Chapter 21 : Semua Tentang Kita Dirayakan

124 0 0
                                    

Cahaya fajar menyingsing menerobos celah-celah daun jendela kayu, menyinari hangat dapur sederhana Desa Banyu Jingga.  Abah Syafi'i, pria berusia 58 tahun, dengan taburan uban di rambutnya yang tipis, sudah lama menguasai seni terbit sebelum matahari.  Gerakannya tenang dan tepat saat ia merebus ketel di atas api terbuka, desisan dan derak kayu bakar menjadi satu-satunya suara yang mengganggu ketenangan pagi hari.  Dia melirik ke kamar mereka, memperhatikan kerlipan bola lampu di balik pintu.  Azka muda, yang belum genap berusia 17 tahun, kemungkinan besar sedang bersiap-siap ke sekolah.

 “dek, bangun sayang, waktunya sekolah” seru Abah Syafi'i lembut.  Dia mendengar bunyi lembut kaki telanjang di lantai kayu saat pemuda itu keluar dari kamar tidur mereka.  Meski masih dini hari, mata Azka berbinar-binar dengan kehangatan lembut yang senada dengan terbitnya matahari di luar.  Udara kental dengan wangi bunga melati yang tercium melalui jendela yang terbuka, bercampur dengan aroma desis telur dan tempe goreng.

 Bersama-sama, mereka menyiapkan sarapan sederhana berupa nasi kukus, sambal pedas, dan tempe goreng renyah.  Setiap gerakannya merupakan tarian pemahaman diam-diam, sebuah rutinitas yang telah mereka sempurnakan selama setahun terakhir.  Azka merasakan sensasi bergairah di perutnya, namun ia menekannya ke bawah.  Mereka sepakat untuk tidak membuat keributan hari ini.  Dua tiket nonton Ha-Idol di Majelis Hadrah Kota Lamongan di sakunya, rahasia menunggu untuk diungkap.  Abah Syafi'i juga punya kejutan tersendiri, berupa kamera digital yang dibelinya dari dana pensiun polisi.

 Mereka duduk saling berhadapan, meja menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini.  Sinar matahari pertama mewarnai ruangan itu dengan warna emas lembut, dan bisikan desa mulai terdengar di luar.  Suara ayam yang berkokok dan seruan anak-anak desa dari kejauhan bergema di balik dinding, sebuah simfoni manis dalam keseharian mereka.

 "Sarapan apa hari ini Abah?"  Suara Azka bagai melodi lembut di kesunyian pagi hari.  Hati Abah Syafi'i membuncah kasih sayang saat menjawab, "Cuma sambal favoritmu, pedas, dan tempe goreng renyah.”

Mata mereka bertemu sebentar, dan pada saat itu, percakapan hening terjadi di antara mereka.  Beban rahasia mereka menggantung di udara, seutas benang tipis penantian yang tak seorang pun berani putus.  Mereka telah menikah selama satu tahun sekarang, ikatan yang tumbuh lebih kuat daripada tanaman merambat paling kuat yang memanjat pohon di luar.  Namun, penduduk desa tetap tidak menyadari persatuan mereka, sebuah kebenaran yang telah mereka jaga dengan hati-hati.

 "Abah pasti lupa hari jadi pernikahan kita, dasar orang tua pikun!"  Gumam Azka dalam hati sambil berusaha menahan senyum sambil menggigit sambal pedas itu.  Ia merasakan tepukan lembut di kepalanya dan tanpa melihat ia tahu bahwa itu adalah Abah Syafi'i, walinya dan kini suaminya.  Sentuhannya hangat, sebuah janji diam-diam bahwa hari ini akan menjadi hari yang istimewa.

 “Azka pasti lupa hari jadi pernikahan kita, dasar anak nakal” gumam Abah Syafi'i pelan, matanya berbinar nakal saat menyajikan sarapan.  Mereka berdua tahu hari ini istimewa, namun mereka tetap bermain bersama dengan sandiwara kecil mereka.

 “Oh iya dek, kalau dek ku pulang dan Abah masih belum ada di rumah, berarti Abah masih di sawah, karena hari ini Abah panen” ucap Abah Syafi'i santai sambil menyesap teh hangatnya.  Tangannya sedikit gemetar saat dia meletakkan cangkir itu kembali ke piringnya.  Antisipasi untuk mengungkap kejutan itu membuahkan hasil.

 "Tapi kupikir kita punya rencana untuk malam ini?"  Azka menatapnya dengan rasa ingin tahu, matanya mencari petunjuk tentang apa yang akan terjadi.

 "Opo toh? Malam ini ra ono kegiatan, luwih apik dek ku belajar demi nilaimu" Abah Syafi'i pura-pura tidak tahu, matanya berbinar-binar penuh semangat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DialogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang