pindah sekolah," gerutu Chris.

Regis tak merespons. Meski begitu, Chris tetap menahannya dan terus berbicara tanpa lelah. Matanya tak terlepas dari Regis, solah menunggu balasan darinya.

"Lepaskan, Chris. kau memalukan," ucap Regis dengan nada risih.

"Regis, beri tahu aku di mana kau tinggal sekarang," rengek Chris.

"Kalau kau mau tahu, lepaskan aku dulu."

"Janji? Setelah pulang sekolah, aku boleh kesana?"

Regis sebenarnya enggan memberitahu Chris. Ia tahu Chris akan terus mengganggunya. Dengan tenaga Chris yang lebih kuat, sudah pasti Regis tak akan bisa melawan jika Chris mulai menyeretnya ke mana-mana.

"Ya," jawab Regis singkat. Pelan-pelan, Chris melepaskan tangannya.

"Kau tahu lab kota?" tanya Regis. Chris mengangguk, matanya masih berbinar penuh perhatian. Regis pun mengalihkan pandangannya, "Aku kerja di sana. Tinggal di sekitar sana."

Begitu merasa pegangannya melonggar, Regis langsung kabur. Namun, Chris segera sadar dan berlari mengejarnya.

"REGIS!!!"

Regis mempercepat langkahnya. Ia dapat mendengar langkah kaki Chris di belakangnya. Namun, tiba-tiba seseorang menghadang jalannya.

"Disini kau rupanya! Ayo kita ke ruang sihir sekarang," suara seorang guru perempuan yang tiba-tiba muncul membuat jantungnya berdegup kencang.

Deg. Itu guru Monica!

Regis dapat merasa wajahnya berubah pucat. Tidak, ia tidak mau tertangkap oleh guru Monica. Ia berbalik secara perlahan, lebih memilih mendengarkan ocehan Chris daripada dipaksa belajar sihir oleh guru Monica.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnboundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang