13. Chapter the plan

126 18 4
                                    

.

.

.

______

"Daddy aku mau Rico daddy, aku tidak suka Max!."

Dia akan melaporkan ketidakmampuan Max dalam bekerja hingga Rico kembali bekerja. Vincent melihat anak nya yang keluar Dia melayangkan tatapan tajam kepada putra bungsu itu tetapi tidak ditanggapi jadi dia buru-buru mengendong anak itu dan menyembunyikan wajah nya di ceruk leher disertai tertutupi oleh jas yang dikenankan.

_______

"Tunggu hukuman mu Baby, berani keluar tanpa izin" bisik suara bariton di telinga Ravel mampu membuat dia takut mendengar kata hukuman dia semakin menelusuk kan kepala di dada Vincent yang langsung tertutupi oleh jas hitam melekat di tubuhnya.

"Astaga apa dia benar anak bungsu kalian? Apa kalian sadar dia mirip-"

"Pergi! Hentikan omong kosong mu" ucap vincent sambil melangkahkan kaki diikuti Megan meninggalkan Jon. Namun sebelum sampai tangan Ravel yang terlihat di cengkeram oleh seseorang yaitu Jon.

"SIALAN! BERANI NYA KAU MENYENTUH ANAK KU!"

Vincent marah besar kala tangan anak nya di cekeram oleh Jon tiba-tiba. Dia langsung menendang Jon hingga tersungkur otomatis cengkeram tangan tadi terlepas sendiri. Ravel terlonjak kaget suara Vincent menggema keras, dia mulai menjauhkan kepala dari dekapan sang Daddy untuk melihat orang yang menjadi sasaran Daddy nya itu tetapi di tahan kembali oleh Vincent yang mengetahui gerak gerik dirinya.

"Daddyy" cicit suara El.

"Diam!" Jawab Vincent tertahan, sambil berjalan pergi.

Helaan gusar Jon terdengar ketika sudah berdiri melihat kepergian Vincent memasuki ruangan rawat membawa anaknya.

"Padahal aku belum kenalan sama anak bungsunya itu" kata Jon, sedetik kemudian dia tersenyum saat melihat El mengintip melihat dirinya.

"Jika hasil menunjukkan itu kamu maka kamu harus kembali kepada pemilik asli apapun cara nya. Kita pergi. " lanjutnya di sertai senyum smirik sambil meninggalkan tempat itu beserta anak buahnya.

.

.

.
"Daddy..oke?"

Tanya Ravel kepada Vincent setelah mereka masuk ke dalam ruang rawat nya.

"Hem" Vincent berdehem sebagai jawaban lalu membawa Ravel ke tempat tidur yang di disediakan.

"Hukuman baby tidak boleh menginjak kan kaki untuk turun di ranjang sini, mengerti?"

"Terus kalau ade mau pergi..."

"Tidak boleh pergi kemanapun" potong Vincent kepada El.

"Ish ke kamar mandi bagaimana?"

"Minta bantuan yang ada di ruangan ini, kalau protes hukuman di tambah sekarang juga."

"Mommy ~ daddy nyeselin."

Vincent abai selanjutnya dia menyuruh Max untuk mengikuti dirinya keluar dulu tetapi terhenti sejenak kerena Ravel bersuara kembali kepada dirinya.

"Daddy jangan hukum Max karena kesalahan ade tadi ya, tapi langsung pecat saja dia ganti dengan Rico yang kembali bekerja dad."

"Sudah daddy bilang Rico sudah pergi dia tidak akan kembali El, jadi lupakan untuk saat ini."

"Suruh kembali daddy kan bisa."

"...."

"Sayang sudah ya, biarkan daddy pergi dulu bersama Max mereka ada perlu untuk keluar."

"Iya Mom ade hanya kangen Rico." Kata El, dia menganguk sedih lalu diam menundukkan kepala.

______^^^________

Ceklek

"Hallo baby bagaimana keadaan mu?"

"Pusing kak"

Zara langsung periksa keadaan adik nya dan ternyata demam kembali meski untuk sekarang hangat yang ia rasakan.

"Zara bagaimana keadaannya?"

"Badannya masih hangat mungkin karna demam belum sepenuhnya hilang ditambah mengakibatkan pusing seperti yang di katakan ade."

"Kak, ade masih harus berada di rumah sakit untuk sembuh kan ya?" Tanya El dengan gerak gerik aneh, dia sedang memastikan sesuatu untuk rencana yang dibuat dengan banyak hal memanfaatkan posisinya sekarang berada di rumah sakit ini jadi tidak ingin cepat-cepat pulang.

"Tidak perlu, ade bisa di rawat di mansion saja. Setelah pusing nya reda kita akan pulang sore."

Zara menatap curiga adiknya yang berbicara aneh menurutnya, namun bukan Zara saja yang merasa seperti itu keluarga nya juga yang berada di sofa ikut mendengarkan dan merasa ada gerak gerik aneh dari bungsu itu.

"Iya kak, sekarang ade ingin tidur dulu kak."

"Tidurlah"

Cup

"Cepat sembuh baby" kata Zara, setelah mengecup kening adiknya lalu ia mengeluarkan suntikan mengarahkan pada selang infus adiknya.

"Ah! Kakak mau apa?"

"Ngasih obat kedalam infus, ade tidur aja."

"Obat apa? ade kan baru minum obat beberapa menit tadi sudah habis."

Zara menghentikan aktifitas sejenak karena Ravel terus bicara.

"Kenapa banyak tanya baby" Vincent ikut bersuara. Dia sudah kembali bersamaan dengan Zara yang masuk ruang rawat, dia meninggalkan Max yang akan pergi ke ruang bawah tanah untuk menerima hukuman kelalaian kerja saat ini.

"Maaf, ade hanya takut itu obat tidur atau bius ade tidak mau, karena suka bikin ade sakit kepala ketika waktu bangun" kata El dengan sedih. Benar apa yang di katakan itu, dia tidak suka kala mereka membuat nya tidur secara paksa atau bius yang bikin pusing ketika efek obat sudah habis.

Ditambah bisa gawat kalau dia tidur, lalu bagaimana dengan rencana nya kalau dia tidur? Salah satu aksinya yang pertama tentunya dengan pura-pura tidur dulu kalau tidak bisa-bisa dia sudah di mansion sebelum rencananya karena efek dari obat.

"Jangan lakukan Zara, biarkan saja karena baby akan ditemani oleh daddy disini yang akan jaga sedangkan mommy pergi dulu ya akan ke mansion sebentar." Megan.

"Iya Mom hati-hati ya"

Megan menganguk dilanjut mengusap surai ravel lalu pergi.

Padahal Ravel berharap daddy yang pergi bukan sang mommy tapi gapapa kalau daddy sedang lengah dia akan beraksi.

"Kakak keluar dulu baby" Zara tidak jadi menyuntikan obat ke dalam infus karena memang benar isinya adalah obat tidur, setelah mendengar perkataan adiknya tadi dan mendapatkan persetujuan daddy dan mommy akhirnya mereka memilih menuruti anak itu.

"Cepat tidur El jangan berpikiran yang aneh-aneh."

"Aneh apa sih dad orang ini ingin tidur juga"

Tidak lama terdengar dekuran halus yang menandakan Ravel sudah tidur nyenyak. Vincent yang awalnya berada di sofa langsung berdiri mendengar dekuran yang berasal dari anaknya itu. Dia membenarkan selimut Ravel dan selang infus.

Setelah melakukan itu Vincent kembali duduk di sofa dengan laptop berada di depan nya ia melanjutkan pekerjaan yang banyak tertunda.

"Argh kapan perginya sih" batin El dia sedang pura-pura tidur tanpa diketahui Vincent



Jangan lupa Follow dan vote ☺️

Ceritanya kurang seruuuu "-_-"

Ravel (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang