12.

275 26 20
                                    

Laju lirih kendaraan roda 4 menjebak dua insan saling melempar hening satu sama lain di dalam panjangnya macet di hari minggu ini. San berkali-kali manfaatkan kecepatan yang dilajukan guna mencuri pandang kepada Wooyoung, pikirnya ingin menanyakan ada apa dengan sosok yang duduk disampingnya sembari terus memalingkan pandangnya keluar jendela, bahkan dari samping ia juga mendapati wajah lesu Wooyoung disana. Did he do something wrong this morning?

"Ekhmmmmmmm" deham San hendak memulai perbincangan setelah memutar alunan musik guna mengisi keheningan. "Lo laper gak?" ia memtuskan menanyai Wooyoung sebagai awal perbincangan.

"Gue gak laper." singkat ketus Wooyoung menjawab pertanyaan San, kepala itu sama sekali tak menoleh.

"Gak capek apa lo dari begitu? Gak takut patah tu leher?" ejek San dengan raut tengilnya, tangan kanannya terulur meraih leher Wooyoung agar menghadap lurus kedepan, tak merasa pegal.

Dengan secepat kilat Wooyoung menepis tangan San, "Apaan sih lo pegang-pegang! Najis! Jangan mancing emosi gue, gue baru gak mood!" ucap Wooyoung makin membelakangi San.

San menahan kekeh dan senyum yang ingin sekali diukir pada bibirnya. Melalui ucapan Wooyoung yang baru saja didengar oleh rungunya, nampaknya sedikit ia mengetahui ada apa dibalik murung, kesal, lesunya Wooyoung pagi menjelang siang ini.

"Sorry" ucap singkat San setelah mengetahui letak salahnya dimana.

Agaknya ucapan singkat yang San lontarkan efektif mampu membuat pendengarnya mengubah arah duduknya, "Gue benci banget ya sama lo anjing!" Wooyoung berujar dengan mata berkaca-kacanya. "Hikssss jahat banget lo jancok!"

Bukannya merasa tersinggung dengan Wooyoung yang mengumpatinya, San akhirnya menyuarakan kekehnya yang sempat ia simpan, menertawai Wooyoung menangis seperti anak kecil.

"JANGAN KETAWA YA LO BRENGSEK! LO—Hiksssssss jahat banget anjing" kali ini ujaran Wooyoung memekik seiring dengan suara tangis yang dikeluarkan.

Tangan San yang mengunggur terulur membuka laci dashboard mobilnya, mengambil satu kotak tisu lalu memberikannya pada Wooyoung. "Gue udah minta maaf?" dinaikkannya sebalah alisnya setelah mata berkaca Wooyoung berjumpa dengan manik guraunya.

Wooyoung dengan sinisnya perlahan mengalihkan tatap, "Berkali-kali lo minta maaf pun gak gue maafin anjing! Dosa lo di gue banyak!" ucapnya sembari mencerup ingusnya yang hampir keluar.

Kewalahan melawan Wooyoung, San mengangkat tanganya "Fine, I'm sorry then. Emang salah gue lo jadi bangun kesingan dan gak ikut anter papa mama ke bandara. Gue gak tega mau bangunin lo anjir, secara lo semalem baru tidur 3 jam. Oke ini jadi salah gue, I apologize once again" ucapnya dengan tulus meminta maaf kepada Wooyoung lantaran memang ini merupakan salahnya. Malam itu Wooyoung benar-benar memberinya sandaran hingga ia merasakan tenangnya kembali, bahkan dengan setia pula Wooyoung menemainya hingga terlelap serta terjaga kala mimpi buruk yang terus mendatanginya itu hadir. Malam itu tidur Wooyoung terusik karenanya.

"Hikssssssssssssss sialan lo!" air mata yang sempat surut itu kembali berjatuhan kembali, membasahi pipi berisi Wooyoung.

"Ya udah, lo mau apa deh biar gue dimaafin?"  pasrah San berusaha menawarkan apapun agar dirinya dimaafkan oleh Wooyoung.

Nihil, usaha San nampaknya tak berbuah apapun, dilihat dari Wooyoung melontarkan sebuah tatapan sinis kepadanya.

"Gak mempan!" ketus Wooyoung bersedekap dada.

Gemas, Wooyoung gemas, San tak mampu berbohong Wooyoung terlihat gemas, ingin rasanya ia menjahili terus menerus. "Yakin? Kalo kesini emang gak mau apa apa?" ucapnya setelah melajukan mobilnya memasuki area basement sebuah mall.

Begin Again (Sanwoo) [Reworking]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang