13.

235 25 15
                                    

Nafas lega Wooyoung lepaskan setelah sumpeknya menghadapi berbagai pertanyaan dari rekan satu divisinya, bukannya bertanya yang akan memicu gusar baginya melainkan bertanya bersukaria dengan dirinya kembali bekerja dikantor. Setengah harinya digunakan untuk berbagi cerita, segala yang telah dilaluinya mulai dari kehamilannya dan pernikahan diam-diamnya, tentunya memicu anggapan kaget dari seluruh pendengarnya.

"Wooyoung"

Suara keramat itu berhasil membuat tubuh Wooyoung termenung membeku, seketika tubuh yang tadinya disandarkan beristirahat, ditegakkan setelah sang boss sudah berdiri menghadap dirinya.

"Iya pak? Ada apa?" Wooyoung bertanya gugup, perasaan tak enak mendatanginya; tak enak sang boss lagi-lagi membabunya.

"Emm saya minta tolong sama kamu ya Wooyoung, gantikan saya bertemu dengan Pak Direktur diruangannya habis jam makan siang. Tolong ya Wooyoung saya berhalangan hadir karena anak saya tiba-tiba masuk rumah sakit—" sang boss menjeda ucapannya sejenak, menyodorkan flashdisk dan beberapa kertas kepada Wooyoung. "Tinggal sampaikan saja laporan ini atau bisa kamu baca baca dulu, gak jauh kok dari yang terakhir kamu kerjain dulu. Terus kalo ada yang perlu dikerjakan ulang nanti biar saya saja yang kerjakan. Terimakasih ya Wooyoung, saya buru-buru" imbuh sang boss lantas melangkahkan kakinya.

Wooyoung dengan cepat berdiri, membungkuk mengucapkan, "Baik pak, semoga anak bapak lekas sembuh" nada bicaranya sedikit meninggi lantaran sang boss jauh dari pandangannya.

Kembali mendudukan diri, Wooyoung mulai membaca berkas-berkas yang baru saja sang boss berikan kepadanya. Memahami setiap isi berkas laporan yang akan ia sampaikan pada sang direktur, mengingat jam makan siang masih tersisa 30 menit lagi dan waktu itu sangat cukup baginya guna memahami semuanya.

"Wooyoung tadi boss kenapa deh?" tiba-tiba suara Felix menginterupsi kegiatan Wooyoung yang hendak fokus mencerna berkas-berkas.

Tanpa menoleh dan tetap melanjutkan fokusnya, Wooyoung menjawab "Oh, tadi gue suruh gantiin buat nemuin direktur diruangannya. Katanya anak belio masuk rumah sak—"

"WHATTT?!?!!!" tanpa aba-aba Felix beranjak dari tempat duduknya, dengan segera juga menyambar long coat yang tersampir dikursi kerjanya lantas berjalan cepat keluar ruangan.

Seketika Wooyoung merasa keheranan dengan aksi Felix yang nampak tergesa-gesa serta raut panik yang tiba-tiba terukir itu, "Felix kenapa deh?" tanyanya kepada Daehwi yang juga menatap bengong kepergian Felix.

"Emang tadi lo bilang apaaan?" Daehwi menghampiri Wooyoung guna melayangkan sebuah pertanyaan.

"Oh tadi gue bilang kalo anak boss masuk rumah sakit" jawab Wooyoung setelah fokus kembali dengan berkas-berkas yang harus dicermati olehnya, namun setelahnya dirinya tersadar dengan kalimat yang diucapkan olehnya. Tidak, dengan kata 'anak' ia baru saja menyadari sesuatu. "Eh—emang boss udah punya istri ya?" pertanyaan itu tiba-tiba ia lontarkan lantaran merasa penasaran.

Daehwi beranjak menarik kursinya, menempatkan disamping kursi Wooyoung, "O iya ya Felix belum cerita sama lo" ucap Daehwi.

Makin dibuat penasaran Wooyoung mengubah arah duduknya menjadi menghadap Daehwi, "Hah?! Gue ketinggalan apaaaa?!"

"Mmmm jadi gini. Boss itu dulu punya istri, tapi istrinya meninggal sehabis ngelahirin anaknya, terus boss sendiri yang besarin anaknya sampe sekarang anaknya nginjak usia 5 tahun. Ya itu sisi terang dari boss sih, emang keliatannya nyebelin buruhin pekerjaannya ke kita semua ya karena itu 'ngurus anak' dan kita juga gak bakalan tau kalo Felix yang sekarang jadi pacar boss gak cerita" jelas Daehwi diakhiri dengan menggaruk tengkuknya setelah memberi tahu rahasia umum bagi divisi HR kepada Wooyoung diakhir kalimat menjawabnya.

Begin Again (Sanwoo) [Reworking]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang