8. Chapter Afraid

174 23 5
                                    

.

.

Follow! Vote!

.

.

Tap

Tap

Tap

Ravel berjalan mengikuti Bodyguard yang menuntun nya ke tempat ruang keluarga.

Deg

Shock itu yang Ravel liat pertama kali bagaimana tidak keluarga nya tengah berkumpul dengan beberapa orang yang sudah tumbang babak belur, lalu Rico dimana?

Ravel yang sempat mematung melihat pemandangan di depan memperlihatkan sang abang pertama tengah menyiksa orang, ia langsung berlari menghampiri nya.

Grep!

"Abang, hentikan"

Ravel memeluk Liam dari belakang untuk menghentikan aksi siksaan nya kepada Bodyguard penjaga waktu sebelum ia pergi dari mansion. Liam mengepal kuat hingga kukunya memutih. Meskipun wajah nya datar tak menunjukkan ekspresi apapun ia harus manahan dulu.

Ravel terisak lalu melepaskan pelukan dari Liam karena tidak mendapat balasan dari nya. Ia melihat ke arah keluarga nya yang tengah melihat dirinya juga.

"Apa yang kalian lakukan?!"

Kenapa sampai seperti ini, semuanya salah dia bukan mereka tetapi mereka mendapatkan hukuman semuanya.

Ian datang menghampiri sang adik lalu menundukkan kepala berbisik tepat di telinga Ravel yang sedang menunduk di hadapan mereka.

"Seharus nya Abang yang bertanya padamu, apa yang kamu lakukan di luar sana hingga berani membangkang hem?"

Ravel terdiam saat mendengar suara berat Abang ke dua nya itu. Tubuh nya menegang saat jari telunjuk sang abang mengangkat dagu nya. Hingga kedua mata mereka saling beradu.

"Kau mengabaikan abang mu ini?"

Ian meski umur nya tidak beda jauh dari Ravel namun ia menakutkan kalau sudah marah. Ian kembali bertanya saat tidak mendengar jawaban dari adiknya. Dia juga terkekeh saat melihat mata itu memancarkan aura ketakutan ah sangat lucu sekali adiknya ini ketakutan pada dirinya. Ya itu memang harus seperti itu.

"M-maaf..aku minta maaf "

"Hem?"

"Maaf maaf maaf itu yang terus kau katakan tetapi apa? Kau tetap saja selalu membangkang Ravel!"

"Lihat lah akibat ulah kamu mereka...bisa MATI" ucap Ian sambil menunjuk Bodyguard di depan nya dengan posisi berlutut yang sudah penuh luka dan pingsan. Kata terakhir ia bisikkan pada telingga sang Adik yang berhasil membuat nya semakin takut.

"Tidak! Mereka tidak salah, ini salah aku jangan melakukan itu hiks hiks aku minta maaf hukum aku jangan katakan seperti itu hiks"

"Cup cup kau benar abang tidak akan mengatakan itu tapi kita akan melakukannya"

"Jangan!"

"Aku benci kalian jika melakukan nya"

Prok!

Prok

Prok!

Vincent bertepuk tangan dengan santai di hadapan ravel. Ia yang awalnya hanya diam menyimak setelah mendengar perkataan dari Ravel tadi membuat nya tidak tahan atas perilaku pembangkang itu.

Inggin rasanya Ravel pergi dari situasi ini Daddy nya mulai akan bertindak ia semakin takut, mommy ia masih diam beserta sang kakak tidak membela atau menghampiri dirinya dari tadi biasanya mereka selalu membela dirinya di saat situasi sedang mengancam namun mereka hanya diam menatap datar.

Ravel (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang