18. Peringatan

25 5 1
                                    

Happy reading❣



Kalandra memapah Alsava menuju Uks, sesekali gadis disampingnya itu meringis kesakitan. Setelah sampai di Uks Kalandra membantu Alsava duduk dikursi.

Kalandra mengedarkan pandangannya mencari dokter yang berjaga di Uks. Namun dokter yang berjaga tak ada disana. Langsung saja ia mengambil kotak P3K, lalu menuangkan alkohol ke kapas.

"Ssssttt ... " ringis Alsava ketika Kalandra mengusapkan alkohol ke lukanya dan sedikit menekannya.

"Pelan-pelan, bisa gak?"

"Tahan dulu."

"Kasar banget sih lo. Bisa pelanan dikit gak?"

"Ini juga pelan, tahan sebentar. Bentar lagi udah." Ucapnya, dengan telaten Kalandra kembali mengobati luka Alsava sambil meniupnya.

Alsava menatap Kalandra sejenak, jika biasanya ia melihat Kalandra bengis. Kali ini lelaki itu terlihat serius dan telaten sekali mengobati lukanya. Di lihat dari jarak sedekat ini ternyata pesona Kalandra sangat awur-awuran gantengnya. Pantas saja ketika dia lewat pasti para siswi memekik melihatnya. Tanpa sadar Alsava kini mengagumi ketampanan Kalandra, alisnya yang tebal, mata yang tajam, hidung mancung juga bibirnya yang tipis.

Eh.

Alsava menggelengkan kepalanya. Namun tatapannya masih saja tertuju pada Kalandra.

Kalandra yang sudah selesai mengobati luka Alsava mendongak netra hitam itu melihat mata cokelat bulat yang menatapnya, Kalandra meniup wajah Alsava membuat sang empu mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia membereskan peralatan P3K lalu beranjak dari hadapan Alsava.

Alsava mengusap tengkuknya yang tak gatal, kini ia merasa canggung dengan Kalandra. Ia menatap luka yang sudah di berikan plester.

Mengingat kejadian tadi, sumpah demi apapun Alsava ingin sekali melemparkan Sagara ke rawa-rawa. Biar saja cowok satu itu menyatu dengan buaya.

"Gue cabut."

Alsava menatap Kalandra yang kini sudah berdiri di pintu keluar uks. "Makasih Kal,"

"Hmmm," gumam Kalandra kemudian pergi dari sana.

•••

Alsava berjalan tertatih menuju kelas, karena langkah yang tak hati-hati membuat ia terpeleset karena menginjak tali sepatunya sendiri yang lepas.

Sebelum dirinya tersungkur memcium lantai, tangan kekar sudah menariknya hingga Alsava terjatuh dipelukan cowok itu. Alsava memejamkan matanya karena kaget lalu ia mendongak menatap siapa sosok tersebut.

Matanya membulat sempurna ketika orang yang menolongnya itu Daren, buru-buru ia menjauhkan tubuhnya. "Thanks,"

Setelah itu Alsava berjongkok untuk membenarkan tali sepatunya. Kemudian pergi dari hadapan Daren buru-buru sambil terpincang-pincang.

Daren hanya menganggukan kepalanya, ia menatap Alsava yang begitu buru-buru ketika berhadapan dengannya, ada rasa tak rela ketika Alsava bersikap seperti itu. Namun itu semua sudah menjadi pilihannya dulu.

Tanpa sadar Daren mengejar Alsava, setelah berada di belakang Alsava tanpa permisi Daren menarik Alsava untuk berbalik dan mendekapnya.

Alsava terbelak kaget, kejadian itu begitu tiba-tiba. Ia mematung merasakan dekapan Daren yang begitu erat. Tanganya menggantung tanpa berniat membalas pelukan Daren.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HE'S KALANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang