Chapter 12: Murid Pindahan

15 9 0
                                    

Tumpukkan kardus memenuhi ruangan sempit itu. Di ruang tamu, masih banyak barang-barang yang harus ia tata sebelum dapat tinggal di tempat ini. Regis, pun menghela nafas sebelum membongkar salah satu isi kardus tersebut.

Ya. Mulai dari sekarang, ia akan tinggal di rumah kecil ini. Dengan dirinya mendapatkan pekerjaan di lab kota, tinggal di rumah gurunya tidaklah memungkinkan karena jarak yang jauh. Walaupun tempat ini jauh dari rumah gurunya, setidaknya jarak dari sekolah ke tempat ini sama persis seperti ia berangkat dulu.

Oh. Regis harus mengingatkan dirinya harus membayar kembali biaya sewa yang ditanggung guru Ray untuk awal.

"Tempat ini kecil sekali, kau yakin?" tanya guru Ray sambil berusaha menavigasikan dirinya ke ruang tamu untuk membantu mengangkat barang-barang.

Guru Ray sendiri memang sangat tinggi sehingga ia harus merunduk ketika melewati pintu rumah ini. Ia sebenarnya juga kasihan melihat gurunya kesusahan berjalan di rumah ini. Namun, gurunya tetap bersikeras membantunya dalam pindahan.

"Biar aku yang membawanya." ucap Regis sambil mengambil barang yang dibawa gurunya.

"Apa lebih baik kita cari rumah lain saja?" tanya gurunya sekali lagi.

Regis pun menggelengkan kepalanya, "Tempat ini sudah bagus."

Alasan ia mengatakan hal itu karena tempat ini yang paling murah. Kalau rumah lainnya, yang ada Regis tidak akan sanggup membayarnya.

"Kalau kau takut dengan bayarannya, aku bisa membantu." ujar guru Ray sambil kembali membawakan barang lagi.

Regis langsung menggelengkan kepalanya, ia ingin mencoba untuk mandiri dan tidak bergantung pada gurunya. Tinggal dan membayar sewa sendiri seharusnya mudah kan?

"Kalau kardus yang itu—"

"Ah! Itu biar aku saja yang mengurusnya!" ucap Regis dengan segera memotongnya.

"Baiklah." ucap gurunya sebelum berpamitan, "Aku pulang dulu ya. Jangan lupa kunci pintu ya sebelum tidur."

Setelah gurunya pergi, Regis pun mulai berani membuka isi kardus itu. Ia pun melihat beberapa buku yang ia sengaja bawa dari rumah gurunya. Kalau gurunya tahu ia mengambil buku-buku miliknya, apakah gurunya akan marah?

***

Selama ia berada di kelas, Regis hanya diam di mejanya. Sungguh, ia tidak memiliki tenaga untuk meladeni siapapun hari ini. Bekerja sampai tengah malam membuatnya sangat kelelahan ketika sampai sekolah.

Padahal ini baru satu Minggu bekerja. Apakah selama ia tidak ada pekerjaan, ia menjadi semalas ini? Sepertinya ia harus membiasakan dirinya untuk mulai beraktivitas. Tidak melakukan apa-apa selama 5 tahun merusak kebiasaannya.

Brak!

Regis pun sedikit melompat di atas bangkunya. Ia hanya dapat memelototi orang yang mendobrak pintu kelas dengan sangat kasar itu. Pelakunya melihatnya tanpa merasa bersalah dan langsung menuju mejanya.

"Aku butuh alat sihir secepatnya"

Tanpa ada aba-aba, tangan Regis langsung ditarik Viggo untuk keluar dari ruangan itu. Ia pun langsung melepaskan tangannya dari genggaman Viggo.

"Aku tidak mau melakukannya." ucapnya dengan dingin.

"Kau butuh jaket atau kain Frost? Aku bisa memberimu 7 set sekaligus. Atau kau butuh sesuatu yang lain?" ucap Viggo sambil melipatkan tangannya.

Regis menatap Viggo keheranan. Tumben ia tak pelit ketika melakukan bisnis. Memang ada apa sehingga orang ini menjadi sangat dermawan?

"Kau tidak dengar?" tanya Viggo sambil menaikkan alisnya, "Ada pertukaran pelajar dari sekolah sebelah."

UnboundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang