11.

228 27 19
                                    

Bugh!

Dua bahu bertubrukan dari arah yang berlawanan, San baru saja menyelesaikan kegiatan olah fisiknya tak sengaja menubruk bahu Wooyoung berjalan sembari memainkan ponsel. Lelaki dengan tubuh tegap tersebut tak mengerti dengan sosok yang lebih pendek darinya berjalan tanpa melihat kedepan, entah apa yang dilihatnya hingga hilang fokus.

"Buset!" kaget Wooyoung hampir menjatuhkan ponselnya setelah menubruk dada bidang bercucuran keringat. Mendongkakkan kepalanya keatas, Wooyoung berjumpa tatap dengan San, sejenak mengagumi paras rupawan San; rambut lepek, bulir-bulir keringat yang terus menetes, oh jangan lupakan fisik ateletisnya.  Menggiurkan bagi siapa saja yang menjadikan hal tersebut sebagai pemandangan di pagi hari. Tidak, tidak boleh; Wooyoung menggeleng tersadar setelah sekian detik terpana oleh sosok yang jelas-jelas sangat di benci itu.

Seakan-akan menertawai serta menyadari apa yang tengah berada dalam pikiran Wooyoung. San sedikit demi sedikit mengikis jarak antara dirinya dan Wooyoung, mengundang sebentuk raut cemas yang tergambar untuknya.

"Ngapain lo hah?!" pekik Wooyoung, perlahan-lahan melangkahkan kakinya kebelakang. Bergidik, mendapatkan tatapan yang begitu seram.

Berhasil membuat Wooyoung terpojok, San mengunci tubuh mungil tersebut, bahkan tegukan air liur mampu didengarnya.

Wooyoung masih tak mengerti mengapa secara tiba-tiba saja seolah tak memiliki harga diri tubuhnya dipojokkan begitu saja, serta tatapan yang didapat itu? Dan tubuh yang terakhir diingatnya tak sebesar ini dengan sempurna mengukung hingga menutupi seluruh tubuhnya? Ayolah, San saat ini mengetahui isi pikirannya, jangan mudah luluh.

"Bisa minggir?!" titah angkuh Wooyoung, sekuat tenaga menyembunyikan semburat merah merona yang mungkin sudah terpoles indah dikedua pipinya.

"Gak usah sok galak kalo aslinya lo gue giniin salting" kekeh San menatap manik Wooyoung dengan begitu dalam, menelusuri setiap detail paras yang sudah lama tak dikaguminya itu.

Tak ingin tetap diam dan nantinya mendapatkan ejekan lebih dari San, Wooyoung lekas mengangkat kedua tangannya; mendorong bahu lebar yang telah menghalangi jalannya, "Minggir!"

Tanpa bersusah payah, tubuh San lolos didorong oleh Wooyoung. "Makannya kalo jalan tuh matanya dipasang!" ketus San memandangi Wooyoung dari atas kebawah, "Mau kemana lo, rapi amat pagi-pagi?" imbuhnya kemudian.

"Ohhh, bukan urusan lo sih" jawab Wooyoung sembari mengetikkan beberapa pesan.

Mendapati sahutan cuek dari Wooyoung, San menaikkan sebelah alisnya keatas setelah menyadari sebuah price tag masih terpasang jelas pada pakaian yang tengah Wooyoung kenakan, "Bentar deh" lenganya terulur memegangi kedua pundak Wooyoung; membalikkan badanya, lantas didekatkannya wajahnya pada tengkuk Wooyoung; mengigit tali price tag.

Wooyoung menggeriap setelah merasakan hembusan nafas San menyapu kulit tengkuknya. Aliran darahnya berdesir, memompa jantungnya berdetak dengan begitu kencang. Pipi merona yang semulanya memudar, kian kembali memancarkan ronanya.

"Iya gue tau baju lo baru" bisik lirih San terkekeh mendapati raut tercengang dan alusi rona merah pada pucuk telinga Wooyoung.

Wooyoung tak ingin berbalik badan, San akan mengolok-oloknya bila mendapati raut mukanya yang sudah total memerah, maka yang ia lakukan selanjutnya ialah melangkahkan tungkainya dengan tergesa menuruni anak tangga, menghindari San yang berhasil membuatnya hilang akal di pagi hari, "Stress kata gue itu orang" gumamnya.

Merasa puas dengan perangainya menggoda Wooyoung hingga memicu kesal yang baginya menggemaskan, San tiada henti menyuarakan kekeh tawanya; memandangi Wooyoung dibawah sana mengacungkan jari tengah kearahnya. Sekejap merasakan seluruh bebanya terlepas sebelum tawa itu berubah menjadi helaan nafas berat, sudahlah ia harus pergi bekerja.



Begin Again (Sanwoo) [Reworking]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang